Temuan Investigasi: Pemimpin Bank Dunia Paksa Staf Katrol Peringkat China dan Arab Saudi
loading...
A
A
A
Selama konferensi pers hari Jumat, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan: "Georgieva telah mengeluarkan pernyataan di situs resmi IMF. Saya akan merujuk Anda ke otoritas terkait untuk informasi lebih lanjut. Kami juga telah mencatat bahwa Bank Dunia baru-baru ini mengeluarkan pernyataan tentang penangguhan laporan Doing Business."
"Pemerintah Cina sangat mementingkan upaya Doing Business untuk meningkatkan lingkungan bisnis, yang terbukti bagi semua. Kami berharap Bank Dunia akan mengambil fakta sebagai dasar, aturan sebagai kriteria, mengikuti prinsip-prinsip profesional, objektif, adil dan transparan, guna melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap isu-isu yang relevan sesuai dengan prosedur tinjauan internal, untuk lebih menjaga profesionalisme dan kredibilitas laporan Doing Business dan kredibilitas Bank Dunia sendiri dan reputasi negara-negara anggotanya," ia menambahkan.
Investigasi WilmerHale juga menemukan kejanggalan terkait data Arab Saudi dalam laporan Doing Business 2020. Menurut penyelidikan itu pejabat pemerintah Saudi menyatakan ketidaksenangan atas peringkat negara mereka pada edisi 2019, terutama dengan kegagalan tim survei untuk mengenali apa yang dilihat para pejabat sebagai reformasi negara yang berhasil.
Baca Juga: Ini Kekayaan Presiden di Dunia, Putin Terkaya dengan Rp996 Triliun
Akibatnya, para pemimpin senior bank, termasuk salah satu pendiri laporan Doing Business, Simeon Djankov, menginstruksikan tim survei untuk menemukan cara mengubah data sehingga Yordania tidak akan menempati peringkat pertama dalam apa yang disebut "Daftar Peningkatan Teratas".
"Tim akhirnya menambahkan poin dalam beberapa kategori ke Arab Saudi sehingga negara itu akan menggantikan Yordania di posisi teratas," menurut hasil penyelidikan.
Djankov mengatakan, permintaan untuk mengubah data Arab Saudi datang dari dua pejabat senior Bank Dunia, salah satunya sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Presiden Kim dan terlibat dalam perubahan data China dalam Doing Business edisi 2018, menurut hasil investigasi.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis, Bank Dunia mengatakan akan menghentikan laporan "Doing Business".
“Kelompok Bank Dunia tetap berkomitmen kuat untuk memajukan peran sektor swasta dalam pembangunan dan memberikan dukungan kepada pemerintah untuk merancang lingkungan peraturan yang mendukung hal ini. Ke depan, kami akan mengerjakan pendekatan baru untuk menilai iklim bisnis dan investasi," tambah pernyataan itu.
CNN telah menghubungi kedutaan Arab Saudi di Washington dan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi untuk memberikan komentar dan sedang menunggu tanggapan.
"Pemerintah Cina sangat mementingkan upaya Doing Business untuk meningkatkan lingkungan bisnis, yang terbukti bagi semua. Kami berharap Bank Dunia akan mengambil fakta sebagai dasar, aturan sebagai kriteria, mengikuti prinsip-prinsip profesional, objektif, adil dan transparan, guna melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap isu-isu yang relevan sesuai dengan prosedur tinjauan internal, untuk lebih menjaga profesionalisme dan kredibilitas laporan Doing Business dan kredibilitas Bank Dunia sendiri dan reputasi negara-negara anggotanya," ia menambahkan.
Investigasi WilmerHale juga menemukan kejanggalan terkait data Arab Saudi dalam laporan Doing Business 2020. Menurut penyelidikan itu pejabat pemerintah Saudi menyatakan ketidaksenangan atas peringkat negara mereka pada edisi 2019, terutama dengan kegagalan tim survei untuk mengenali apa yang dilihat para pejabat sebagai reformasi negara yang berhasil.
Baca Juga: Ini Kekayaan Presiden di Dunia, Putin Terkaya dengan Rp996 Triliun
Akibatnya, para pemimpin senior bank, termasuk salah satu pendiri laporan Doing Business, Simeon Djankov, menginstruksikan tim survei untuk menemukan cara mengubah data sehingga Yordania tidak akan menempati peringkat pertama dalam apa yang disebut "Daftar Peningkatan Teratas".
"Tim akhirnya menambahkan poin dalam beberapa kategori ke Arab Saudi sehingga negara itu akan menggantikan Yordania di posisi teratas," menurut hasil penyelidikan.
Djankov mengatakan, permintaan untuk mengubah data Arab Saudi datang dari dua pejabat senior Bank Dunia, salah satunya sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Presiden Kim dan terlibat dalam perubahan data China dalam Doing Business edisi 2018, menurut hasil investigasi.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis, Bank Dunia mengatakan akan menghentikan laporan "Doing Business".
“Kelompok Bank Dunia tetap berkomitmen kuat untuk memajukan peran sektor swasta dalam pembangunan dan memberikan dukungan kepada pemerintah untuk merancang lingkungan peraturan yang mendukung hal ini. Ke depan, kami akan mengerjakan pendekatan baru untuk menilai iklim bisnis dan investasi," tambah pernyataan itu.
CNN telah menghubungi kedutaan Arab Saudi di Washington dan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi untuk memberikan komentar dan sedang menunggu tanggapan.