Berburu Investor Kendaraan Listrik, 3 Menteri Sambangi AS dan Jepang

Jum'at, 26 Maret 2021 - 19:33 WIB
loading...
Berburu Investor Kendaraan Listrik, 3 Menteri Sambangi AS dan Jepang
Menteri BUMN Erick Thohir. Foto/SINDophoto/Arif Julianto
A A A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya menggaet sejumlah investor asing untuk masuk dalam kemitraan di industri baterai kendaraan listrik dalam negeri. Rencananya, pada pertengahan April 2021 delegasi pemerintah akan mengunjungi Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Adapun delegasi Indonesia tersebut adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi.

"Pertengahan April Pak Menko, saya dan Mendag, juga kami akan ke Amerika. Salah satunya melihat potensi kerjasama dengan pihak di AS. Kami ada rencana mendatangi negeri Jepang yang ingin bicara hal yang sama," ujar Erick, Jumat (26/3/2021).



Tesla belum dipastikan akan bergabung. Sementara CATL dan LG ikut terlibat dalam proses penggarapan industri baterai kendaraan listrik ini, dalam proses produksinya, konsorsium BUMN tetap terlibat dari hulu hingga hilir.

Konsorsium ini terdiri dari Mining and Industry Indonesia atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, tetap terlibat

"Struktur jelas bahwa dari hulu sampai hilir kita sebagai BUMN ikut semua. bukan hanya di hulu hasil tambang di produksi prekursor terus ditinggal, enggak. Tapi tidak kalah penting kita mengharapkan yang namanya atlet teknologi dalam berpakar," tutur Erick.



Keinginan kuat pemerintah menarik sejumlah investor luar negeri itu didasari pada nilai investasi industri baterai yang disebut bisa mencapai 17 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp238 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS). Nilai investasi itu seiring dengan pabrik produksi yang didesain secara terintegrasi.

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menyebut, IBH tidak hanya mengelola satu pabrik pembuatan kendaraan listrik, namun terintegrasi dari mining, smelting, kemudian produksi prekursor, hingga battery pack

"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tap Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai 17 miliar dolar AS," ujar Pahala.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1195 seconds (0.1#10.140)