Tanggapi Dedi Mulyadi, Buwas: 3 Tahun Saya Jadi Dirut, Tak Ada Impor Beras

Kamis, 25 Maret 2021 - 17:46 WIB
loading...
Tanggapi Dedi Mulyadi, Buwas: 3 Tahun Saya Jadi Dirut, Tak Ada Impor Beras
Dirut Perum Bulog, Budi Waseso. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perum Bulog angkat bicara perihal pernyataan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi, perihal perusahaan gagal dalam tiga sektor pertanian. Ketiganya terkait dengan pemaksimalan hasil produksi beras yang berasal dari petani dalam negeri.

Direktur utama (dirut) Bulog, Budi Waseso atau Buwas menyebut, selama tiga tahun dia menjabat sebagai dirut Bulog, persoalan yang ada di internal perusahaan pelat merah itu cukup tertangani. Salah satunya perihal impor beras . Penanganan impor beras sendiri didasari pada keyakinan jika produksi petani cukup memenuhi kebutuhan atau cadangan beras pemerintah (CBP).

"Tiga tahun selama saya menjadi dirut Bulog, ini tidak ada lagi impor beras. Tapi kita buktikan produksi beras dalam negeri itu cukup. Bahkan bermasalah sisa dari produksi impor, ini fakta," ujar Buwas dalam diskusi virtual, Kamis (25/3/2021).



Untuk ketersediaan CBP, per hari ini stok beras yang tersedia di gudang Bulog tercatat 923.000 ton. Jumlah itu merupakan tambahan dari serapan beras petani yang dilakukan sebelumnya, dimana, tercatat sebanyak 800.000 ton. Artinya ada tambahan 123.00 ton beras.

Bulog terus melakukan penyerapan hasil panen dari petani. Bahkan, Buwas berencana akan mengunjungi salah satu daerah untuk melihat secara langsung proses panen yang dilakukan petani

"Kita masih terus menyerap, hari ini terus sambil berjalan. Habis ini saya ke lapangan untuk melihat panen di suatu wilayah, saya ingin membuktikan sendiri bahwa produksi dalam negeri memang cukup. Produksi dari petani memang cukup. Saya memegang apa yang disampaikan oleh pihak Menteri Pertanian dan BPS," katanya.



Berdasarkan data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras dalam negeri masih aman dalam beberapa bulan ke depan atau pada Maret, April hingga Mei 2021. Periode tersebut merupakan masa panen raya.

Dari data kedua lembaga negara itu, stok beras tercatat surplus. Dengan begitu, Buwas meyakini tidak ada persoalan masalah beras. Sebagai bukti, beras dibuat tidak hanya dibuat dari gabah tapi dari jagung dan singkong.

"Ini sudah terbukti, kalau bicara beras, Indonesia Timur produksi sagu, kita produksi beras dari sagu. Ini sudah ada contohnya, sudah saya laboratoriumkan cuma belum saya publish. Ini wujud nyata saya ingin membantu terwujudnya kemandirian pangan dan kedaulatan pangan. Maka kita jangan seolah-olah begitu beras kurang, kita takut," kata Buwas.

Jika dilihat dari daya tampung, Bulog memiliki memiliki gudang di seluruh Indonesia dengan kemampuan menampung atau menyimpan beras sebesar 3,6 juta ton.

Sebelumnya, Dedi Mulyadi menyebut Bulog gagal dalam tiga hal. Pertama terkait dengan kemampuan menyerap gabah petani sehingga petani menjual hasil padinya ke tengkulak. Meski begitu, tengkulak tidak semuanya memiliki modal yang cukup.



Bulog dinilai tidak maksimalnya menyerap gabah petani. Dimana, daya serap Bulog rendah, karena sering kali membeli beras di bawah tengkulak. Misalnya, tengkulak membeli gabah dari petani Rp 4.200 per kilogram, sedangkan Bulog hanya Rp 3.800 per kilogram. Itu karena Bulog cukup hati-hati dalam membeli gabah.

Kedua, perusahaan pelat merah itu juga dinilai tak mampu menjual beras. Argumentasi Dedi didasari pada masih banyaknya stok beras lama yang tak bisa terjual.



Ketiga, Bulog tak memiliki gudang dengan teknologi memadai dalam penyimpanan beras. Akibatnya, beras yang disimpan di gudang tidak bisa bertahan lama sehingga mudah busuk. "Selama ini, Bulog menyimpan beras hanya dengan mengandalkan memakai valet, sehingga beras tidak bisa bertahan lama," ujar dia.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1446 seconds (0.1#10.140)