Utang BUMN Meroket, Ekonom: Itu Konsekuensi Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut terjadi seiring dengan keinginan pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang memakan biaya fantastis.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menegaskan, peningkatan utang adalah konsekuensi karena adanya pandemi. “Jadi karena di sisi penjualan mengalami penurunan, profit hampir di semua sektor baik swasta maupun BUMN itu turun karena tingkat permintaan mengalami penurunan. Sehingga, keuangan mereka juga terganggu,” tegasnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Oleh karena itu, menurut dia, kondisi tersebut kemudian diikuti dengan adanya peningkatan utang. Hal itu terjadi karena belanja operasional masih harus berjalan walau pendapatan menurun.
Lanjutnya, kondisi ini juga terjadi di pemerintah. Di mana saat ini utang pemerintah juga mengalami peningkatan. “Ini fenomena yang hampir terjadi di semua negara sebagai akibat dari pandemi. Dan ini juga salah satu ciri-ciri resesi. Salah satu ciri-ciri resesi kan dari sisi kinerja keuangan baik pemerintah maupun swasta itu mengalami tekanan dan juga utang biasanya meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, tekanan ekonomi memang berawal dari sektor riil. Pada sektor keuangan juga mengalami tekanan tetapi tekanan tidak seberat yang terjadi di sektor riil.
“Sekarang untuk sektor keuangan lebih baik dibandingkan dengan sektor riil. Sehingga, kalau kita lihat yang BUMN keuangan masih relatif oke terutama BUMN yang besar-besar, Bank Himbara itu. Akan tetapi, yang non keuangan terutama infrastruktur memang yang paling besar tekanannya. Dan saya pikir juga karena pembangunan infrastruktur masih terus digenjot pada saat pandemi,” jelas Faisal.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menegaskan, peningkatan utang adalah konsekuensi karena adanya pandemi. “Jadi karena di sisi penjualan mengalami penurunan, profit hampir di semua sektor baik swasta maupun BUMN itu turun karena tingkat permintaan mengalami penurunan. Sehingga, keuangan mereka juga terganggu,” tegasnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Baca Juga
Oleh karena itu, menurut dia, kondisi tersebut kemudian diikuti dengan adanya peningkatan utang. Hal itu terjadi karena belanja operasional masih harus berjalan walau pendapatan menurun.
Lanjutnya, kondisi ini juga terjadi di pemerintah. Di mana saat ini utang pemerintah juga mengalami peningkatan. “Ini fenomena yang hampir terjadi di semua negara sebagai akibat dari pandemi. Dan ini juga salah satu ciri-ciri resesi. Salah satu ciri-ciri resesi kan dari sisi kinerja keuangan baik pemerintah maupun swasta itu mengalami tekanan dan juga utang biasanya meningkat,” ujarnya.
Baca Juga
Sementara itu, tekanan ekonomi memang berawal dari sektor riil. Pada sektor keuangan juga mengalami tekanan tetapi tekanan tidak seberat yang terjadi di sektor riil.
“Sekarang untuk sektor keuangan lebih baik dibandingkan dengan sektor riil. Sehingga, kalau kita lihat yang BUMN keuangan masih relatif oke terutama BUMN yang besar-besar, Bank Himbara itu. Akan tetapi, yang non keuangan terutama infrastruktur memang yang paling besar tekanannya. Dan saya pikir juga karena pembangunan infrastruktur masih terus digenjot pada saat pandemi,” jelas Faisal.
(ind)