Listrik Naik Bebani Industri Mamin, Gapmmi Minta Kenaikan TDL Dikaji Ulang

Selasa, 29 Juni 2021 - 19:13 WIB
loading...
Listrik Naik Bebani Industri Mamin, Gapmmi Minta Kenaikan TDL Dikaji Ulang
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) keberatan dengan rencana pemerintah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 20% dalam waktu dekat. Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman memohon agar pemerintah mengkaji rencana tersebut dengan bijaksana.

Sebagai penyedia kebutuhan sehari-hari masyarakat, kata Adhi, industri makanan dan minuman sangat rentan terhadap situasi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan kebijakan apapun yang akan diambil oleh pemerintah, termasuk kenaikan TDL ini.

Secara makro, kebijakan tersebut sedikit banyak akan berpengaruh pada PDB, konsumsi rumah tangga, dan inflasi. Hal tersebut dikarenakan konsumsi rumah tangga merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional.



Sedangkan secara sektor, kenaikan TDL diestimasikan akan berdampak negatif terhadap output industri dan daya saing produk yang dihasilkan di dalam negeri sekaligus membebani konsumen.

“Dengan situasi seperti ini, bila benar kebijakan tersebut akan diterapkan oleh PLN, ini akan menjadi pukulan dan beban yang sangat berat bagi industri makanan dan minuman. Selama ini, biaya listrik bagi industri di Indonesia terutama bagi industri makanan dan minuman berkontribusi sekitar 3% dari Harga Pokok Produksi (HPP)," ungkapnya, Selasa (29/6/2021).

Bila PLN berencana untuk menaikkan 20%, kata dia, maka biaya produksi untuk industri makanan dan minuman akan naik sekitar 0,6%. “Kenaikan biaya produksi ini mau tidak mau akan berpengaruh pada harga produk yang akan meningkat, di mana produk makanan dan minuman sangat sensitif terhadap harga. Pada akhirnya biaya ini akan menjadi beban dari masyarakat umum, yang saat ini masih terkena imbas dari pandemi Covid-19, di mana daya beli dan kemampuan ekonomi masih tidak lebih baik," ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, kenaikan TDL akan berpengaruh terhadap rantai pasok keseluruhan, sehingga pemasok juga akan mengalami biaya produksi (seperti industri kemasan, plastik, kaleng, gelas, dll yang mana industri ini lebih banyak mengkonsumsi listrik PLN).



Untuk itu, Adhi mengharapkan rencana kenaikan TDL bagi industri ditinjau ulang, apalagi adanya isu kenaikan harga komoditas pangan seperti biji bijian dan sumber protein.

"Ada baiknya dilakukan upaya bersama oleh industri, pemerintah dan lembaga terkait untuk mencari solusi yang lebih tepat untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak kondusif saat ini," tukasnya.

Berdasarkan studi ilmiah, imbuh dia, dapat disampaikan bahwa akan lebih bermanfaat terhadap ekonomi nasional apabila pemerintah dapat meningkatkan efisiensi produksi pada sektor kelistrikan.

"Bahkan, apabila sektor tersebut dapat meningkatkan efisiensi sebesar 10%, maka dapat berkontribusi terhadap peningkatan PDB sebesar 0,34% - 0,57%. Selain itu, efisiensi 10% dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa positif terhadap indikator perekonomian lainnya," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2889 seconds (0.1#10.140)