Sinergi Comdev Membangun Optimisme UMKM di Tengah Pandemi

Selasa, 16 Maret 2021 - 03:11 WIB
loading...
A A A
Olive, mahasiswa semester 6 Universitas Prasetiya Mulya memaparkan pembinaan melalui teknologi daring memang memiliki tantangan tersendiri, namun justru membuat ia terdorong untuk lebih banyak belajar dan mengimplementasikan semua ilmu yang ia dapat selama di kampus.

"Awalnya kami kurang paham saat mendapat tugas mendampingi usaha berbasis SMK, sehingga kami tergerak untuk melakukan effort lebih dari kelompok lain yang mendapat produk mitra perorangan. Namun oleh pembina jurusan kami, kami juga diberikan fundamentalnya supaya kami mengerti harapan dan ekspektasi pihak SMK nantinya," ujarnya.

"Di sini kami melakukan observasi untuk tahu bagaimana sih ganti oli, sampai aku baru tahu harga oli ternyata kompetitif, dan ini merupakan kesulitan bagi pihak bengkel SMKN 2 untuk menentukan harga."

Aziz memaparkan bahwa ia merasakan manfaat nyata dengan metode-metode yang diajarkan oleh kelompok mahasiswa Comdev yang terdiri dari 8 mahasiswa ini. Apalagi dalam hal branding dan pemanfaatan teknologi digital yang belum banyak dilakukan, serta promosi di media sosial yang belum dimaksimalkan.

"Setelah berdiskusi tentang poin-poin SWOT bengkel, mahasiswa Comdev memberikan saran melakukan “Service in Home” sebagai salah satu layanan spesial serta menguatkan promosi di berbagai media sosial," ungkapnya lagi.

Comdev sendiri adalah program Kuliah Kerja Nyata berbasis kewirausahaan dimana seyogyanya mahasiswa terjun langsung ke wilayah binaan terpilih untuk melakukan pendampingan UMKM selama 3-4 minggu. Namun, akibat pandemi yang masih berlangsung, maka Comdev kali ini berbeda dari tahun sebelum-sebelumnya. Mahasiswa menggunakan media daring untuk membina pelaku usaha secara jarak jauh, namun tetap terarah dan intensif selama 1 bulan.

Cerita lain dari Miranda, salah satu mahasiswa yang bertanggung jawab pada usaha milik Ibu Titi. Ia mengungkapkan rasa senangnya dapat tetap berbagi ilmu kewirausahaan meski di tengah suasana pandemi.

"Saat kami membantu usaha bu Titi, rasanya seperti usaha ini milik kami sendiri, sehingga kami senang mencoba banyak hal. Bahkan kami mencoba untuk membuat katalog karakteristik kopi agar usaha kopi Sekarwangi ini tampil berbeda dari brand kopi yang sudah banyak sekali di pasaran,” pungkas mahasiswa Prasmul ini.



Titi menyampaikan bahwa sejak diaplikasikan metode branding dan pemanfaatan teknologi yang benar, perubahan sangat terasa. “Selama pendampingan, saya minta lebih dibantu dalam ilmu digital marketing. Di situ saya diajarkan strategi memasarkan di e-commerce dan media sosial yang dulu bagi saya kurang tepat untuk usaha kopi saya,” ujar Ibu Titi, pebisnis yang telah bekerjasama dengan 30 petani lokal di daerahnya. “Saya terharu, sangat luar biasa dan signifikan pengaruhnya bagi usaha saya,” tambahnya lagi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1756 seconds (0.1#10.140)