Ditindih Utang Rp70 Triliun, Ini Jurus-Jurus Penyelamatan Garuda
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau (GIAA) tengah berada dalam kesulitan keuangan akibat kinerja memburuk selama pandemi Covid-19. Krisis keuangan Garuda juga diperparah oleh utang yang menyentuh angka Rp70 triliun.
Pemegang saham dan manajemen maskapai pelat merah itu memang sudah merumuskan dan mengimplementasikan sejumlah langkah dan kebijakan strategis untuk menekan kerugian emiten agar tidak terlalu dalam. Namun, hingga saat ini Garuda belum bisa bernapas lega. Beban keuangan masih menjadi pekerjaan besar untuk diselesaikan.
MNC Portal Indonesia pun merangkum sejumlah fakta perihal stimulus dari pemerintah dan upaya manajemen menangani kerugian maskapai penerbangan nasional tersebut. Adapun fakta yang dirangkum di antaranya:
Pensiun Dini
Manajemen menawarkan program pensiun dini kepada karyawan Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, pandemi Covid-19 mengharuskan perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply dan demand saat penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.
Baca juga: Harga Emas Kembali Merangkak ke Level Rp964.000 per Gram
Penawaran program ini juga sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan guna menjadikan maskapai pelat merah ini menjadi lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
"Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat kami upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini, yang tentunya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak, dalam hal ini karyawan maupun perusahaan," ujar Irfan dikutip, Kamis (3/6/2021).
Alihkan Garuda Indonesia ke Pasar Domestik
Menteri BUMN Erick Thohir akan memfokuskan rute penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink di pasar domestik. Langkah itu seiring dengan ceruk pasar domestik yang dinilai potensial.
Upaya tersebut pun sudah dibicarakan dengan manajemen Garuda Indonesia sejak Januari 2019 atau sebelum pandemi merebak di Indonesia. Data penerbangan saat ini didominasi oleh penumpang domestik.
Okupansi domestik mencapai 78%. Untuk biaya, sebanyak Rp1.400 triliun dikontribusikan oleh turis lokal. Sedangkan 22% atau sekitar Rp300 triliun berasal dari turis mancanegara.
Pangkas Komisaris Garuda
Pemegang saham akan melakukan pengurangan anggota dewan komisaris Garuda Indonesia. Pengurangan dilakukan seiring dengan kinerja keuangan emiten yang terus tertekan.
Pengurangan dilakukan hingga tiga orang anggota komisaris. Bahkan, pemegang saham mengusulkan komisaris penerbangan nasional pelat merah itu dua orang saja.
Baca juga:Terungkap, Jay Z dan Beyonce Merupakan Pemilik Mobil Supermahal di Dunia
Komisaris Rela Tak Digaji
Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha, menuliskan dalam sebuah surat yang diunggah di Instagramnya pada, Rabu (2/6/2021). Peter meminta manajemen Garuda untuk memberhentikan pembayaran gaji atau honorarium.
Kemudian, dia juga memaparkan beberapa penyebab utama keuangan emiten yang tertekan. Adapun penyebab-penyebab tersebut, yaitu, tidak adanya penghematan biaya operasional, seperti GHA. Tidak adanya informasi mengenai cara dan narasi negosiasi dengan lessor. Tidak adanya evaluasi atau perubahan penerbangan yang merugi.
Empat Opsi Pemegang
Keempat opsi yang ditawarkan pemerintah kepada Garuda. Pertama, pemerintah terus mendukung kinerja Garuda melalui pinjaman ekuitas. Kedua, menggunakan legal bankruptcy untuk merestrukturisasi kewajiban Garuda. Ketiga, Garuda dibiarkan melakukan restrukturisasi. Keempat, Garuda akan dilikuidasi.
Pemegang saham dan manajemen maskapai pelat merah itu memang sudah merumuskan dan mengimplementasikan sejumlah langkah dan kebijakan strategis untuk menekan kerugian emiten agar tidak terlalu dalam. Namun, hingga saat ini Garuda belum bisa bernapas lega. Beban keuangan masih menjadi pekerjaan besar untuk diselesaikan.
MNC Portal Indonesia pun merangkum sejumlah fakta perihal stimulus dari pemerintah dan upaya manajemen menangani kerugian maskapai penerbangan nasional tersebut. Adapun fakta yang dirangkum di antaranya:
Pensiun Dini
Manajemen menawarkan program pensiun dini kepada karyawan Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, pandemi Covid-19 mengharuskan perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply dan demand saat penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.
Baca juga: Harga Emas Kembali Merangkak ke Level Rp964.000 per Gram
Penawaran program ini juga sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan guna menjadikan maskapai pelat merah ini menjadi lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
"Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat kami upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini, yang tentunya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak, dalam hal ini karyawan maupun perusahaan," ujar Irfan dikutip, Kamis (3/6/2021).
Alihkan Garuda Indonesia ke Pasar Domestik
Menteri BUMN Erick Thohir akan memfokuskan rute penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink di pasar domestik. Langkah itu seiring dengan ceruk pasar domestik yang dinilai potensial.
Upaya tersebut pun sudah dibicarakan dengan manajemen Garuda Indonesia sejak Januari 2019 atau sebelum pandemi merebak di Indonesia. Data penerbangan saat ini didominasi oleh penumpang domestik.
Okupansi domestik mencapai 78%. Untuk biaya, sebanyak Rp1.400 triliun dikontribusikan oleh turis lokal. Sedangkan 22% atau sekitar Rp300 triliun berasal dari turis mancanegara.
Pangkas Komisaris Garuda
Pemegang saham akan melakukan pengurangan anggota dewan komisaris Garuda Indonesia. Pengurangan dilakukan seiring dengan kinerja keuangan emiten yang terus tertekan.
Pengurangan dilakukan hingga tiga orang anggota komisaris. Bahkan, pemegang saham mengusulkan komisaris penerbangan nasional pelat merah itu dua orang saja.
Baca juga:Terungkap, Jay Z dan Beyonce Merupakan Pemilik Mobil Supermahal di Dunia
Komisaris Rela Tak Digaji
Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha, menuliskan dalam sebuah surat yang diunggah di Instagramnya pada, Rabu (2/6/2021). Peter meminta manajemen Garuda untuk memberhentikan pembayaran gaji atau honorarium.
Kemudian, dia juga memaparkan beberapa penyebab utama keuangan emiten yang tertekan. Adapun penyebab-penyebab tersebut, yaitu, tidak adanya penghematan biaya operasional, seperti GHA. Tidak adanya informasi mengenai cara dan narasi negosiasi dengan lessor. Tidak adanya evaluasi atau perubahan penerbangan yang merugi.
Empat Opsi Pemegang
Keempat opsi yang ditawarkan pemerintah kepada Garuda. Pertama, pemerintah terus mendukung kinerja Garuda melalui pinjaman ekuitas. Kedua, menggunakan legal bankruptcy untuk merestrukturisasi kewajiban Garuda. Ketiga, Garuda dibiarkan melakukan restrukturisasi. Keempat, Garuda akan dilikuidasi.
(uka)