Banyak Risiko, Pemulihan Ekonomi Global Diramal Tidak Merata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemulihan ekonomi global sehubungan kondisi pandemi Covid-19 diproyeksikan akan tidak merata. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, sejak dihantam virus Covid-19 pada awal 2020 lalu, ekonomi global memang menunjukkan tanda pemulihan namun hal ini tak dirasakan secara merata di setiap negara.
Menurut dia, akses vaksinasi dan kemampuan stimulus setiap negara yang berbeda menjadi penyebab utamanya. Adapun, risiko pertama yang harus dihadapi adalah kehadiran varian Delta.
"Tanda-tanda pemulihan ekonomi di semester I dan ini enggak merata karena sejumlah resiko. Pemulihan ekonomi tidak merata karena adanya distribusi vaksin dan stimulus," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Rabu (21/7/2021).
Dia melanjutkan, vaksinasi yang tidak merata antar negara maupun satu negara juga bisa membuat varian Delta terus menyebar dengan cepat. "Kalau yang memiliki vaksin itu belum tentu warganya mau divaksin, juga terjadi di berbagai negara lainnya. Untuk yang belum memiliki vaksin, akses jadi persoalan besar seperti Afrika dan Asia. Akses vaksinasi dan penetrasi vaksinasi menyebabkan risiko karena Covid-19 ini selama belum bisa dikelola dan ditangani, dia juga akan memicu penularan dan bermutasi jadi jenis yang berubah seperti varian Delta yang sangat mudah menular," paparnya.
Lebih lanjut, Menkeu mengungkapkan, kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) telah terjadi dalam 2 bulan berturut-turut hingga di atas 5%. Angka ini jauh dari target yang dipatok 2%. Kondisi ini bisa memukul daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah dan mengancam pemulihan global.
"Selain itu, menimbulkan proyeksi kapan Fed (bank sentral AS) merespon kenaikan inflasi tersebut dengan kenaikan suku bunga atau tapering off terhadap kebijakan yaitu mengurangi pembelian aset dan surat berharga pada perekonomian," tuturnya.
Menurut dia, akses vaksinasi dan kemampuan stimulus setiap negara yang berbeda menjadi penyebab utamanya. Adapun, risiko pertama yang harus dihadapi adalah kehadiran varian Delta.
"Tanda-tanda pemulihan ekonomi di semester I dan ini enggak merata karena sejumlah resiko. Pemulihan ekonomi tidak merata karena adanya distribusi vaksin dan stimulus," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Rabu (21/7/2021).
Dia melanjutkan, vaksinasi yang tidak merata antar negara maupun satu negara juga bisa membuat varian Delta terus menyebar dengan cepat. "Kalau yang memiliki vaksin itu belum tentu warganya mau divaksin, juga terjadi di berbagai negara lainnya. Untuk yang belum memiliki vaksin, akses jadi persoalan besar seperti Afrika dan Asia. Akses vaksinasi dan penetrasi vaksinasi menyebabkan risiko karena Covid-19 ini selama belum bisa dikelola dan ditangani, dia juga akan memicu penularan dan bermutasi jadi jenis yang berubah seperti varian Delta yang sangat mudah menular," paparnya.
Lebih lanjut, Menkeu mengungkapkan, kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) telah terjadi dalam 2 bulan berturut-turut hingga di atas 5%. Angka ini jauh dari target yang dipatok 2%. Kondisi ini bisa memukul daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah dan mengancam pemulihan global.
"Selain itu, menimbulkan proyeksi kapan Fed (bank sentral AS) merespon kenaikan inflasi tersebut dengan kenaikan suku bunga atau tapering off terhadap kebijakan yaitu mengurangi pembelian aset dan surat berharga pada perekonomian," tuturnya.
(ind)