Sri Mulyani Akan Jaga Sumber Pembiayaan Defisit APBN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam ha ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan terus menjaga defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) agar tidak mencapai 5,07%. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan defisit ini akan terus dimonitor dan dikendalikan melalui disiplin belanja yang tidak prioritas.
"Sumber pembiayaan defisit akan dijaga agar memiliki risiko dan biaya terkecil meski dalam situasi pasar keuangan global yang sangat bergejolak, termasuk penggunaan saldo aggaran lebih (SAL), dana-dana abadi, dan dana yang dikelola badan layanan umum (BLU)," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (13/4/2020).
Dia melanjutkan, APBN 2020 adalah instrumen sangat penting dan vital dalam menghadapi ancaman Covid-19. Kebutuhan belanja negara meningkat signifikan untuk menangani masalah kesehatan akibat Covid-19 antara lain untuk pengadaan alat kesehatan, APD, insentif tenaga medis, kesiapan rumah sakit dan lain-lain, juga untuk bantuan sosial yang diperluas dan melindungi UMKM dan dunia usaha. Sedangkan penerimaan negara mengalami tekanan karena kondisi dunia usaha dan harga komoditas merosot.
"Tekanan terhadap APBN 2020 akan menghasilkan defisit meningkat yang diperkirakan mencapai 5,07% PDB," katanya.
Dia melanjutkan, pemerintah juga menggunakan sumber pembiayaan yang berasal dari lembaga bilateral dan multilateral untuk memperbaiki portofolio risiko utang negara. "Pembiayaan dari pasar obligasi baik dalam maupun luar negeri (global) dilakukan dengan kehati-hatian tinggi dan bersifat oportunistik terutama dalam kondisi pasar yang sangat tidak stabil," paparnya.
Dia menekankan Kementerian Keuangan terus berkomitmen untuk menjaga prinsip kehati-hatian, akuntabilitas dan transparansi dalam menjaga APBN yang sustainabel. APBN adalah instrumen yang penting bagi tercapainy tujuan bernegara dan untuk menjaga negara dalam menghadapi berbagai tantangan berat seperti yang saat ini terjadi, yaitu ancaman Covid-19.
"Dengan ikhtiar yang maksimal untuk terus menjaga Indonesia, disertai doa kepada Allah SWT agar kita semua diberikan tuntunan, kemudahan dan kesabaran dalam mengatasi tantangan yang tidak ringan ini," tandasnya.
"Sumber pembiayaan defisit akan dijaga agar memiliki risiko dan biaya terkecil meski dalam situasi pasar keuangan global yang sangat bergejolak, termasuk penggunaan saldo aggaran lebih (SAL), dana-dana abadi, dan dana yang dikelola badan layanan umum (BLU)," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (13/4/2020).
Dia melanjutkan, APBN 2020 adalah instrumen sangat penting dan vital dalam menghadapi ancaman Covid-19. Kebutuhan belanja negara meningkat signifikan untuk menangani masalah kesehatan akibat Covid-19 antara lain untuk pengadaan alat kesehatan, APD, insentif tenaga medis, kesiapan rumah sakit dan lain-lain, juga untuk bantuan sosial yang diperluas dan melindungi UMKM dan dunia usaha. Sedangkan penerimaan negara mengalami tekanan karena kondisi dunia usaha dan harga komoditas merosot.
"Tekanan terhadap APBN 2020 akan menghasilkan defisit meningkat yang diperkirakan mencapai 5,07% PDB," katanya.
Dia melanjutkan, pemerintah juga menggunakan sumber pembiayaan yang berasal dari lembaga bilateral dan multilateral untuk memperbaiki portofolio risiko utang negara. "Pembiayaan dari pasar obligasi baik dalam maupun luar negeri (global) dilakukan dengan kehati-hatian tinggi dan bersifat oportunistik terutama dalam kondisi pasar yang sangat tidak stabil," paparnya.
Dia menekankan Kementerian Keuangan terus berkomitmen untuk menjaga prinsip kehati-hatian, akuntabilitas dan transparansi dalam menjaga APBN yang sustainabel. APBN adalah instrumen yang penting bagi tercapainy tujuan bernegara dan untuk menjaga negara dalam menghadapi berbagai tantangan berat seperti yang saat ini terjadi, yaitu ancaman Covid-19.
"Dengan ikhtiar yang maksimal untuk terus menjaga Indonesia, disertai doa kepada Allah SWT agar kita semua diberikan tuntunan, kemudahan dan kesabaran dalam mengatasi tantangan yang tidak ringan ini," tandasnya.
(fai)