Investor Ritel Tunggu Realisasi Konsolidasi ISAT-TRI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para investor menantikan realisasi konsolidasi PT Indosat Tbk (ISAT) dengan Hutchison 3 Indonesia (Tri) sebagai katalis di pasar saham.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan isu konsolidasi yang sudah dimulai kedua perusahaan pada akhir 2020 lalu memang ditunggu pasar realisasinya. "Jadi, wajar saja saham Indosat yang diperdagangkan di bursa saham Indonesia mendapat perhatian sejak awal Januari lalu,” kata Reza Priyambada ditulis Rabu (24/3/2021).
Dikatakannya, bentuk tingginya perhatian para investor saham ritel terhadap emiten dengan kode saham ISAT itu terlihat beberapa hari lalu dimana sahamnya ikut terseret turun karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami minus 0,87% pada Senin (22/3).
Dalam catatan, saham ISAT pada Senin (22/3) ditutup di level Rp6.200 per lembar. Pada Selasa (23/3) siang, sudah rebound di kisaran Rp6.300-an per lembar.
Sebelumnya, pada tanggal 28 Desember 2020 Menkominfo Johnny G Plate telah menerima surat pemberitahuan Potensi Kombinasi Bisnis (Potential Business Combination) antara PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 melalui penandatanganan Exclusive and Non Legally Binding MoU di antara Ooredoo Q.P.S.C dengan CK Hutchison Holding Limited
Menkominfo menyambut baik usaha konsolidasi industri telekomunikasi di Indonesia, dengan harapan bisnis telekomunikasi, seperti telepon seluler semakin efisien dan semakin kuat serta mampu mendukung program pemerintah ‘Akselerasi Transformasi Digital di Indonesia’.
Dengan terjadinya konsolidasi antar operator seluler ini, diharapakan dapat memperkuat struktur permodalan, Sumber Daya Manusia, management dan kecepatan dalam pengambilan keputusan bisnis, khususnya Capex dan Opex dalam pembangunan infrasturktur TIK di wilayah kerja Non 3T yang saat ini belum selesai dibangun.
Konsolidasi juga diharapkan dapat mendukung pemanfaatan teknologi baru dan dapat mengawali 5G deployment di Indonesia.
Analis Opensignal Francesco Rizzato menyatakan, apabila merger Indosat dan Tri terjadi dapat mengubah peta persaingan operator seluler di Indonesia sekaligus penantang terkuat Telkomsel.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan isu konsolidasi yang sudah dimulai kedua perusahaan pada akhir 2020 lalu memang ditunggu pasar realisasinya. "Jadi, wajar saja saham Indosat yang diperdagangkan di bursa saham Indonesia mendapat perhatian sejak awal Januari lalu,” kata Reza Priyambada ditulis Rabu (24/3/2021).
Dikatakannya, bentuk tingginya perhatian para investor saham ritel terhadap emiten dengan kode saham ISAT itu terlihat beberapa hari lalu dimana sahamnya ikut terseret turun karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami minus 0,87% pada Senin (22/3).
Dalam catatan, saham ISAT pada Senin (22/3) ditutup di level Rp6.200 per lembar. Pada Selasa (23/3) siang, sudah rebound di kisaran Rp6.300-an per lembar.
Sebelumnya, pada tanggal 28 Desember 2020 Menkominfo Johnny G Plate telah menerima surat pemberitahuan Potensi Kombinasi Bisnis (Potential Business Combination) antara PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 melalui penandatanganan Exclusive and Non Legally Binding MoU di antara Ooredoo Q.P.S.C dengan CK Hutchison Holding Limited
Menkominfo menyambut baik usaha konsolidasi industri telekomunikasi di Indonesia, dengan harapan bisnis telekomunikasi, seperti telepon seluler semakin efisien dan semakin kuat serta mampu mendukung program pemerintah ‘Akselerasi Transformasi Digital di Indonesia’.
Dengan terjadinya konsolidasi antar operator seluler ini, diharapakan dapat memperkuat struktur permodalan, Sumber Daya Manusia, management dan kecepatan dalam pengambilan keputusan bisnis, khususnya Capex dan Opex dalam pembangunan infrasturktur TIK di wilayah kerja Non 3T yang saat ini belum selesai dibangun.
Konsolidasi juga diharapkan dapat mendukung pemanfaatan teknologi baru dan dapat mengawali 5G deployment di Indonesia.
Analis Opensignal Francesco Rizzato menyatakan, apabila merger Indosat dan Tri terjadi dapat mengubah peta persaingan operator seluler di Indonesia sekaligus penantang terkuat Telkomsel.