Dibantu Warga, PLN Rampungkan Pembangunan Menara Darurat di NTT dalam 10 Hari
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) berhasil membangun menara darurat (tower emergency) sebagai pengganti sementara dua menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 70 kilo Volt (kV) yang patah dan roboh akibat diterjang Badai Siklon Tropis Seroja di Desa Tunfeu, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PLN Syamsul Huda mengatakan, pembangunan menara darurat awalnya ditargetkan rampung selama 1 bulan mengingat medan yang sulit karena hujan, angin dan tanah longsor.
"Perkiraan awal kita membutuhkan waktu 30 hari atau 1 bulan, namun dengan bantuan relawan PLN, TNI, dan masyarakat mampu diselesaikan dalam waktu 10 hari yang berarti lebih cepat dari target semula," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).
Dia melanjutkan, dengan ketangguhan dan kompetensi teknis yang sangat baik, kendala dan tantangan yang ada bisa diatasi dengan berdirinya menara darurat. Hal ini juga berkat dukungan dari 77 personel gabungan PLN Group, 30 personel TNI Korem 161 Wirasakti dan warga setempat bahu membahu membantu pembersihan jalur transmisi.
"Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu pendirian dan pengoperasian menara darurat tersebut," ungkapnya.
Untuk pembangunan tower darurat setinggi 63 meter, personil yang terlibat 107 orang yang terdiri dari tenaga ahli daya, relawan, hingga personil TNI. Setelah melalui pembangunan selama 10 hari, mulai dari 8-18 April 2021, pada Minggu, 18 April pukul 17.53 WITA menara tersebut berhasil mengaliri listrik ke arah Naibonat-Maulafa.
Dengan beroperasinya menara darurat ini, maka sebanyak 169.480 pelanggan PLN di empat kabupaten di Pulau Timor berpotensi segera menikmati kembali listrik. Adapun kabupaten tersebut meliputi kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu.
"Saya merasakan kegembiraan masyarakat yang luar biasa setelah 2 minggu mengalami kegelapan. Mudah-mudahan ini yang terakhir dan seterusnya kita terus mengalami terang benderang," jelas Syamsul.
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PLN Syamsul Huda mengatakan, pembangunan menara darurat awalnya ditargetkan rampung selama 1 bulan mengingat medan yang sulit karena hujan, angin dan tanah longsor.
"Perkiraan awal kita membutuhkan waktu 30 hari atau 1 bulan, namun dengan bantuan relawan PLN, TNI, dan masyarakat mampu diselesaikan dalam waktu 10 hari yang berarti lebih cepat dari target semula," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).
Dia melanjutkan, dengan ketangguhan dan kompetensi teknis yang sangat baik, kendala dan tantangan yang ada bisa diatasi dengan berdirinya menara darurat. Hal ini juga berkat dukungan dari 77 personel gabungan PLN Group, 30 personel TNI Korem 161 Wirasakti dan warga setempat bahu membahu membantu pembersihan jalur transmisi.
"Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu pendirian dan pengoperasian menara darurat tersebut," ungkapnya.
Untuk pembangunan tower darurat setinggi 63 meter, personil yang terlibat 107 orang yang terdiri dari tenaga ahli daya, relawan, hingga personil TNI. Setelah melalui pembangunan selama 10 hari, mulai dari 8-18 April 2021, pada Minggu, 18 April pukul 17.53 WITA menara tersebut berhasil mengaliri listrik ke arah Naibonat-Maulafa.
Dengan beroperasinya menara darurat ini, maka sebanyak 169.480 pelanggan PLN di empat kabupaten di Pulau Timor berpotensi segera menikmati kembali listrik. Adapun kabupaten tersebut meliputi kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu.
"Saya merasakan kegembiraan masyarakat yang luar biasa setelah 2 minggu mengalami kegelapan. Mudah-mudahan ini yang terakhir dan seterusnya kita terus mengalami terang benderang," jelas Syamsul.
(ind)