APBN Defisit dan Utang Naik, Sri Mulyani: Ekonomi RI Masih Tangguh di ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19, tekanan ekonomi Indonesia adalah salah satu yang paling moderat di kawasan ASEAN. Tentunya, daya tahan ekonomi Indonesia didukung dengan pengelolaan fiskal yang tetap prudent.
"Kita membandingkan dengan negara-negara ASEAN karena kita posisinya di Asia Tenggara, terutama dengan ASEAN 6 yang terbesar dan juga G20. Jadi kita membuat perbandingan itu ada alasannya," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KITA di Jakarta, Selasa (23/3/2021).
Dia mengatakan, ini untuk melihat posisi Indonesia dalam perekonomian regional dan global. Melihat dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, ekonomi Indonesia terkontraksi 2,1% di tahun 2020.
"Negara-negara ASEAN dan G20 lainnya, kecuali Vietnam, China, dan Korea Selatan, mengalami kontraksi yang jauh lebih dalam daripada Indonesia," ungkap mantan Direktur Bank Dunia itu.
Dengan defisit yang relatif rendah, lanjut dia, Indonesia tetap mampu menjadi salah satu negara dengan daya tahan pertumbuhan ekonomi terbaik di antara kelompok ASEAN dan G20.
"Kenaikan utang publik/pemerintah akibat countercyclical naik 8%. Namun dibandingkan dengan negara-negara G7 yang melonjak tinggi di atas 20% hanya dalam setahun, tingkat utang dan tambahan utang publik Indonesia tetap terjaga dan menjadi salah satu yang terendah," pungkas Sri.
"Kita membandingkan dengan negara-negara ASEAN karena kita posisinya di Asia Tenggara, terutama dengan ASEAN 6 yang terbesar dan juga G20. Jadi kita membuat perbandingan itu ada alasannya," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KITA di Jakarta, Selasa (23/3/2021).
Dia mengatakan, ini untuk melihat posisi Indonesia dalam perekonomian regional dan global. Melihat dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, ekonomi Indonesia terkontraksi 2,1% di tahun 2020.
"Negara-negara ASEAN dan G20 lainnya, kecuali Vietnam, China, dan Korea Selatan, mengalami kontraksi yang jauh lebih dalam daripada Indonesia," ungkap mantan Direktur Bank Dunia itu.
Dengan defisit yang relatif rendah, lanjut dia, Indonesia tetap mampu menjadi salah satu negara dengan daya tahan pertumbuhan ekonomi terbaik di antara kelompok ASEAN dan G20.
"Kenaikan utang publik/pemerintah akibat countercyclical naik 8%. Namun dibandingkan dengan negara-negara G7 yang melonjak tinggi di atas 20% hanya dalam setahun, tingkat utang dan tambahan utang publik Indonesia tetap terjaga dan menjadi salah satu yang terendah," pungkas Sri.
(akr)