Tak Ada Temuan Baru, Batu Bara RI Bisa Habis 65 Tahun Lagi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejalan dengan langkah menekan penurunan emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor energi, Kementerian ESDM mencari terobosan baru melalui penggunaan teknologi berbasis energi bersih. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan batu bara di Indonesia.
Saat ini cadangan batu bara Indonesia mencapai 38,84 miliar ton. Dengan rata-rata produksi batu bara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batu bara masih 65 tahun lagi apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.
"Salah satu upaya pemerintah saat ini adalah mendorong agar batu bara dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan lingkungan. Kita selalu berusaha menggunakan teknologi batubara dengan cara yang lebih bersih," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin dalam webinar, Senin Malam (26/7/2021).
Ridwan mengakui dari total 1.262 Giga Ton emisi CO2 yang dihasilkan di Indonesia, sebanyak 35% berasal dari pembangkit listrik batu bara. "Di sisi lain, ini bisa menjadi potensi Indonesia memproduksi metanol," ungkapnya.
Menurut Ridwan, ada dua tantangan yang tengah dihadapi dalam pemanfaatan batu bara di Indonesia. Pertama, penguasaan teknologi. Kedua, menciptakan skala keekonomian. "Tantangan ini besar sekali sehingga berbagai proyek hilirisasi batubara yang sudah dicanangkan belum sesuai ekspektasi," jelasnya.
Dia menambahkan, Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) diyakini akan mengurangi emisi CO2 akibat pembakaran batubara. "Berdasarakan studi PLN dan World Bank tahun 2015, CCUS secara teknis layak untuk dikembangkan di Indonesia," pungkasnya.
Saat ini cadangan batu bara Indonesia mencapai 38,84 miliar ton. Dengan rata-rata produksi batu bara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batu bara masih 65 tahun lagi apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.
"Salah satu upaya pemerintah saat ini adalah mendorong agar batu bara dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan lingkungan. Kita selalu berusaha menggunakan teknologi batubara dengan cara yang lebih bersih," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin dalam webinar, Senin Malam (26/7/2021).
Ridwan mengakui dari total 1.262 Giga Ton emisi CO2 yang dihasilkan di Indonesia, sebanyak 35% berasal dari pembangkit listrik batu bara. "Di sisi lain, ini bisa menjadi potensi Indonesia memproduksi metanol," ungkapnya.
Menurut Ridwan, ada dua tantangan yang tengah dihadapi dalam pemanfaatan batu bara di Indonesia. Pertama, penguasaan teknologi. Kedua, menciptakan skala keekonomian. "Tantangan ini besar sekali sehingga berbagai proyek hilirisasi batubara yang sudah dicanangkan belum sesuai ekspektasi," jelasnya.
Dia menambahkan, Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) diyakini akan mengurangi emisi CO2 akibat pembakaran batubara. "Berdasarakan studi PLN dan World Bank tahun 2015, CCUS secara teknis layak untuk dikembangkan di Indonesia," pungkasnya.
(nng)