Gembleng Alutsista, Sri Mulyani Suntik Modal PT PAL Rp1,3 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah resmi mengumumkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk PT PAL Indonesia (Persero) sebesar Rp 1,3 triliun di semester II-2021. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan alat utama sistem senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista TNI) hingga pemenuhan minuman Alutsista Matra Laut.
"PT PAL Indonesia sebesar Rp 1,3 triliun, dana tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan fasilitas pembangunan kapal selam yaitu kemandirian pembangunan Alutsista dan pemenuhan minuman Alutsista Matra Laut," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (23/8/2021).
Pemerintah memang merencanakan pengadaan alutsista dalam jangka waktu 25 tahun. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tengah mempersiapkan sebuah masterplan yang merupakan mandat khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mandat tersebut sebagai upaya pemerintah melalui PAL Indonesia tidak saja membangun alutsista laut, tapi juga membangun kemandirian teknologi industri pertahanan Indonesia. Saat ini, perseroan tengah memproduksi Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter batch 3, 5, san 6 yang rencananya diluncurkan tahun ini.
"Kalau batch ke 3, yaitu KCR ke 5 dan 6 sedang dalam pembangunan. Direncanakan diluncurkan tahun ini. Kalau kapal batch sebelumnya secara bertahap dilakukan pelengkapan sistem sensor dan senjatanya," ujar ujar Kadep Hubungan Masyarakat PAL Indonesia, Utario Esna Putra, saat dikonfirmasi.
Berbeda dengan batch sebelumnya, pada kontrak pembangunan batch 3 tidak hanya meliputi pembangunan platform, namun juga termasuk pada instalasi sistem sensor dan senjata.
Kapal KCR 60 Meter batch 3 memiliki panjang 60 meter, lebar 8,10 meter. Kapal tersebut mampu mengakomodasi kru sebanyak 55 orang. Kapal tersebut memiliki berat 500 ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot pada kondisi full load serta endurance 5 hari.
Bahkan, memiliki jarak jelajah 2400 Nm pada kecepatan 20 knot. Fungsi utama kapal KCR adalah pengamanan wilayah maritim dan dinilai relevan dengan karakteristik geografi Indonesia. Sebelumnya perseroan telah membangun 3 unit platform KCR 60 Meter yang merupakan bagian dari proyek pembangunan batch 1 yaitu KRI Sampari-628, KRI Tombak-629, dan KRI Halasan-630.
Pada batch 2 dibangun platform KRI Kerambit-627 yang kemudian diikuti dengan proyek Fitted For But Not With (FFBNW) sistem sensor dan senjata KRI Kerambit-627. Terdapat dua tipe pembangunan kapal perang, yaitu platform saja atau secara lengkap platform dengan sistem sensor dan senjata.
Untuk kapal perang yang dibangun hanya platform-nya saja, maka di kemudian hari setelah selesainya pembangunan platform akan diikuti dengan program instalasi sistem sensor dan senjata sesuai dengan kebutuhan. Proses tersebut dikenal dengan istilah FFBNW.
"PT PAL Indonesia sebesar Rp 1,3 triliun, dana tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan fasilitas pembangunan kapal selam yaitu kemandirian pembangunan Alutsista dan pemenuhan minuman Alutsista Matra Laut," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (23/8/2021).
Pemerintah memang merencanakan pengadaan alutsista dalam jangka waktu 25 tahun. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tengah mempersiapkan sebuah masterplan yang merupakan mandat khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mandat tersebut sebagai upaya pemerintah melalui PAL Indonesia tidak saja membangun alutsista laut, tapi juga membangun kemandirian teknologi industri pertahanan Indonesia. Saat ini, perseroan tengah memproduksi Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter batch 3, 5, san 6 yang rencananya diluncurkan tahun ini.
"Kalau batch ke 3, yaitu KCR ke 5 dan 6 sedang dalam pembangunan. Direncanakan diluncurkan tahun ini. Kalau kapal batch sebelumnya secara bertahap dilakukan pelengkapan sistem sensor dan senjatanya," ujar ujar Kadep Hubungan Masyarakat PAL Indonesia, Utario Esna Putra, saat dikonfirmasi.
Berbeda dengan batch sebelumnya, pada kontrak pembangunan batch 3 tidak hanya meliputi pembangunan platform, namun juga termasuk pada instalasi sistem sensor dan senjata.
Kapal KCR 60 Meter batch 3 memiliki panjang 60 meter, lebar 8,10 meter. Kapal tersebut mampu mengakomodasi kru sebanyak 55 orang. Kapal tersebut memiliki berat 500 ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot pada kondisi full load serta endurance 5 hari.
Bahkan, memiliki jarak jelajah 2400 Nm pada kecepatan 20 knot. Fungsi utama kapal KCR adalah pengamanan wilayah maritim dan dinilai relevan dengan karakteristik geografi Indonesia. Sebelumnya perseroan telah membangun 3 unit platform KCR 60 Meter yang merupakan bagian dari proyek pembangunan batch 1 yaitu KRI Sampari-628, KRI Tombak-629, dan KRI Halasan-630.
Pada batch 2 dibangun platform KRI Kerambit-627 yang kemudian diikuti dengan proyek Fitted For But Not With (FFBNW) sistem sensor dan senjata KRI Kerambit-627. Terdapat dua tipe pembangunan kapal perang, yaitu platform saja atau secara lengkap platform dengan sistem sensor dan senjata.
Untuk kapal perang yang dibangun hanya platform-nya saja, maka di kemudian hari setelah selesainya pembangunan platform akan diikuti dengan program instalasi sistem sensor dan senjata sesuai dengan kebutuhan. Proses tersebut dikenal dengan istilah FFBNW.
(nng)