Pengaruh Covid-19 Terhadap Ekonomi dan Belanja Konsumen di Asia Tenggara

Kamis, 25 Maret 2021 - 17:40 WIB
loading...
Pengaruh Covid-19 Terhadap Ekonomi dan Belanja Konsumen di Asia Tenggara
Hasil survei terbaru yang dilakukan Ipsos, mencoba memahami perkembangan opini dan perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19, gelombang ketiga. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah berjalan dua bulan lebih, sejak 13 Januari 2021. Banyak masyarakat Indonesia percaya dan yakin pandemi akan segera berakhir (49%) dengan vaksinasi ini. Dan 64% masyarakat Indonesia juga optimis bahwa lebih dari setengah populasi penduduk akan tervaksin di tahun 2021.

Data di atas merupakan hasil survei terbaru yang dilakukan Ipsos, perusahaan peneliti pasar atau market research global, untuk memahami perkembangan opini dan perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19 , gelombang ketiga. Survei diadakan secara online, sejak 4- 15 Februari 2021 yang mencakup negara di Asia Tenggara ; Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

“Laporan hasil survei gelombang ketiga Ipsos ini sangat komprehensif, mencakup berbagai aspek, mulai dari opini dan perilaku masyarakat terhadap vaksin, perkembangan perilaku konsumsi, situasi ekonomi dan pendapatan masyarakat, minat beli konsumen, pilihan saluran pembelian (purchasing channel) dan penggunaan dompet digital (e-wallet), serta industri UMKM dan jenis produk yang paling diminati masyarakat saat ini," jelas Managing Director Ipsos Indonesia, Soeprapto Tan.



"Tak hanya itu, hasil survei ini juga memberikan proyeksi perilaku konsumsi ke depannya, sehingga pemain bisnis dapat mengetahui trend dan sektor yang akan berkembang ke depannya," sambung Soeprapto.

Vaksinasi Covid-19

Seperti halnya Indonesia, negara lain di Asia Tenggara saat ini berada di babak baru dalam penanggulangan pandemi Covid-19, yaitu pendistribusian vaksin ke seluruh warga negaranya. Mayoritas masyarakat Asia Tenggara (79%) sangat bersedia dan menanti pemberian vaksin Covid-19.

Vietnam (94%) dan Indonesia (80%) adalah negara Asia Tenggara yang masyarakatnya paling banyak bersedia dan bersemangat untuk divaksin. Diurutan ketiga, Thailand (78%), Singapura 77%, Malaysia (76%), dan terakhir Filipina (68%).

Lebih jauh, mayoritas masyarakat Asia Tenggara bersedia dan berencana mendapatkan vaksinasi di tahun 2021, masyarakat Indonesia dan Vietnam adalah yang paling ingin segera mendapatkan vaksinasi dibandingkan lainnya dengan masing-masing presentase 50%.

Banyaknya masyarakat yang bersedia bahkan ingin segera divaksin, seperti hasil penelitian di atas, menunjukkan program kampanye yang dilakukan Pemerintah Indonesia sejak pertengahan tahun 2020 lalu, guna memberikan edukasi, himbauan, serta ajakan kepada masyarakat untuk bersedia mendapatkan vaksin Covid-19 cukup berhasil.

Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai vaksin itu sendiri, efek samping, dan potensi mereka yang memiliki risiko tertular cukup baik.



Lebih lanjut, hasil survei menyatakan mayoritas masyarakat Indonesia melihat ada 5 kelompok prioritas tertinggi yang perlu segera mendapatkan vaksinasi Covid-19, yaitu tenaga kesehatan (nakes) (71%) & pekerja garis depan / frontliners (29%), aparatur negara (26.5%), lansia (16.7%) dan pekerja layanan public, seperti pekerja di pasar tradisional atau mall, pekerja restoran, guru & tenaga pendidik, lainnya (15.75%).

Baru kemudian kelompok atau golongan usia dewasa usia 18 – 59 tahun (14.4%) dan penduduk usia di bawah 18 tahun (6%). Hal ini sejalan dengan strategi yang diterapkan Pemerintah, yaitu tahap 1 ditujukan bagi nakes dan aparatur negara seperti polisi, tentara (ABRI/TNI), dan tahap 2 yang saat ini sedang berjalan bagi lansia, pekerja publik, dan dalam waktu dekat akan direalisasikan pada guru & tenaga pendidikan.

Terkait masih tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia, dalam survei ini 71% masyarakat menyadari bahwa untuk menurunkan penularan Covid-19 perlu adanya kesadaraan diri untuk menerapkan protokol kesehatan dengan baik, khususnya memakai masker meskipun setelah divaksin serta mengikuti himbauan dari Pemerintah dalam kaitannya dengan 5M & 3T, 66% masyarakat berpendapat perlunya kembali digencarkan kampanye edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh dan massif.

Ditambah serta diberlakukannya sanksi kepada mereka yang melanggar larangan atau protokol kesehatan, dan 21% masyarakat mengakui pengaruh peran aktif tokoh masyarakat (public figure/influencer) untuk memberikan contoh pola hidup baru (new normal) yang sesuai dengan protokol kesehatan yang benar dan sesuai anjuran Pemerintah, seperti menghindari kerumunan, memakai masker ketika berinteraksi dimana pun, dan lainnya.

Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat

Secara umum, perekonomian negara di Asia Tenggara masih dalam tekanan akibat pandemi, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan hasil survei Ipsos pada gelombang ketiga ini, 30% masyarakat negara Asia Tenggara merasa situasi ekonomi negara meraka saat ini baik. Untuk Indonesia sendiri, 25% masyarakat mengakui ekonomi nasional saat ini baik.

Melihat 6 bulan ke depan, 42% masyarakat Asia Tenggara yakin perekonomian akan membaik. Meskipun bila dibandingan dengan hasil survei gelombang kedua pada bulan September 2020, optimisme masyarakat Asia Tenggara turun 4% (46% optimis pada survei gelombang kedua).

Indonesia sendiri konsisten muncul sebagai negara paling optimis di antara negeri Asia Tenggara lain, akan adanya pemulihan dan peningkatan ekonomi nasional dalam 6 bulan ke depan, dengan presentase 76%. Daripada hasil survei kedua, optimisme ini meningkat 1% (75% masyarakat optimis di survei September 2020).

Meskipun peningkatannya terlihat kurang signifikan, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan negara lain yang tingkat optimismenya lebih rendah dan justru cenderung mengalami penurunan dari survei gelombang kedua (September 2020) dan ketiga (Februari 2021), seperti Filipina berada diperingkat kedua (49%), Singapura (37%),Vietnam (35%) dan Thailand (30%), dan Malaysia (24%).

Lebih rinci lagi, hasil survei gelombang ketiga ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat Asia Tenggara optimis akan adanya pemulihan pendapatan dalam 6 bulan ke depan. Di Indonesia sendiri, 31% masyarakat optimis pendapatan mereka akan pulih dan meningkat, 45% berpendapat akan sama dengan saat ini, dan 24% mungkin akan memburuk.

Berbeda dengan Malaysia dan Thailand yang justru lebih pesimis pendapatan mereka akan pulih atau meningkat bahwa mungkin memburuk. Empat puluh satu persen (41%) masyarakat Malaysia sentiment pendapatnnya akan memburuk, dan 38% untuk Thailand.

“Penurunan tingkat infeksi dan rencana vaksinasi yang efektif dari Pemerintah memainkan peran kunci dalam membangun kembali kepercayaan ekonomi dan belanja konsumen, seperti yang terlihat di Singapura. Bisnis yang beroperasi di Filipina, Indonesia, dan Vietnam perlu memanfaatkan optimisme negara yang positif. Lonjakan infeksi Covid-19 baru-baru ini di Malaysia dan Thailand, sementara dikendalikan, memerlukan pelonggaran bertahap dari pembatasan dan kampanye yang rumit untuk mempromosikan vaksinasi,” ujar CEO Ipsos South East Asia, Suresh Ramalingam.

Menurut Soeprapto Tan, Paling tingginya optimisme masyarakat Indonesia terhadap adanya pemulihan ekonomi nasional maupun pendapatan mereka merupakan pencapaian tersendiri, termasuk Pemerintah. Terlebih ketika survei ini dilakukan pada Februari 2021 lalu, Indonesia tengah dalam penerapan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) khususnya Jawa dan Bali, yang notabene mayoritas aktivitas bisnis terpusat di sana, namun kita masih optimis.

"Selain itu, optimisme ini juga dipengaruhi oleh vaksinasi yang dimulai sejak Januari 2021. Masyarakat semakin yakin bahwa dengan vaksinasi ini imunitas kelompok (herd immunity) akan terbentuk, ekonomi terdongkrak, dan kita bisa keluar dari masa kelam pandemi ini," paparnya.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Dalam survei terbaru ini, Ipsos juga meneliti sejauhmana pengaruh pandemi Covid-19 terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi penopang ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang didapat mengingat industri tersebut mendapat porsi pembelian tertinggi sebelum dan selama pandemi.

Sebelum pandemi, lebih dari setengah masyarakat Indonesia telah membeli produk industri usaha kecil menengah (54%) dan industri mikro atau bisnis rumahan (44%).

Pandemi tentu mengubah preferensi atau pilihan jenis produk masyarakat Indonesia. Selama, pandemi produk industri rumahan atau bisnis mikro adalah yang paling sedikit terimbas oleh pandemi (42%) dibandingkan sebelum pandemi turun 2%.

Sedangkan produk industri kecil menengah, 44% masyarakat Indonesia masih membeli selama pandemi, dibandingkan sebelum pandemi, mengalami penurunan 10% namun masih memegang porsi tertinggi bersama dengan industri mikro (dibandingkan dengan industri produk bermerek dalam negeri dan produk bermerek luar negeri).

Selama pandemi, mayoritas masyarakat Indonesia mengaku lebih memilih membeli produk UMKM melalui e-commerce (64%), media sosial (33%), aplikasi transportasi online (33%), minimarket atau toko tradisional (30%). Adapun produk UMKM yang paling banyak dibeli selama pandemi adalah makanan 55% seperti makanan beku / frozen atau siap dimasak (ready to cook), minuman 53%, seperti minuman kopi, dan buah segar 53%.

Dan ketiga kategori produk UMKM tersebut masih akan tetap diminati selama 2021 ini, makanan atau kuliner (66%), minuman (58%), dan buah (52%). Di samping itu, 73% masyarakat Indonesia berpendapat bahwa program stimulus yang diberikan Pemerintah untuk industri UMKM sangat membantu mereka untuk bertahan selama pandemi Covid-19.

Pengaruh Pandemi Pada Perilaku Konsumsi Masyarakat

Survei gelombang ketiga ini juga ditujukan untuk mengetahui perkembangan perilaku konsumsi masyarakat Asia Tenggara selama pandemi Covid-19. Dari hasil survei, diketahui bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang sudah beradaptasi dan terbiasa dengan rutinitas pandemi serta penerapan gaya hidup baru.

Adapun pada survei gelombang kedua (September 2020) sebesar 51%, kemudian naik menjadi 57% pada survei ketiga ini (Februari 2021).

Dalm hal konsumsi, hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat Asia Tenggara masih lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas belanja (81%). Masyarakat Indonesia dan Filipina adalah yang paling berhati-hati dalam mengatur pengeluaran mereka (86%).

Terkait pembelian dalam jumlah besar (major purchase), 67% masyarakat di Asia Tenggara mengakui masih meredam niat mereka seperti rumah dan mobil. Kategori produk masakan rumahan (42%), produk kebersihan (36%), dan produk perawatan diri (27%) masih menjadi tiga besar kategori produk yang sangat diminati masyarakat.

Sedangkan untuk kategori travel (20%), fashion atau pakaian (15%), dan aktivitas budaya (11%) mengalami peningkatan minat beli atau konsumsi masyarakat Asia Tenggara.

Seperti hasil survei di atas, bahwa aktivitas travel atau perjalanan sudah mulai mengalami pergerakan ke arah positif. Dimana masyarakat sudah mulai percaya diri dan mau untuk melakukan perjalanan. Di Indonesia sendiri presentase ini meningkat 18% dibandingkan survei pada September 2020.

Munculnya percaya diri masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan selama pandemi bisa dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah yang mengharuskan masyarakat untuk menyertakan hasil negatif swab antigen. Kebijakan ini sangat diapreasiasi oleh masyarakat, yang mana 71% masyarakat setuju akan penerapan kebijakan ini dan yakin dapat menurunkan angka kasus positif.

Sedangkan 54% masyarakat yang tidak setuju disebabkan oleh faktor harga yang dirasa mahal untuk melakukan swab antigen. Warga di Asia Tenggara masih merasakan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 pada pendapatan pribadi dan perilaku belanja mereka.

Indonesia dan Vietnam memiliki optimisme masa depan yang positif secara umum, sementara Singapura pulih dengan kuat. Kembali tingginya kasus positif dan pemberlakuan larangan ketat (lockdown) baru-baru ini telah mendorong sentimen Malaysia dan Thailand 'kembali ke merah'.

"Konsumen masih menahan pengeluaran dalam jumlah besar (major purchase) karena ketidakpastian atas pendapatan dan keamanan pekerjaan. Sisi positifnya, perilaku belanja terpusat pada 'rutinitas pandemi', yang telah berkembang dalam 1 tahun terakhir, sedang turun. Konsumen di Asia Tenggara membuka dompet mereka untuk membeli pengeluaran lebih kecil seperti pakaian, perjalanan lokal, dan aktivitas budaya,” ungkap Viraj Juthanii Group Service Line Leader, Thailand.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1488 seconds (0.1#10.140)