Citigroup Hengkang dari Bisnis Bank Ritel di 13 Negara, Ekonom: Konsolidasi Wajar Terjadi

Senin, 19 April 2021 - 13:01 WIB
loading...
Citigroup Hengkang dari...
Citigroup akan meninggalkan bisnis bank ritelnya di 13 negara, termasuk Indonesia. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Citigroup berencana keluar dari bisnis ritel banking pada 13 pasar di kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah, dan juga Afrika. Di mana Citigroup menyebutkan, perusahaan akan memfokuskan perbankan konsumen di empat pusat kekayaan dunia yaitu Singapura, Hong Kong, Uni Emirat Arab, dan London.

Ekonom Perbankan Binus University Dody Arifianto menilai, keputusan tersebut cukup mengejutkan. Mengingat Citibank sudah cukup lama berada di Indonesia sebagai komersial banking.



"Mereka berkecimpung pada ritel dan consumer banking juga. Artinya, komersial banking secara umum sejak tahun 1968, jadi sudah 50 tahun lebih dan mereka sekarang pull out," ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Senin (19/4/2021).

Selain itu, Dody menjelaskan, performa dari Citibank juga baik. Sebagai contoh, Citibank sempat menjadi penguasa kartu kredit. Lanjutnya, yang harus diingat bahwa Citibank yang ada di Indonesia itu merupakan salah satu kantor cabang dan bukan subsidiary. Menurutnya, ada kemungkinan keputusan tersebut terpengaruh dengan beberapa faktor pada kantor cabang yang berpusat di Amerika Serikat.

"Kita tahu dia baru berganti CEO global ya, jadi pimpinan tertinggi dari Citibank itu baru berganti di bulan Maret. Apakah dari personalnya atau ini adalah sesuatu yang memang sudah dikaji bahwa mereka akan pull out untuk ritel banking dan fokus kepada apa yang menjadi menurut CEO baru menjadi kekuatan utama dari Citibank," kata Dody.



Sementara itu, kata dia, semua bisnis akan berkonsolidasi dan itu merupakan suatu hal yang biasa terjadi. Sebagai contoh, misalnya seperti yang saat ini tengah terjadi pada Citigroup.

"Jadi, yang sudah berpuluh-puluh tahun pada akhirnya mereka di sana akan melihat rasanya kita akan lebih baik menjalankan bisnis bukan di sini. Ini saya lihat banyak di-drive dari global yang mungkin merupakan hasil studi yang sudah dijalankan dari yang sebelumya, jadi bukan berasal dari CEO baru ini," pungkas Ekonom Perbankan Binus University tersebut.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1986 seconds (0.1#10.140)