Selain Pertamina, BUMN-BUMN Ini Mestinya Berpeluang Masuk Fortune Global 500
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) alias perusahaan pelat merah dinilai berpeluang untuk masuk ke dalam daftar Fortune Global 500 . Saat ini, tercatat baru PT Pertamina (Persero) yang masuk dalam daftar perusahaan global bergengsi tersebut di urutan 287.
Director Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, potensi besar ada di sektor perbankan. Menurutnya, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) punya peluang untuk masuk daftar Fortune Global 500.
Sebagai pertimbangan, kata dia, pasar kredit perbankan di Indonesia cukup besar dengan potensi 180 juta orang yang belum mendapat layanan keuangan formal.
"Paling potensial saat ini yan BUMN di sektor keuangan. Idealnya, bank-bank Himbara masuk list Fortune 500. India saja punya State Bank of India di urutan ke-205 dengan total aset USD662 miliar," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (4/8/2021).
Sementara itu, aset bank BUMN tercatat naik, dimana, per Maret 2020 meningkat 7,09% atau Rp3.530,87 triliun. Rinciannya, PT Bank BRI (Persero) Tbk tumbuh 5,82% menjadi Rp1.287 triliun; PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tumbuh 9,15% menjadi Rp1.130 triliun; PT Bank BNI (Persero) Tbk tumbuh 9,9% ke Rp803 triliun; di susul PT Bank BTN (Persero) Tbk yang tumbuh 2,27% ke Rp308 triliun.
Pada periode yang sama, kredit Himbara pun menunjukkan peningkatan dengan total pertumbuhan 11,03% atau Rp2.469,32 triliun. Rinciannya, Bank BRI tumbuh 9,38% atau Rp884 triliun; Bank Mandiri tumbuh 14,84% atau Rp786 triliun; BNI tumbuh 11,2% atau Rp545 triliun; dan BTN tumbuh 4,59% atau Rp253 triliun.
Selain perbankan, Bhima menilai sektor telekomunikasi juga memiliki BUMN yang berpeluang masuk Fortune Global 500. Menurutnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk layak masuk daftar tersebut berdasarkan pendapatan tahunan perusahaan.
Bhima menyebut, jasa sektor telekomunikasi melesat tajam saat pandemi Covid-19. Hal tersebut didukung oleh penggunaan internet di dalam negeri. Dimana, pada 2020 Indonesia mencatatkan pengguna internet mencapai 202,6 juta pengguna aktif atau tumbuh 15,5%.
"BUMN lain yang harusnya punya potensi masuk adalah Telkom karena di tengah pandemi keuntungan jasa sektor telekomunikasi melesat tajam. Indonesia adalah salah satu negara yang peningkatan aktivitas penggunaan data internetnya tertinggi di dunia selama 2020," katanya.
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Telkom Indonesia meraup laba bersih sebesar Rp6,01 triliun pada kuartal I/2021. Laba Telkom naik 2,59% dibanding 31 Maret 2020 sebesar Rp5,86 triliun.
Di sektor energi dan kelistrikan, lanjut Bhima, PT PLN (Persero) juga berpotensi masuk Fortune Global 500. "Perusahaan peringkat 2 yang masuk Global 500 saja ada State Grid Corporation of China atau perusahaan BUMN penyedia layanan listrik," tuturnya.
Saat ini, PLN mencatatkan total aset senilai Rp1.589 triliun. Jumlah itu meningkat Rp275 triliun dibandingkan lima tahun lalu yang berada di kisaran Rp1.314 triliun.
Director Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, potensi besar ada di sektor perbankan. Menurutnya, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) punya peluang untuk masuk daftar Fortune Global 500.
Sebagai pertimbangan, kata dia, pasar kredit perbankan di Indonesia cukup besar dengan potensi 180 juta orang yang belum mendapat layanan keuangan formal.
"Paling potensial saat ini yan BUMN di sektor keuangan. Idealnya, bank-bank Himbara masuk list Fortune 500. India saja punya State Bank of India di urutan ke-205 dengan total aset USD662 miliar," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (4/8/2021).
Sementara itu, aset bank BUMN tercatat naik, dimana, per Maret 2020 meningkat 7,09% atau Rp3.530,87 triliun. Rinciannya, PT Bank BRI (Persero) Tbk tumbuh 5,82% menjadi Rp1.287 triliun; PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tumbuh 9,15% menjadi Rp1.130 triliun; PT Bank BNI (Persero) Tbk tumbuh 9,9% ke Rp803 triliun; di susul PT Bank BTN (Persero) Tbk yang tumbuh 2,27% ke Rp308 triliun.
Pada periode yang sama, kredit Himbara pun menunjukkan peningkatan dengan total pertumbuhan 11,03% atau Rp2.469,32 triliun. Rinciannya, Bank BRI tumbuh 9,38% atau Rp884 triliun; Bank Mandiri tumbuh 14,84% atau Rp786 triliun; BNI tumbuh 11,2% atau Rp545 triliun; dan BTN tumbuh 4,59% atau Rp253 triliun.
Selain perbankan, Bhima menilai sektor telekomunikasi juga memiliki BUMN yang berpeluang masuk Fortune Global 500. Menurutnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk layak masuk daftar tersebut berdasarkan pendapatan tahunan perusahaan.
Bhima menyebut, jasa sektor telekomunikasi melesat tajam saat pandemi Covid-19. Hal tersebut didukung oleh penggunaan internet di dalam negeri. Dimana, pada 2020 Indonesia mencatatkan pengguna internet mencapai 202,6 juta pengguna aktif atau tumbuh 15,5%.
"BUMN lain yang harusnya punya potensi masuk adalah Telkom karena di tengah pandemi keuntungan jasa sektor telekomunikasi melesat tajam. Indonesia adalah salah satu negara yang peningkatan aktivitas penggunaan data internetnya tertinggi di dunia selama 2020," katanya.
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Telkom Indonesia meraup laba bersih sebesar Rp6,01 triliun pada kuartal I/2021. Laba Telkom naik 2,59% dibanding 31 Maret 2020 sebesar Rp5,86 triliun.
Di sektor energi dan kelistrikan, lanjut Bhima, PT PLN (Persero) juga berpotensi masuk Fortune Global 500. "Perusahaan peringkat 2 yang masuk Global 500 saja ada State Grid Corporation of China atau perusahaan BUMN penyedia layanan listrik," tuturnya.
Saat ini, PLN mencatatkan total aset senilai Rp1.589 triliun. Jumlah itu meningkat Rp275 triliun dibandingkan lima tahun lalu yang berada di kisaran Rp1.314 triliun.
(fai)