Pengemasan Bukan Masalah Sepele, Platform Digital KDMK Disiapkan Bantu IKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah persaingan pasar yang semakin ketat, juga seiring kemajuan teknologi, industri pengemasan memegang peranan penting dalam meningkatkan daya saing produk. Sebab, pengemasan tidak bisa dipisahkan dari proses industri secara umum.
“Dengan meningkatnya industrialisasi yang mulai melangkah ke arah digitalisasi, industri pengemasan dituntut untuk bisa bergeliat lebih cepat lagi. Tentunya yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan tren masa kini,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) , Gati Wibawaningsih di Jakarta.
Dirjen IKMA menyampaikan, kemasan menjadi aspek penting dalam meningkatkan branding produk nasional , termasuk untuk warna dan tulisannya. “Jadi, ketika masuk pasar, barang tersebut harus mudah dilihat dan dijual,” tuturnya.
Untuk itu, Kemenperin sedang mengembangkan platform digital Klinik Desain Merek Kemas (KDMK) yang dapat menjadi pendorong bagi peningkatan mutu dan fungsi kemasan, sehingga produk industri lokal dapat unggul dalam persaingan global. “Platform ini akan mengintegrasikan seluruh informasi yang ada di rumah kemasan dengan menjadi KDMK sebagai hub,” jelasnya.
Gati berharap pengembangan platform digital KDMK mendapat dukungan dari pemerintah daerah, asosiasi, dan perguruan tinggi. “Kami telah melihat rumah kemasan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ini dapat menjadi benchmark terkait proses bisnis pada rumah kemasan, terutama dalam hal pengelolaan dan kesiapan sumber daya manusianya,” ungkapnya.
Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan Provinsi Jawa Tengah telah dibentuk sejak 2016. Sebelumnya, balai industri ini dikenal dengan nama Balai Pengembangan Kemasan dan Industri Kreatif. Balai ini selain melayani pengembangan kemasan, juga menjadi menyediakan layanan working space, inkubator, dan sarana pemasaran online untuk industri kreatif digital.
Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan juga membuka layanan konsultasi sekaligus pembuatan kemasan, sablon, desain, laminasi sesuai pesanan IKM. Menurut Gati, pihaknya telah membentuk KDMK sejak tahun 2003.
Klinik ini bertujuan untuk membantu pelaku IKM dalam pemilihan bahan kemasan yang sesuai dengan produknya, pemilihan teknologi kemasan, pembuatan desain kemasan, pembuatan label kemasan sesuai peraturan yang berlaku, dan memfasilitasi bantuan cetak kemasan.
Selama periode 2015-2019, KDMK telah memfasilitasi sebanyak 858 IKM, dimana 81% merupakan IKM pangan (makanan dan minuman), kemudian IKM kerajinan (10%), dan IKM sandang (6%). “Dalam menjalankan fungsinya, KDMK juga didukung oleh 25 rumah kemasan yang tersebar di Provinsi dan Kabupaten atau Kota,” imbuhnya.
“Dengan meningkatnya industrialisasi yang mulai melangkah ke arah digitalisasi, industri pengemasan dituntut untuk bisa bergeliat lebih cepat lagi. Tentunya yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan tren masa kini,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) , Gati Wibawaningsih di Jakarta.
Dirjen IKMA menyampaikan, kemasan menjadi aspek penting dalam meningkatkan branding produk nasional , termasuk untuk warna dan tulisannya. “Jadi, ketika masuk pasar, barang tersebut harus mudah dilihat dan dijual,” tuturnya.
Untuk itu, Kemenperin sedang mengembangkan platform digital Klinik Desain Merek Kemas (KDMK) yang dapat menjadi pendorong bagi peningkatan mutu dan fungsi kemasan, sehingga produk industri lokal dapat unggul dalam persaingan global. “Platform ini akan mengintegrasikan seluruh informasi yang ada di rumah kemasan dengan menjadi KDMK sebagai hub,” jelasnya.
Gati berharap pengembangan platform digital KDMK mendapat dukungan dari pemerintah daerah, asosiasi, dan perguruan tinggi. “Kami telah melihat rumah kemasan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ini dapat menjadi benchmark terkait proses bisnis pada rumah kemasan, terutama dalam hal pengelolaan dan kesiapan sumber daya manusianya,” ungkapnya.
Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan Provinsi Jawa Tengah telah dibentuk sejak 2016. Sebelumnya, balai industri ini dikenal dengan nama Balai Pengembangan Kemasan dan Industri Kreatif. Balai ini selain melayani pengembangan kemasan, juga menjadi menyediakan layanan working space, inkubator, dan sarana pemasaran online untuk industri kreatif digital.
Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan juga membuka layanan konsultasi sekaligus pembuatan kemasan, sablon, desain, laminasi sesuai pesanan IKM. Menurut Gati, pihaknya telah membentuk KDMK sejak tahun 2003.
Klinik ini bertujuan untuk membantu pelaku IKM dalam pemilihan bahan kemasan yang sesuai dengan produknya, pemilihan teknologi kemasan, pembuatan desain kemasan, pembuatan label kemasan sesuai peraturan yang berlaku, dan memfasilitasi bantuan cetak kemasan.
Selama periode 2015-2019, KDMK telah memfasilitasi sebanyak 858 IKM, dimana 81% merupakan IKM pangan (makanan dan minuman), kemudian IKM kerajinan (10%), dan IKM sandang (6%). “Dalam menjalankan fungsinya, KDMK juga didukung oleh 25 rumah kemasan yang tersebar di Provinsi dan Kabupaten atau Kota,” imbuhnya.