Kasus Covid-19 Global Nanjak, Rupiah Masih Bisa Perkasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan menguat. Di sisi lain, naiknya kasus Covid-19 di dunia bisa memicu kekhawatiran pasar terhadap aset berisiko dan bisa menahan laju penguatan rupiah.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia yang belum stabil juga bisa menjadi salah satu faktor penekan rupiah. Dia mengungkapkan, belum semua indikator ekonomi menunjukkan perbaikan seperti data penjualan ritel yang masih turun. Padahal, konsumsi ini yang penopang utama pertumbuhan ekonomi.
"Rupiah mungkin bisa menguat kembali ke arah 14.460 dengan potensi resisten di kisaran 14.550," kata Ariston di Jakarta, Rabu (21/4/2031).
Selain itu, sambung dia, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali terkoreksi ke bawah 1,60% pada perdagangan kemarin. Yield berhasil menyentuh kisaran 1,55%.
Faktor ini, kata dia, bisa mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ditambah ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi global maupun di Indonesia sendiri karena membaiknya data-data ekonomi. "Di internal beberapa indikator seperti aktifitas manufaktur, tingkat keyakinan konsumen, neraca perdagangan, sudah menunjukkan perbaikan," tandasnya.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia yang belum stabil juga bisa menjadi salah satu faktor penekan rupiah. Dia mengungkapkan, belum semua indikator ekonomi menunjukkan perbaikan seperti data penjualan ritel yang masih turun. Padahal, konsumsi ini yang penopang utama pertumbuhan ekonomi.
"Rupiah mungkin bisa menguat kembali ke arah 14.460 dengan potensi resisten di kisaran 14.550," kata Ariston di Jakarta, Rabu (21/4/2031).
Selain itu, sambung dia, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali terkoreksi ke bawah 1,60% pada perdagangan kemarin. Yield berhasil menyentuh kisaran 1,55%.
Faktor ini, kata dia, bisa mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ditambah ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi global maupun di Indonesia sendiri karena membaiknya data-data ekonomi. "Di internal beberapa indikator seperti aktifitas manufaktur, tingkat keyakinan konsumen, neraca perdagangan, sudah menunjukkan perbaikan," tandasnya.
(ind)