Bank Mau Bebas dari Bayar Premi Penjaminan? Nih Syarat dari LPS

Kamis, 22 April 2021 - 21:25 WIB
loading...
Bank Mau Bebas dari Bayar Premi Penjaminan? Nih Syarat dari LPS
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, pihaknya masih mengkaji wacana bebas premi penjaminan . Namun pada dasarnya ruang untuk melaksanakan kebijakan tersebut terbuka.

“Perubahan tingkat premi akan dikonsultasikan dengan DPR. Pertimbangan kami, kalau itu bisa berdampak positif bagi perbankan , dan pemulihan ekonomi bisa lebih cepat, maka hal itu layak kita tempuh,” ujar Purbaya di Jakarta (21/04/2021).

Baca juga:Premi Penjaminan Diminta Dihapus, LPS: Bank Jangan Taruh (Duit) di BI Saja

Tetapi menurutnya ada sejumlah persyaratan yang harus terpenuhi. Antara lain bank harus lebih aktif menyalurkan kredit.

“Syaratnya, dana di perbankan tadi benar-benar disalurkan dalam bentuk kredit dan tidak disimpan kembali di BI. Jadi hal itu dahulu yang saat ini kita cermati, apakah perbankan sudah agresif menyalurkan kredit? Jika perbankan sudah mulai proaktif menyalurkan kreditnya dan sudah mulai mengurangi penempatan dana di BI, maka kami pun akan dengan agresif mengejar kebijakan tersebut,” jelasnya.

Saat ditanyakan apakah kebijakan itu apabila nantinya diterapkan akan berpengaruh bagi kinerja LPS, ia menyatakan dalam ruang lingkup yang lebih luas, kebijakan itu dinilai tidak akan berpengaruh. Bahkan menurutnya apabila LPS dapat membantu industri perbankan, maka hal ini akan mengurangi kemungkinan beban resolusi bagi LPS di masa depan.

Menurutnya saat ini pertumbuhan kredit masih negatif, para pelaku usaha belum merasakan penurunan bunga yang cukup signifikan walaupun bunga deposito sudah turun.

Ia mengatakan pemerintah juga akan selalu berusaha untuk terus menumbuhkan optimisme kepada pasar, agar para pelaku bisnis berani mengambil resiko untuk meminjam kembali kepada perbankan.

Menurut Purbaya, saat ini kinerja LPS masih cukup baik, mengingat kondisi yang juga relatif normal. Aset LPS pun terus mengalami kenaikan.

“Total aset dan total investasi LPS terus mengalami peningkatan. Per Maret 2021, total aset LPS mencapai Rp148,96 triliun. Dan tahun ini kita perkirakan apabila tidak ada sesuatu yang istimewa atau perubahan yang sifatnya material, total aset dan cadangan penjaminan LPS diproyeksikan meningkat menjadi Rp160,18 triliun,” katanya.

Purbaya melanjutkan, LPS saat ini melihat tanda positif yang mengindikasikan pergerakan ekonomi ke arah lebih baik, yaitu adanya tren shifting dari simpanan deposito ke bentuk giro.

“Pertumbuhan giro yang tinggi, disertai oleh penurunan deposito, memberi indikasi bahwa para pelaku ekonomi mulai siap-siap melakukan ekspansi dengan menambah dana yang siap pakai dalam waktu dekat. Ini suatu hal yang positif dalam perekonomian kita. Jadi kita harus menjaga optimisme masyarakat, agar ekonomi kita betul-betul bisa bergerak lebih cepat,” ujarnya.

Menjawab pertanyaan tentang sejumlah BPR yang gagal, Purbaya menjawab angkanya masih dalam batas rata-rata. BPR yang gagal itu pun lebih karena salah urus.

“Dari evaluasi kami biasanya dikarenakan ada fraud dari pengurus BPR. Jadi sedikit sekali kegagalan bank tersebut yang disebabkan oleh krisis atau ekonomi yang memburuk,” ujarnya.

Lembaganya akan mempelajari situasi ini dan jika keadaan masih berlanjut maka akan dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan ini. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada pengurus BPR tentang manajemen yang baik.

“Pesan kami kepada BPR, apabila ada fraud, pemilik BPR harus bayar (kerugian tersebut) dan mereka tidak bisa lari dari tanggung jawab,” tambahnya.

Baca juga:Hari ke-10 Ramadhan! Jangan Cemaskan Rezeki, Khawatirkanlah Amalanmu

Terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan kredit perbankan, menurutnya, kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral untuk mempertahankan suku bunga di level sekarang sudah tepat.

“Secara global ada tren suku bunga naik, dan kalau kita turunkan sekarang, dikhawatirkan akan menimbulkan sentimen negatif terhadap perekonomian kita. Jika kita bekerja maksimal maka pertumbuhan kredit di angka 5% atau lebih masih bisa diraih. Untuk itu kredit harus tumbuh positif dari sebelumnya yang negatif 2,15% di bulan Februari. Kalau itu tercapai, kami yakin prospek pertumbuhan ekonomi kita akan semakin menguat secara drastis” ujarnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1823 seconds (0.1#10.140)