Sisi Gelap Kamp Pertambangan Australia, dari Pesta Miras hingga Pelecehan Seksual

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 18:01 WIB
loading...
Sisi Gelap Kamp Pertambangan Australia, dari Pesta Miras hingga Pelecehan Seksual
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Industri pertambangan Australia tengah menghadapi penyelidikan pemerintah setempat terkait skandal pelecehan seksual. Sebagai negara yang terkenal kaya dengan komoditas mineral, sektor tambang di Australia masih berjuang di tengah minimnya keterampilan sumber daya manusia dan rendahnya perwakilan perempuan dalam pekerjaan tersebut.

Seorang perempuan muda yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan tambang terbesar di Australia mengakui meskipun timnya 'ramah, peduli, dan sadar', sikap tersebut tidak selalu sama saat di bawah tanah (lokasi pertambangan).

"Jika Anda seorang karyawan baru dan bekerja bersama 8-10 penambang laki-laki di sana, maka Anda cenderung menerima beberapa hal (pelecehan) itu yang tidak pernah Anda alami sebelumnya," kata perempuan yang menolak disebutkan namanya itu, dilansir Reuters, Jumat (13/8/2021). "Seperti mengumpat, melontarkan kalimat bernada seksual, seolah biasa saja," ungkapnya.

Berdasarkan pengalamannya, ada sejumlah rekan kerja laki-laki yang menghormatinya, tetapi masih ada kelompok yang terus melanjutkan 'kebiasaan' pelecehan itu.



Kondisi Kerja

Pekerja tambang di Negeri Kanguru biasanya tinggal di kamp-kamp dengan metode bekerja 'fly-in fly-out' atau FIFO. Ini merupakan cara mempekerjakan orang-orang di daerah terpencil dengan menerbangkan mereka sementara ke tempat kerja yang jauh dari tempat tinggalnya.

Cara ini dinilai lebih efektif daripada merelokasi pekerja beserta keluarganya secara permanen. Kondisi pekerjaan ini banyak dijumpai di sektor pertambangan di Australia dan Kanada.

Kondisi pekerjaan ini ditambah dengan minimnya representasi perempuan di mana hanya ada 1 orang perempuan dari 5 pekerja FIFO yang didominasi laki-laki. Para pekerja biasanya mendapat fasilitas tempat tinggal di mess dengan sejumlah pusat hiburan seperti gym di dekat lokasi kerja.

Komentar Aktivis

Kondisi di kamp-kamp pertambangan, khususnya di Australia Barat, oleh kritikus dipandang buruk dalam menyikapi isu ini, dan mendorong agar adanya perubahan kebiasaan.

Manajemen raksasa tambang Australia termasuk BHP Group, Rio Tinto dan Fortescue diharapkan dapat membuat laporan ke bagian penyelidikan pemerintah negara bagian, yang akan membuat rekomendasi ke parlemen Australia Barat pada April 2022.

Kegiatan di luar tugas yang berada di fasilitas hiburan seringkali berbentuk pesta alkohol. Kritikus menganggap ada kebudayaan kamp yang buruk yang perlu ditangani segera oleh manajemen industri tambang.

"Ada masalah geografis dan sebagainya yang membuat kamp-kamp FIFO menjadi area berisiko tinggi," kata Owen Whittle, juru bicara UnionsWA, sebuah serikat pekerja di wilayah Australia Barat.

Whittle yang mewakili 30 kelompok pekerja ini akan mengajukan laporan ke lembaga penyelidikan. Dirinya mengajukan rekomendasi agar industri tambang dan kontraktor perlu berinvestasi terhadap fasilitas di lokasi dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja, terutama di kamp-kamp yang lebih kecil.

Whittle mengatakan bahwa pelecehan seksual perlu dilihat sebagai masalah sistemik daripada serangkaian insiden sederhana yang tidak terkait dengan penanganan polisi.

"Seringkali kamp (yang lebih kecil) ini tidak dikelola dengan baik, fasilitasnya sangat buruk. Anda mungkin akan mendapatkan sekadar mess yang 'becek' dan fasilitas gym yang kumuh di lokasi," ungkapnya, mengacu pada fasilitas mess yang menyajikan alkohol sebagai pusat hiburan. "Kita perlu bersama-sama baik itu operator kamp, penambang dan semua unit sumber daya untuk mencegah bahaya di tempat kerja ini." tegas Whittle.



Respons Korporasi

Tiga korporasi tambang terbesar Australia baik BHP, Rio Tinto, dan Fortescue belum memberikan komentar terbaru mereka. Namun, sebelumnya telah angkat bicara terkait langkah-langkah perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk upaya meningkatkan keterwakilan perempuan dalam pekerjaan tersebut.

Seperti BHP Group yang menargetkan ada keseimbangan gender 50-50 pada 2025. Perusahaan mencatat persentase perempuan telah meningkat menjadi 26,5% naik dari 17,6% sejak pertengahan 2016.

Selanjutnya Rio Tinto yang berupaya meningkatkan representasi perempuan sebesar 2 poin dalam setiap tahun. Ini terbukti ada kenaikan 0,9% menjadi 21% pada paruh pertama 2021. Korporasi telah mempekerjakan total 1270 perempuan, atau 32% dari total perekrutan.

Sementara Fortescue telah meluncurkan inisiatif untuk mengatasi pelecehan seksual di tempat kerja dan membantu persoalan para pekerja perempuan.

"Sebagai sebuah industri, kita harus terus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa pekerja kita yang beragam mencerminkan masyarakat kita dan menumbuhkan budaya kerja yang dapat merangkul keberagaman dan inklusivitas," kata Elizabeth Gaines, Kepala Eksekutif Fortescue, pekan lalu.

Pada konferensi tahunan di kota pedalaman Kalgoorlie pekan lalu, Gaines mencatat bahwa pihaknya terus meningkatkan keseimbangan gender. "Jelas bahwa industri masih memiliki PR yang harus segera dituntaskan," katanya pada konferensi tersebut.

Laporan Insiden

Anggota komisi Hak Asasi Manusia di Australia bidang diskriminasi gender, Kate Jenkins pada bulan lalu melaporkan 40 persen pekerja pertambangan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, lebih tinggi dari rata-rata di semua industri.

Perempuan di industri pertambangan dua kali lebih mungkin dilecehkan secara seksual sebesar 74 persen, dibandingkan rekan laki-laki yang mencapai 32 persen selama lima tahun terakhir.

Beberapa pekan lalu, Pejabat eksekutif Pilbara Minerals, Ken Brinsden mengatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir, ada lonjakan jumlah laporan kasus pelecehan seksual di lokasi tambang dan kamp-kamp Australia Barat.

Pada 2021, terdapat lima insiden yang dilaporkan ke Departemen Pertambangan, Regulasi dan Keselamatan Industri. Sementara pada 2020 terdapat empat kasus, dan tiga kasus pada 2019.

Brinsden menyoroti para pekerja yang sulit mengubah perilaku mereka di tempat kerja. “Mari kita coba merehabilitasi orang-orang ini, mengubah mereka, menjadikan mereka orang yang lebih baik,” ujarnya di WAToday, Rabu (4/8).
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2203 seconds (0.1#10.140)