Survei Membuktikan 53% Masyarakat Indonesia Puas dengan Bantuan Pemerintah

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 06:48 WIB
loading...
Survei Membuktikan 53% Masyarakat Indonesia Puas dengan Bantuan Pemerintah
Berdasarkan hasil survei terbaru, 53% masyarakat Indonesia mengaku puas terhadap bantuan yang diberikan Pemerintah selama pandemi. Lebih rinci, survei ini juga mengkaji opini masyarakat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Berdasarkan hasil survei terbaru Ipsos, perusahaan peneliti pasar atau market research global, diketahui bahwa 53% masyarakat Indonesia mengaku puas terhadap bantuan yang diberikan Pemerintah selama pandemi. Lebih rinci, survei ini juga mengkaji opini masyarakat terkait bantuan Pemerintah yang mereka terima.



Di antara banyaknya program bantuan yang diberikan Pemerintah, ada tiga program bantuan yang paling banyak didapatkan masyarakat, yaitu program prakerja dengan presentase 24%, subsidi listrik 19%, dan subsidi kuota internet 18% pada sektor pendidikan.

Dalam survei,masyarakat mengungkapkan bahwa ketiga program bantuan tersebut juga dirasa paling bermanfaat; program prakerja (35%), subsidi listrik (26%), dan kuota internet (25%) untuk menunjang pembelajaran daring. Selain itu, 60% masyarakat Indonesia mengakui jelasnya komunikasi Pemerintah dalam penyampaian informasi terkait panduan pencegahan Covid-19.

Data di atas merupakan hasil survei gelombang keempat yang dilakukan Ipsos untuk memahami perkembangan opini dan perilaku konsumsi masyarakat di Asia Tenggara selama pandemi. Survei diadakan secara online, pada 16-24 Juni 2021 yang mencakup negara di Asia Tenggara; Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Survei ini merupakan bagian dari rangkaian survei Ipsos yang telah dilakukan sebelumnya, gelombang 1 pada Juni 2020, gelombang 2 pada September 2020, dan gelombang 3 pada Februari 2021.

Sentimen Positif Masyarakat

Mayoritas masyarakat di Asia Tenggara memiliki sentimen positif terhadap situasi ekonomi nasional negara mereka. Dibandingkan dengan hasil survei gelombang 3 pada Februari 2021, terlihat semakin banyaknya masyarakat di negara Asia Tenggara yang menyatakan kondisi ekonomi nasional telah membaik.

Pada laporan survei Ipsos ini, didapati bahwa 41% masyarakat Indonesia menyatakan bahwa kondisi ekonomi nasional dinilai semakin membaik. Jika dibandingkan dengan hasil survei gelombang ketiga pada Februari 2021, hanya 25% masyarakat yang menilai kondisi ekonomi pada saat itu baik.

Peningkatan signifikan ini, menujukkan lebih banyak masyarakat Indonesia yang merasakan adanya pemulihan ekonomi nasional secara nyata. Pemulihan ekonomi terasa semakin nyata, seiring dengan perbaikkan situasi keuangan pribadi masyarakat.

Secara keseluruhan, mayoritas masyarakat di Asia Tenggara (76% merasa bahwa kondisi keuangan pribadi mereka membaik. Singapura adalah negara dengan persentase masyarakat terbanyak yang mengakui kondisi keuangan pribadinya membaik (83%), disusul Vietnam dan Filipina (masing-masing 79%), Malaysia (76%), Indonesia sebanyak 75%, dan Thailand dengan persentase terendah (64%).

Vaksinasi

Seperti halnya Indonesia, negara lain di Asia Tenggara terus gencar dalam pendustribusian vaksin kepada seluruh warga negaranya. Mayoritas masyarakat Asia Tenggara (82%) bersedia untuk divaksin dan 18% di antara mereka mengaku masih ragu.

Dibandingkan dengan hasil survei gelombang ketiga pada Februari 2021 (79%), keinginan masyrakat untuk mendapatkan vaksin meningkat. Peningkatan kebersediaan masyarakat untuk divaksin paling signifikan terjadi di Malaysia, dimana pada gelombang 3 sebesar 76% dan gelombang 4 sebesar 93%.

Begitu juga terjadi di Filipina, pada gelombang 3 diketahui hanya 68% dan meningkat pada hasil survei gelombang 4 menjadi 82%. Singapura sendiri tidak mengalami perubahan, pada survei sebelumnya 77% dan survei kali ini masih sama, 77%.

Namun, berbeda yang terjadi di Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Dimana kebersediaan masyarakat untuk divaksin terlihat adanya sedikit penurunan dibandingkan pada hasil survei sebelumnya. Kebersediaan masyarakat Thailand untuk divaksin pada gelombang 3 sebesar 79%, sedangkan pada gelombang 4 ini turun menjadi 69%.

Pada gelombang 3, 80% masyarakat Indonesia bersedia untuk mendapatkan vaksin, namun pada hasil survei terbaru ini, menurun menjadi 74%. Begitu pula terjadi di Vietnam, dengan penurunan kebesediaan masyrakat untuk mendapat vaksin sebesar 2%, dimana pada gelombang 3, sebesar 94%, dan gelombang 4, sebesar 92%.

“Meningkatnya keraguan masyarakat untuk mendapatkan vaksin yang terjadi di Indonesia dan Thailand, dapat dipengaruhi oleh hoaks atau kesimpangsiuran informasi yang tersebar di masyarakat luas, terlebih mengenai isu vaksin. Khususnya di Indonesia, beberapa waktu lalu muncul banyak hoaks mengenai efek dari vaksinasi yang menyebabkan kelumpuhan, sakit kritis, bahkan kematian. Hal ini tentu mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap vaksin tersebut dan membuat mereka enggan untuk divaksin, karena takut akan efek vaksinasi," ujar Managing Director Ipsos in Indonesia, Soeprapto Tan.

Hal tersebut dikuatkan oleh temuan survei, setidaknya ada 48% masyarakat Indonesia mengakui bahwa mereka merasa bahwa vaksin Covid-19 justru membuat mereka dapat terinfeksi dan 56% mengatakan resiko dari efek vaksinasi lebih besar daripada resiko terpapar virus itu sendiri.

Tren Konsumsi Masyarakat

Secara keseluruhan di negara Asia Tenggara, masyarakat saat ini lebih yakin mengenai keamanan pekerjaan mereka, terkait adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK, dibandingkan pada hasil survei gelombang 2 (September 2020) dan 3 (Februari 2021). Berdasarkan hasil survei Juni 2021, Vietnam dan Filipina adalah dua negara yang paling optimis, dengan masing-masing persentase 23%, Indonesia 19%, Thailand 11%, Malaysia 7%, dan terakhir Singapura 4%.

Dari sisi konsumsi, pada umumnya konsumen di Asia Tenggara masih menahan pengeluaran dan berhati-hati dalam membeli produk (82%), 1 dari 2 konsumen masih melakukan penimbunan mahan makanan dan produk personal, 32% konsumen mengaku membeli merek dan produk baru yang sebelumnya mereka tidak membeli, dan hanya 20% konsumen mulai berani membeli perlengkapan rumah tangga yang lebih mahal dibandingkan sebelumnya.

Ketegori produk cooking at home (46%), personal care (28%), dan produk kebersihan (34%) masih akan tetap lebih banyak dibelanjakan oleh konsumen dibandingkan sebelum pandemi, meskipun pembatasan tidak lagi dilakukan. Sedangkan untuk pembelian besar seperti rumah dan mobil, pada hasil survei kali ini terlihat adanya tren positif di negara Asia Tenggara, meskipun peningkatanya belum signifikan.

Keyakinan konsumen untuk melakukan major purchase, terlihat meningkat paling signifikan di Vietnam 12%, yang mana pada periode sebelumnya hanya 7%. Untuk pada periode survei ini, Indonesia (6%), Malaysia (4%), dan Singapura (4%) masing-masing keyakinan konsumen meningkat 1% dibandingkan periode survei lalu.

Keyakinan konsumen, Filipina menigkat 2%, pada gelombang 3 sebesar 10%, dan gelombang 4 sebesar 12%. Berbeda dengan Thailand, yang justru keyakinan konsumen untuk melakukan major purchase berkurang, hasil survei Februari 2021 sebesar 7% sedangkan survei Juni 2021, sebesar 6%.

“Secara garis besar, masyarakat di Asia Tenggara masih menahan dan berhati-hati terhadap pengeluaran mereka. Mereka masih mengutamakan untuk membeli produk yang bersifat esensial dan belum yakin untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar atau major purchase. Di Indonesia sendiri, kita lihat adanya tren peningkatan untuk pembeliaan mobil dan rumah, meskipun masih relatif rendah," ujar Soeprapto.

"Adanya peningkatan persentase ini bisa dipengaruhi oleh kebijakan stimulus Pemerintah berupa pemberian insentif pajak untuk sektor otomotif dan properti yang masih berlangsung ketika survei ini diselenggarakan.Selain itu kondisi ekonomi nasional dan keuangan pribadi yang dinilai membaik, tentu memberikan keyakinan sendiri pada masyarakat,” sambungnya.

Kesehatan Mental

Pandemi tentu mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Tak hanya khawatir terhadap penularan dan penyebaran Covid-19, masyarakat pun dibayangi oleh dampak yang disebabkan pandemi ini, seperti di sektor ekonomi dan keuangan pribadi, adaptasi dengan rutinitas dan kegiatan sosial baru, seperti skema bekerja dari rumah “work from home”, skema pembelajaran online, dan lainnya.



Mengenai kesehatan mental, 47% masyarakat di negara Asia Tenggara mengaku tidak ada perubahan berarti pada kesehatan mental mereka selama 6 bulan terakhir, 39% mengaku merasa lebih buruk, dan 14% merasa lebih bahagia dibandingkan sebelumnya.

Tak jauh berbeda, masyarakat Indonesia sendiri 49% di antaranya merasa kondisi kesehatan mental mereka tidak mengalami perubahan signifikan, 35% merasa lebih buruk,berada di dalam tekanan atau stres, dan 16% mengaku lebih bahagia dibandingkan dengan 6 bulan sebelumnya. Berbeda dengan Thailand, dimana 1 dari 2 masyarakatnya merasa kesehatan mental mereka buruk saat ini.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2088 seconds (0.1#10.140)