130.000 Toko Kelontong Dirangkul Sampoerna, Diajarkan Manajemen Bisnis hingga Digitalisasi

Rabu, 31 Maret 2021 - 22:58 WIB
loading...
130.000 Toko Kelontong Dirangkul Sampoerna, Diajarkan Manajemen Bisnis hingga Digitalisasi
Sampoerna Retail Community (SRC) saat ini telah merangkul lebih dari 130.000 pemilik toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Melalui program ini, Sampoerna memberikan pendampingan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menyadari, pentingnya peran UMKM dalam menggerakkan perekonomian nasional. Lantaran hal itu HM Sampoerna senantiasa mengembangkan keterampilan UMKM Indonesia melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).

“Kami senantiasa menjalankan komitmen untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM secara terpadu dan menyeluruh. Khususnya dalam hal digitalisasi, kami antara lain membantu meningkatkan literasi digital serta mengembangkan aplikasi AYO SRC untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing toko kelontong tradisional,” ujar Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis di ajang konferensi Indonesia Summit 2021 oleh The Economist di Jakarta, Rabu (31/3/2021).



Pelaku UMKM merupakan tulang punggung penggerak perekonomian yang mampu memberikan multiplier effect bagi masyarakat di sekitarnya. Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.

Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) adalah sebesar 61,1%. Untuk itu, Sampoerna senantiasa berperan aktif meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM, termasuk toko kelontong yang tergabung di dalam Sampoerna Retail Community (SRC).

Diluncurkan pada tahun 2008, saat ini SRC telah merangkul lebih dari 130.000 pemilik toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Melalui program ini, Sampoerna memberikan pendampingan kepada pemilik toko kelontong SRC tentang manajemen bisnis dan rantai suplai, strategi pemasaran, pelatihan tentang pemanfaatan platform online seperti media sosial dan e-commerce, peningkatan literasi digital.

Hingga cara membina relasi yang baik dengan pelanggan. Ketika pandemi merebak, dukungan Sampoerna menjadi semakin relevan, utamanya dalam hal pemanfaatan teknologi serta platform digital untuk tetap produktif dan bertahan.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing pemilik toko kelontong SRC, Sampoerna mengembangkan aplikasi digital AYO SRC yang diluncurkan pada tahun 2018. Aplikasi AYO SRC merupakan terobosan inovatif yang menghubungkan pemilik toko kelontong SRC di seluruh Indonesia dengan mitra penyalur, seperti pedagang grosir, serta juga dengan para konsumen secara online (Business to business to consumer/B2B2C).

Selain itu, nilai tambah lain dari aplikasi AYO SRC antara lain adalah Pojok Bayar untuk e-payment, AyoKasir untuk membantu manajemen stok barang, dan yang terbaru adalah Pojok Modal. Fitur Pojok Modal berangkat dari situasi di lapangan dimana sebagian besar pemilik toko kelontong SRC belum terhubung (unbanked) atau memiliki akses perbankan yang terbatas, sementara bantuan finansial sangat krusial bagi mereka.

“Melalui Pojok Modal, kami berupaya memfasilitasi para pemilik toko kelontong SRC dengan institusi permodalan yang kredibel, sehingga mereka bisa memanfaatkan skema pay-later untuk menjaga stok barang dan membuat bisnis tetap berjalan,” kata Mindaugas.

Mindaugas juga menambahkan, bahwa berdasarkan riset dari Litbang Kompas, pendapatan pemilik toko kelontong SRC pada tahun 2019 mencapai hampir Rp70 triliun atau setara dengan 4,1% PDB ritel. Lebih jauh, 58% pemilik toko kelontong SRC adalah perempuan, dan 30 persen diantaranya berperan menafkahi keluarga.

“Antusiasme terhadap SRC juga terjadi pada pelanggan. Hingga Februari 2021, ada lebih dari 939.000 pelanggan telah terdaftar dalam aplikasi AYO SRC. Dalam aspek B2B (business to business), terdapat 80.000 pengguna aktif setiap minggunya dan tercatat 5,5 juta pemesanan terjadi di dalam platform dengan nilai transaksi lebih dari Rp 9 triliun sepanjang tahun 2020,” tambah Mindaugas.

Kontribusi dan dukungan Sampoerna terhadap UMKM juga diwujudkan lewat Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang didirikan pada tahun 2007 di Pasuruan, Jawa Timur. Melalui SETC, Sampoerna memberikan pelatihan kewirausahaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan usaha.

Sejak situasi pandemi berlangsung, SETC berfokus pada kurikulum tentang pemasaran online dan penggunaan media sosial untuk bisnis. Hingga akhir 2020, sebanyak 54.500 pelaku UMKM telah menerima pelatihan dari SETC.



Mindaugas kembali menekankan, bahwa Sampoerna berkomitmen untuk menjangkau dan memberdayakan pelaku UMKM secara berkelanjutan, terutama dengan pengembangan kapasitas di bidang digital dan pemanfaatan teknologi untuk membangun bisnis.

“Kami percaya bahwa komunitas yang berdaya dan inovatif yang didasarkan pada riset mendalam serta praktik bisnis yang baik, akan menjadi kunci dalam memberikan dampak sosial-ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan di Indonesia,” tutup Mindaugas.

Sesi diskusi panel “Technology for Recovery” merupakan bagian dari konferensi Indonesia Summit 2021dari The Economist. Sesi ini menghadirkan narasumber dari beragam sektor industri dan profesi, yakni Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro, Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis, Head of Growth WeWork Southeast Asia, Elizabeth Fuller, dan Country Director untuk Facebook di Indonesia, Pieter Lydian. Sesi ini membahas tentang peran teknologi dan ekosistem digital dalam pemulihan ekonomi di Indonesia.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1918 seconds (0.1#10.140)