Jangan Suudzon! Tak Ada Cari Untung dari Harga Vaksin Gotong Royong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan, tidak ada komersialisasi harga vaksin gotong royong . Harga vaksin Covid-19 ditetapkan pemerintah dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sebesar Rp1 juta per orang.
Kementerian BUMN dinilai transparan sejak awal program vaksinasi bagi korporasi swasta dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tersebut.
Baca juga:Tak Tanggung-Tanggung, Usai Merger GoTo Bakal Lakukan Dual Listing
"Mengenai harga, sejak awal kami dari Kementerian BUMN sangat terbuka. Kita tidak berpikir untuk komersialisasi daripada vaksin Covid-19 sendiri," ujar Erick Rabu, (17/5/2021).
Dalam skemanya, setiap karyawan akan mendapatkan dua kali suntikan dosis vaksin Covid-19. Satu kali suntikan dibebankan sebesar Rp500.000. Jumlah itu terbagi atas Rp375.000 satu dosis vaksin dan satu kali penyuntikan senilai Rp125.000.
Dengan begitu, total biaya vaksin gotong royong untuk satu orang sebesar Rp1 juta. Adapun jenis vaksin yang digunakan adalah Sinopharm dan CanSino. Sementara tarif vaksin ditanggung perusahaan swasta dan bukan negara.
Untuk masyarakat umum, pemerintah tetap memberikan vaksin secara gratis. Saat ini nilai pengadaannya mencapai Rp 77 triliun. Bahkan, jumlah tersebut diklaim paling tinggi di dunia.
Baca juga:Unggah Foto Bareng Novel, Said Didu: Angka Korupsi Bansos Rp100 Triliun Memang Menarik
Meski dana pengadaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) itu harus digelontorkan dengan jumlah besar, pemerintah tidak mencari keuntungan dalam program penanganan pandemi Covid-19.
"Saya bilang tolong konteksnya jangan dilihat seakan-akan pemerintah hadir mencari margin atau keuntungan. Pemerintah sudah mengeluarkan Rp 77 triliun untuk pengadaan vaksin gratis dan saya rasa ini merupakan salah satu terbesar di dunia yang kita harus apresiasi," tutur dia.
Kementerian BUMN dinilai transparan sejak awal program vaksinasi bagi korporasi swasta dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tersebut.
Baca juga:Tak Tanggung-Tanggung, Usai Merger GoTo Bakal Lakukan Dual Listing
"Mengenai harga, sejak awal kami dari Kementerian BUMN sangat terbuka. Kita tidak berpikir untuk komersialisasi daripada vaksin Covid-19 sendiri," ujar Erick Rabu, (17/5/2021).
Dalam skemanya, setiap karyawan akan mendapatkan dua kali suntikan dosis vaksin Covid-19. Satu kali suntikan dibebankan sebesar Rp500.000. Jumlah itu terbagi atas Rp375.000 satu dosis vaksin dan satu kali penyuntikan senilai Rp125.000.
Dengan begitu, total biaya vaksin gotong royong untuk satu orang sebesar Rp1 juta. Adapun jenis vaksin yang digunakan adalah Sinopharm dan CanSino. Sementara tarif vaksin ditanggung perusahaan swasta dan bukan negara.
Untuk masyarakat umum, pemerintah tetap memberikan vaksin secara gratis. Saat ini nilai pengadaannya mencapai Rp 77 triliun. Bahkan, jumlah tersebut diklaim paling tinggi di dunia.
Baca juga:Unggah Foto Bareng Novel, Said Didu: Angka Korupsi Bansos Rp100 Triliun Memang Menarik
Meski dana pengadaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) itu harus digelontorkan dengan jumlah besar, pemerintah tidak mencari keuntungan dalam program penanganan pandemi Covid-19.
"Saya bilang tolong konteksnya jangan dilihat seakan-akan pemerintah hadir mencari margin atau keuntungan. Pemerintah sudah mengeluarkan Rp 77 triliun untuk pengadaan vaksin gratis dan saya rasa ini merupakan salah satu terbesar di dunia yang kita harus apresiasi," tutur dia.
(uka)