Sepakat! RI Impor LPG dari Abu Dhabi Senilai Rp28 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyepakati kerja sama di sektor energi dengan Uni Emirat Arab (UAE). Salah satu dari kesepakatan tersebut ialah impor liquefied petroleum gas (LPG) senilai Rp28 triliun atau USD2 miliar.
Penandatangan ini dilakukan oleh Vice President Trading & Other Business Sub Holding Commercial & Trading (SH C&T) PT Pertamina (Persero), Maya Kusmaya dengan Senior President Internaional Relations ADNOC, Salem Al Meheiri dalam kegiatan Business Forum Indonesia – Emirates Amazing Week (IAEW) dan disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan serta Menteri Energi dan Infrastruktur Persatuan Emirat Arab (PEA), Suhail Al Mazroeui, Jumat (5/3) lalu.
Kebutuhan LPG nasional di tahun 2022 diperkirakan akan mencapai 8.30 juta ton, meningkat menjadi 9.12 juta ton di tahun 2023, dan 10.01 juta ton pada tahun 2024. Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero), Hasto Wibowo pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kerjasama ini memastikan keamanan pasokan LPG nasional yang diproyeksikan terus meningkat setiap tahunnya.
"Saat ini balance kebutuhan impor LPG nasional mencapai 6 juta ton per tahun, harapannya dengan kerjasama ini Pertamina dapat memperluas sumber pasokan dan menjaga kestabilan pasokan," ujar Hasto di Jakarta, Minggu (7/3/2021)
Hasto menambahkan, perjanjian inipun dimungkinkan diperpanjang setiap tahunnya, dengan tetap dilakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum perjanjian berakhir. "Kerjasama ini merupakan salah satu strategi pengadaan bundling produk LPG dan petrokimia yang dibeli langsung dari produser. Diharapkan kerjasama ini dapat menciptakan peluang kolaborasi jangka panjang untuk produk LPG dan petrokimia dengan tentunya tetap memperhatikan perkembangan dari bisnis petrokimia serta mengacu kebijakan bauran energi nasional sebagaimana tercantum dalam RUEN,” tambah Hasto.
Sementara itu Senior President International Relations ADNOC, Salem Raheb Al Meheiri menyambut baik kerjasama strategis dengan Pertmaina. "Sebagai salah satu produsen LPG, minyak mentah, dan Petrokimia terbesar di dunia, ADNOC menjamin akan memasok produk dengan handal ke Indonesia," jelasnya.
Baca Juga: Jokowi Curhat: Saya Ngomong Benci Produk Asing Gitu Aja Heboh
Duta Besar RI untuk PEA, Husin Bagis juga turut menyambut positif penandatangan yang dilakukan oleh Pertamina dan ADNOC tersebut. "Dari KBRI kami berharap realiasi kerjasama di bidang pasokan LPG dan Sulphur ini dapat membuka peluang kerjasama lain seperti Petrokimia, maupun downstream industry lainnya di masa mendatang,” pungkasnya.
Penandatangan ini dilakukan oleh Vice President Trading & Other Business Sub Holding Commercial & Trading (SH C&T) PT Pertamina (Persero), Maya Kusmaya dengan Senior President Internaional Relations ADNOC, Salem Al Meheiri dalam kegiatan Business Forum Indonesia – Emirates Amazing Week (IAEW) dan disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan serta Menteri Energi dan Infrastruktur Persatuan Emirat Arab (PEA), Suhail Al Mazroeui, Jumat (5/3) lalu.
Kebutuhan LPG nasional di tahun 2022 diperkirakan akan mencapai 8.30 juta ton, meningkat menjadi 9.12 juta ton di tahun 2023, dan 10.01 juta ton pada tahun 2024. Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero), Hasto Wibowo pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kerjasama ini memastikan keamanan pasokan LPG nasional yang diproyeksikan terus meningkat setiap tahunnya.
"Saat ini balance kebutuhan impor LPG nasional mencapai 6 juta ton per tahun, harapannya dengan kerjasama ini Pertamina dapat memperluas sumber pasokan dan menjaga kestabilan pasokan," ujar Hasto di Jakarta, Minggu (7/3/2021)
Hasto menambahkan, perjanjian inipun dimungkinkan diperpanjang setiap tahunnya, dengan tetap dilakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum perjanjian berakhir. "Kerjasama ini merupakan salah satu strategi pengadaan bundling produk LPG dan petrokimia yang dibeli langsung dari produser. Diharapkan kerjasama ini dapat menciptakan peluang kolaborasi jangka panjang untuk produk LPG dan petrokimia dengan tentunya tetap memperhatikan perkembangan dari bisnis petrokimia serta mengacu kebijakan bauran energi nasional sebagaimana tercantum dalam RUEN,” tambah Hasto.
Sementara itu Senior President International Relations ADNOC, Salem Raheb Al Meheiri menyambut baik kerjasama strategis dengan Pertmaina. "Sebagai salah satu produsen LPG, minyak mentah, dan Petrokimia terbesar di dunia, ADNOC menjamin akan memasok produk dengan handal ke Indonesia," jelasnya.
Baca Juga: Jokowi Curhat: Saya Ngomong Benci Produk Asing Gitu Aja Heboh
Duta Besar RI untuk PEA, Husin Bagis juga turut menyambut positif penandatangan yang dilakukan oleh Pertamina dan ADNOC tersebut. "Dari KBRI kami berharap realiasi kerjasama di bidang pasokan LPG dan Sulphur ini dapat membuka peluang kerjasama lain seperti Petrokimia, maupun downstream industry lainnya di masa mendatang,” pungkasnya.
(nng)