BNI Raup Laba Bersih Rp5 Triliun Sepanjang Semester I-2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terus mengalami pertumbuhan. Sepanjang semester I-2021, laba bersih perseroan meningkat 12,8% (yoy) mencapai Rp5 triliun.
Adapun peningkatan ini didukung kuatnya pondasi keuangan BNI dalam bentuk pencadangan yang sebesar 215,3% dengan Cost to Income Ratio (beban operasional terhadap pendapatan bersih) berada di level 40,7% dan Capital Adequacy Ratio (rasio kecukupan permodalan) di level 18,2%.
Perseroan melaporkan pendapatan operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebanyak Rp16,1 triliun. Adapun PPOP ini didukung dari Pendapatan Bunga Bersih / net interest income (NII) mencapai Rp19,3 triliun naik 18,2% (yoy) dan Fee Based Income (FIB) naik 19,2% sebesar Rp6,8 triliun.
"Pencapaian ini diperoleh dengan tidak mudah, di tengah situasi Pandemi yang masih berlangsung dan masih berjalannya program restrukturisasi kredit bagi debitur yang bisnisnya terdampak pandemik. Terdapat tekanan terhadap pendapatan, namun dengan strategi yang tepat, perseroan dapat mempertahankan Net Interest Margin atau NIM pada kisaran 4,9%," terang Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Novita Widya Anggraini dalam pemaparan terbuka 'Public Expose Live 2021' BBNI, secara virtual.
Sementara total kredit yang disalurkan BNI naik 4,5% (yoy) dengan rata-rata pertumbuhan kredit sebesar 0,6%. Perseroan menegaskan bakal fokus menggarap sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik melalui segmen Business Banking maupun Consumer Banking.
"Dana pihak ketiga (DPK) kami tumbuh sehat 4,5% year on year dengan fokus pada Giro dan Tabungan. Kualitas aset terus membaik. Jika memperhitungkan pencadangan atau CKPN yang telah dibentuk secara prudent sejak tahun lalau, maka Net NPL hanya 0,9%," tukas Novita.
Adapun peningkatan ini didukung kuatnya pondasi keuangan BNI dalam bentuk pencadangan yang sebesar 215,3% dengan Cost to Income Ratio (beban operasional terhadap pendapatan bersih) berada di level 40,7% dan Capital Adequacy Ratio (rasio kecukupan permodalan) di level 18,2%.
Perseroan melaporkan pendapatan operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebanyak Rp16,1 triliun. Adapun PPOP ini didukung dari Pendapatan Bunga Bersih / net interest income (NII) mencapai Rp19,3 triliun naik 18,2% (yoy) dan Fee Based Income (FIB) naik 19,2% sebesar Rp6,8 triliun.
"Pencapaian ini diperoleh dengan tidak mudah, di tengah situasi Pandemi yang masih berlangsung dan masih berjalannya program restrukturisasi kredit bagi debitur yang bisnisnya terdampak pandemik. Terdapat tekanan terhadap pendapatan, namun dengan strategi yang tepat, perseroan dapat mempertahankan Net Interest Margin atau NIM pada kisaran 4,9%," terang Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Novita Widya Anggraini dalam pemaparan terbuka 'Public Expose Live 2021' BBNI, secara virtual.
Sementara total kredit yang disalurkan BNI naik 4,5% (yoy) dengan rata-rata pertumbuhan kredit sebesar 0,6%. Perseroan menegaskan bakal fokus menggarap sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik melalui segmen Business Banking maupun Consumer Banking.
"Dana pihak ketiga (DPK) kami tumbuh sehat 4,5% year on year dengan fokus pada Giro dan Tabungan. Kualitas aset terus membaik. Jika memperhitungkan pencadangan atau CKPN yang telah dibentuk secara prudent sejak tahun lalau, maka Net NPL hanya 0,9%," tukas Novita.
(akr)