Urusan Suntikan Dana Garuda Belum Kelar, Eh Asabri Butuh Modal Rp15 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan usaha milik negara (BUMN) memang benar-benar banyak yang dirundung persoalan. Selain Garuda yang terancam bangkrut dan membutuhkan suntikan dana Rp8,5 triliun (Rp1,5 triliun sudah dicairkan), PT Asabri (Persero) juga membutuhkan risk based capital (RBC) atau modal minimum sebesar Rp15,16 triliun.
Direktur Utama Asabri R. Wahyu Suparyono menyebut, kebutuhan dana tersebut sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perseroan memang mencatatkan kerugian senilai Rp11,76 triliun sejak 2018-2020.
Baca juga:Bos Asabri Ungkap Borok Pengelola Perusahaan Sebelumnya
"Tiga tahun terakhir kalau kami akumulasikan, Asabri mengalami kerugian secara komprehensif sebesar Rp11,76 triliun. Artinya akumulasi dari 2018 hingga 2020, sehingga kami sampaikan kepada pimpinan (DPR) masih membutuhkan Risk Based Capital Rp15,16 triliun sesuai kebutuhan OJK," ujar Wahyu saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Rabu (9/6/2021).
Manajemen juga mencatat, per 31 April 2021 ekuitas perusahaan mulai membaik. Kondisi itu disebabkan adanya perbaikan suku bunga aktuaria. Wahyu Suparyono menyebut, suku bunga pencadangan peserta mengalami perbaikan laba secara komprehensif sehingga per Juni tahun ini, suku bunga cadangan mencapai Rp1,4 triliun.
"Desember 2020 ekuitas negatif Rp13,1 triliun, alhamdulillah per 30 April itu minus Rp12 triliun, kenapa ini terjadi karena disebabkan ada dampak dari perbaikan suku bunga aktuaria. Jadi suku bunga pencadangan peserta ini ada perbaikan laba komprehensif di bulan ini Rp1,4 triliun, karena ada pergerakan dari suku bunga aktuaria," katanya.
Dari paparannya, penyesuaian suku bunga aktuaria yang efektif per April 2021 tersebut naik menjadi 7,48% dari posisi sebelumnya yakni 6,9%. Kenaikan pun berdampak signifikan pada penurunan cadangan.
Baca juga:Soal Wacana Duet Megawati-Prabowo di Pilpres 2024, Begini Plus Minusnya
"Jadi Bapak Ibu sekalian, semakin suku bunga tinggi berarti pressure value-nya, dengan demikian biaya semakin rendah. Ini hitung-hitungan pencadangan dari yang kami cadangkan, jadi agak membaik diposisi April," katanya.
Meski demikian, Asabri masih membukukan ekuitas negatif, karena pada periode yang sama atau 31 April 2021 terjadi penurunan cadangan premi yang cukup besar.
Direktur Utama Asabri R. Wahyu Suparyono menyebut, kebutuhan dana tersebut sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perseroan memang mencatatkan kerugian senilai Rp11,76 triliun sejak 2018-2020.
Baca juga:Bos Asabri Ungkap Borok Pengelola Perusahaan Sebelumnya
"Tiga tahun terakhir kalau kami akumulasikan, Asabri mengalami kerugian secara komprehensif sebesar Rp11,76 triliun. Artinya akumulasi dari 2018 hingga 2020, sehingga kami sampaikan kepada pimpinan (DPR) masih membutuhkan Risk Based Capital Rp15,16 triliun sesuai kebutuhan OJK," ujar Wahyu saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Rabu (9/6/2021).
Manajemen juga mencatat, per 31 April 2021 ekuitas perusahaan mulai membaik. Kondisi itu disebabkan adanya perbaikan suku bunga aktuaria. Wahyu Suparyono menyebut, suku bunga pencadangan peserta mengalami perbaikan laba secara komprehensif sehingga per Juni tahun ini, suku bunga cadangan mencapai Rp1,4 triliun.
"Desember 2020 ekuitas negatif Rp13,1 triliun, alhamdulillah per 30 April itu minus Rp12 triliun, kenapa ini terjadi karena disebabkan ada dampak dari perbaikan suku bunga aktuaria. Jadi suku bunga pencadangan peserta ini ada perbaikan laba komprehensif di bulan ini Rp1,4 triliun, karena ada pergerakan dari suku bunga aktuaria," katanya.
Dari paparannya, penyesuaian suku bunga aktuaria yang efektif per April 2021 tersebut naik menjadi 7,48% dari posisi sebelumnya yakni 6,9%. Kenaikan pun berdampak signifikan pada penurunan cadangan.
Baca juga:Soal Wacana Duet Megawati-Prabowo di Pilpres 2024, Begini Plus Minusnya
"Jadi Bapak Ibu sekalian, semakin suku bunga tinggi berarti pressure value-nya, dengan demikian biaya semakin rendah. Ini hitung-hitungan pencadangan dari yang kami cadangkan, jadi agak membaik diposisi April," katanya.
Meski demikian, Asabri masih membukukan ekuitas negatif, karena pada periode yang sama atau 31 April 2021 terjadi penurunan cadangan premi yang cukup besar.
(uka)