Bertemu Pengusaha Desa, Wamendag Bahas Isu Jagung dan Resi Gudang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan kerja sama dengan petani dan pengusaha di pedesaan harus diterjemahkan dalam berbagai program konkret pemerintah yang berorientasi hasil. Hal ini dikemukan Jerry saat menerima kunjungan dari Asosiasi Pengusaha Desa Indonesia (APEDI).
Dalam pertemuan sekitar dua jam tersebut, Jerry mendiskusikan beberapa isu yang menjadi perhatian utama dari APEDI. Salah satunya isu harga jagung di tingkat petani yang cukup rendah saat ini. Menanggapi masalah itu, Jerry menawarkan solusi yang selama ini juga selalu didorong oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag), yakni pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) di berbagai daerah di seluruh Indonesia. ( Baca juga: Sowan ke Airlangga, Ini Pesan Menko Perekonomian ke Anindya & Kadin Daerah Soal Ekonomi RI )
“Kami dari Kemendag, Bapak Menteri Perdagangan dan saya, serta Kepala Bappebti, tidak akan bosan-bosannya menawarkan kepada para petani untuk memanfaatkan yang namanya SRG karena itu banyak manfaatnya," kata Jerry di Jakarta, Kamis (1/4/2021).
Jerry mengemukakan, maanfaat dari SRG. Pertama, petani bisa menyimpan komoditinya saat panen raya dan melakukan tunda jual untuk memperoleh harga yang lebih tinggi serta menghindari jeratan tengkulak.
Kedua, resinya dapat digunakan sebagai agunan untuk pembiayaan dari berbagai bank, baik di daerah maupun nasional. Dan ketiga yang penting juga, SRG akan membantu ketersediaan pasokan dan menstabilkan harga.
"Jadi, bahkan bukan hanya jagung, tapi banyak sekali komoditi yang bisa disimpan di 123 gudang SRG yang ada saat ini. Dan kita harapkan juga kalau bisa komoditi olahan yang bernilai tambah disimpan di situ,” ungkap Jerry.
Dorongan untuk memanfaatkan SRG disambut baik oleh Sekjen APEDI Mochamad Sabdo, yang menyampaikan bahwa saat ini APEDI memiliki lahan seluas 2.000 hektar di Purwakarta, yang rencananya akan digunakan untuk percontohan SRG dan pengolahan berbagai komoditi, seperti kelapa, jagung premium, dan sorgum.
Sebagaimana diusulkan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri yang mendampinginya, Wamendag menyampaikan pula bahwa bentuk kehadiran pemerintah dalam mengatasi harga jagung yang rendah juga dapat dilakukan dengan mempertemukan petani dengan pengusahan pakan ternak, maupun asosiasi retail untuk menyerap produksi.
Isu yang sama pentingnya yang juga mengemuka dalam pertemuan, yaitu soal akses pasar produk pertanian Indonesia ke luar negeri. Relatif terbatasnya akses petani di desa terhadap informasi ekspor dapat diselesaikan, salah satunya melalui koordinasi antara APEDI dengan Kemendag.
Terkait ini, Wamendag menekankan bahwa kunci keberhasilan ekspor ialah ketersediaan pasokan yang berkesinambungan dan business matching dengan para pembeli di luar negeri.
“Kami sadar bahwa mendorong petani untuk ekspor ke luar negeri bukanlah pekerjaan mudah dan perlu concerted effort dari seluruh pemangku kepentingan. Di kami sendiri, Kemendag setiap tahunnya menggelar event Trade Expo Indonesia," terangnya.
Ia menambahkan, tahun ini karena masih pandemi akan diselenggarakan secara virtual tanggal 24-26 Oktober 2021. Di sinilah kesempatan bagi para petani dan pelaku usaha di desa untuk memamerkan bermacam produk yang dihasilkan dan diolah di daerah, dan kemudian menegosiasikan transaksi dengan buyers yang ada di luar negeri.
"Saya yakin selama produk yang kita tampilkan itu yang terbaik dan kompetitif, buyers pasti akan tertarik membeli,” jelas Jerry. ( Baca juga: Penembakan di Pusat Perkantoran California, 4 TewasPenembakan di Pusat Perkantoran California, 4 Tewas )
Tidak hanya business matching, Jerry juga mempersilakan para calon eksportir untuk memanfaatkan berbagai fasilitas pelatihan yang disediakan Kemendag untuk ekspor, termasuk negosiasi harga dengan pembeli di luar negeri.
“Intinya saya ingin tekankan bahwa kami sangat senang kalau petani dan pelaku usaha di pedesaan ingin maju, baik dari segi produksi, pemasaran, penjualan, dan bahkan ekspor. Kami dari Kemendag siap mendukung 100% dan ingin yang konkret-konkret saja," tandasnya.
Dalam pertemuan sekitar dua jam tersebut, Jerry mendiskusikan beberapa isu yang menjadi perhatian utama dari APEDI. Salah satunya isu harga jagung di tingkat petani yang cukup rendah saat ini. Menanggapi masalah itu, Jerry menawarkan solusi yang selama ini juga selalu didorong oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag), yakni pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) di berbagai daerah di seluruh Indonesia. ( Baca juga: Sowan ke Airlangga, Ini Pesan Menko Perekonomian ke Anindya & Kadin Daerah Soal Ekonomi RI )
“Kami dari Kemendag, Bapak Menteri Perdagangan dan saya, serta Kepala Bappebti, tidak akan bosan-bosannya menawarkan kepada para petani untuk memanfaatkan yang namanya SRG karena itu banyak manfaatnya," kata Jerry di Jakarta, Kamis (1/4/2021).
Jerry mengemukakan, maanfaat dari SRG. Pertama, petani bisa menyimpan komoditinya saat panen raya dan melakukan tunda jual untuk memperoleh harga yang lebih tinggi serta menghindari jeratan tengkulak.
Kedua, resinya dapat digunakan sebagai agunan untuk pembiayaan dari berbagai bank, baik di daerah maupun nasional. Dan ketiga yang penting juga, SRG akan membantu ketersediaan pasokan dan menstabilkan harga.
"Jadi, bahkan bukan hanya jagung, tapi banyak sekali komoditi yang bisa disimpan di 123 gudang SRG yang ada saat ini. Dan kita harapkan juga kalau bisa komoditi olahan yang bernilai tambah disimpan di situ,” ungkap Jerry.
Dorongan untuk memanfaatkan SRG disambut baik oleh Sekjen APEDI Mochamad Sabdo, yang menyampaikan bahwa saat ini APEDI memiliki lahan seluas 2.000 hektar di Purwakarta, yang rencananya akan digunakan untuk percontohan SRG dan pengolahan berbagai komoditi, seperti kelapa, jagung premium, dan sorgum.
Sebagaimana diusulkan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri yang mendampinginya, Wamendag menyampaikan pula bahwa bentuk kehadiran pemerintah dalam mengatasi harga jagung yang rendah juga dapat dilakukan dengan mempertemukan petani dengan pengusahan pakan ternak, maupun asosiasi retail untuk menyerap produksi.
Isu yang sama pentingnya yang juga mengemuka dalam pertemuan, yaitu soal akses pasar produk pertanian Indonesia ke luar negeri. Relatif terbatasnya akses petani di desa terhadap informasi ekspor dapat diselesaikan, salah satunya melalui koordinasi antara APEDI dengan Kemendag.
Terkait ini, Wamendag menekankan bahwa kunci keberhasilan ekspor ialah ketersediaan pasokan yang berkesinambungan dan business matching dengan para pembeli di luar negeri.
“Kami sadar bahwa mendorong petani untuk ekspor ke luar negeri bukanlah pekerjaan mudah dan perlu concerted effort dari seluruh pemangku kepentingan. Di kami sendiri, Kemendag setiap tahunnya menggelar event Trade Expo Indonesia," terangnya.
Ia menambahkan, tahun ini karena masih pandemi akan diselenggarakan secara virtual tanggal 24-26 Oktober 2021. Di sinilah kesempatan bagi para petani dan pelaku usaha di desa untuk memamerkan bermacam produk yang dihasilkan dan diolah di daerah, dan kemudian menegosiasikan transaksi dengan buyers yang ada di luar negeri.
"Saya yakin selama produk yang kita tampilkan itu yang terbaik dan kompetitif, buyers pasti akan tertarik membeli,” jelas Jerry. ( Baca juga: Penembakan di Pusat Perkantoran California, 4 TewasPenembakan di Pusat Perkantoran California, 4 Tewas )
Tidak hanya business matching, Jerry juga mempersilakan para calon eksportir untuk memanfaatkan berbagai fasilitas pelatihan yang disediakan Kemendag untuk ekspor, termasuk negosiasi harga dengan pembeli di luar negeri.
“Intinya saya ingin tekankan bahwa kami sangat senang kalau petani dan pelaku usaha di pedesaan ingin maju, baik dari segi produksi, pemasaran, penjualan, dan bahkan ekspor. Kami dari Kemendag siap mendukung 100% dan ingin yang konkret-konkret saja," tandasnya.
(uka)