RUPSLB BRI Agro Setujui Pergantian Nama dan Rights Issue
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau BRI Agro disetujui berubah nama menjadi “PT Bank Raya Indonesia Tbk” dengan nama komersial Bank Raya. Kesepakatan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), nama Bank Raya baru akan efektif setelah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI.
Pada RUPSLB yang dihadiri oleh 88,49% pemegang saham tersebut juga menyetujui rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/ rights issue ). Selain menyelenggarakan RUPSLB, Perseroan juga melaksanakan Pemaparan Publik (Public Expose) yang dihadiri oleh Direksi BRI Agro.
Melalui Public Expose yang digelar hari ini, Perseroan menyampaikan perkembangan kinerja perusahaan, dan sekaligus mengumumkan aspirasi baru Perseroan untuk menjadi “The Best Digital Bank for Agri & Beyond by Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy”.
"Mudah-mudahan bank digital yang kita cintai yang per hari ini di RUPS siang tadi setelah berganti nama menjadi Bank Raya sesuai dengan namanya kita akan terus merayakan. Mengapresiasi seluruh timeline, seluruh keunggulan daripada seluruh pelaku di sektor gig economy karena mulai dari lahir sampai bertumbuh kembali menjadi manusia yang lebih baik lagi semua bisnisnya bertumbuh ini perlu dirayakan," ujar Direktur Utama BRI Agroniaga, Kaspar Situmorang dalam Public Expose secara virtual, Senin (27/9/2021).
Dalam sesi presentasi Public Expose yang dilakukan secara Live Stream dari kantor BRI Agro, Kaspar juga menjelaskan, bahwa perusahaan tengah menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada. Arah transformasi tersebut akan menyasar segmentasi pasar yang baru yaitu untuk memberikan layanan terhadap sektor Gig Economy (sektor pekerja informal).
Menurutnya, setiap tahunnya jumlah gig economy workers (pekerja sektor informal) di Indonesia meningkat secara konsisten, laju tersebut juga semakin didorong oleh keadaan pandemi COVID-19. Sebagai gambaran, jumlah gig economy workers meningkat sebesar 27.07%, secara Year-on-year (YoY), sedangkan jumlah karyawan-penuh-waktu menurun sebesar 8.84% YoY.
Lonjakan dari kehadiran gig workers ini berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan sebanyak 1,94 juta gig workers baru selama masa pandemi.
"Ke depannya, gig economy juga diproyeksikan untuk mencapai 74,81 juta gig workers pada tahun 2025. Melihat perkembangan yang tengah terjadi dan menyadari shifting behavior ke arah digital yang terus memperkuat Indonesia, gig economy workers akan menjadi pilar penting yang memperkuat dan memajukan perekonomian bangsa," kata dia.
Kaspar menjelaskan, Digital Journey BRI Agro akan melakukan transformasi berdasarkan 3 pilar yaitu digital, digitize, dan revamp. Digital, yaitu pengembangan produk digital baik dari sisi lending dan saving secara end-to-end sebagai aspirasi digital attacker BRI Group.
Digitize, yaitu proses bisnis digitalization yang merupakan pengembangan bisnis yang dilakukan secara O2O (online to offline). Lalu, Revamp, yaitu penataan kembali bisnis yang telah ada yang difokuskan pada shifting portofolio, revamp branch, mengoptimalkan efisiensi proses bisnis dan memperkuat people & culture.
Pada kesempatan tesebut, Manajemen BRI Agro juga menyampaikan bahwa kinerja Perseroan diperkirakan akan mengalami perlambatan dikarenakan dengan upaya Perseroan untuk menata kembali portfolio bisnisnya menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital.
Untuk itu, di semester dua tahun ini Perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir tahun 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat yang lebih sehat. Harapannya mulai tahun 2022 Perseroan telah siap sepenuhnya memasuki era bisnis digital.
Manajemen juga menyampaikan, langkah transformasi ini tetap memperhatikan good corporate governance, pengelolaan manajemen risiko dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Salah satu wujud nyata yang telah dilakukan Perseroan untuk merealisasikan aspirasi layanan digital adalah melalui penguatan people & culture seperti merekrut bakat-bakat digital terbaik di industri agar dapat menyediakan solusi perbankan digital terbaik bagi seluruh nasabah.
Selain itu Perseroan juga melakukan proses transformasi terhadap bagian lainnya seperti Network, Infrastructure, Model Bisnis, Produk dan Layanan, serta Portfolio Kredit baik dalam hal ticket size maupun kualitas.
Untuk membangun infrastruktur keuangan digital bagi pelaku gig economy dan mengakselerasi proses transformasi yang dijalani. Perseroan berencana untuk membangun pondasi keuangan yang kuat untuk model bisnis baru melalui penguatan permodalan.
Rencananya Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,15 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham yang akan ditawarkan melalui PMHMETD atau 9,96% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Pada RUPSLB yang dihadiri oleh 88,49% pemegang saham tersebut juga menyetujui rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/ rights issue ). Selain menyelenggarakan RUPSLB, Perseroan juga melaksanakan Pemaparan Publik (Public Expose) yang dihadiri oleh Direksi BRI Agro.
Melalui Public Expose yang digelar hari ini, Perseroan menyampaikan perkembangan kinerja perusahaan, dan sekaligus mengumumkan aspirasi baru Perseroan untuk menjadi “The Best Digital Bank for Agri & Beyond by Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy”.
"Mudah-mudahan bank digital yang kita cintai yang per hari ini di RUPS siang tadi setelah berganti nama menjadi Bank Raya sesuai dengan namanya kita akan terus merayakan. Mengapresiasi seluruh timeline, seluruh keunggulan daripada seluruh pelaku di sektor gig economy karena mulai dari lahir sampai bertumbuh kembali menjadi manusia yang lebih baik lagi semua bisnisnya bertumbuh ini perlu dirayakan," ujar Direktur Utama BRI Agroniaga, Kaspar Situmorang dalam Public Expose secara virtual, Senin (27/9/2021).
Dalam sesi presentasi Public Expose yang dilakukan secara Live Stream dari kantor BRI Agro, Kaspar juga menjelaskan, bahwa perusahaan tengah menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada. Arah transformasi tersebut akan menyasar segmentasi pasar yang baru yaitu untuk memberikan layanan terhadap sektor Gig Economy (sektor pekerja informal).
Menurutnya, setiap tahunnya jumlah gig economy workers (pekerja sektor informal) di Indonesia meningkat secara konsisten, laju tersebut juga semakin didorong oleh keadaan pandemi COVID-19. Sebagai gambaran, jumlah gig economy workers meningkat sebesar 27.07%, secara Year-on-year (YoY), sedangkan jumlah karyawan-penuh-waktu menurun sebesar 8.84% YoY.
Lonjakan dari kehadiran gig workers ini berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan sebanyak 1,94 juta gig workers baru selama masa pandemi.
"Ke depannya, gig economy juga diproyeksikan untuk mencapai 74,81 juta gig workers pada tahun 2025. Melihat perkembangan yang tengah terjadi dan menyadari shifting behavior ke arah digital yang terus memperkuat Indonesia, gig economy workers akan menjadi pilar penting yang memperkuat dan memajukan perekonomian bangsa," kata dia.
Kaspar menjelaskan, Digital Journey BRI Agro akan melakukan transformasi berdasarkan 3 pilar yaitu digital, digitize, dan revamp. Digital, yaitu pengembangan produk digital baik dari sisi lending dan saving secara end-to-end sebagai aspirasi digital attacker BRI Group.
Digitize, yaitu proses bisnis digitalization yang merupakan pengembangan bisnis yang dilakukan secara O2O (online to offline). Lalu, Revamp, yaitu penataan kembali bisnis yang telah ada yang difokuskan pada shifting portofolio, revamp branch, mengoptimalkan efisiensi proses bisnis dan memperkuat people & culture.
Pada kesempatan tesebut, Manajemen BRI Agro juga menyampaikan bahwa kinerja Perseroan diperkirakan akan mengalami perlambatan dikarenakan dengan upaya Perseroan untuk menata kembali portfolio bisnisnya menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital.
Untuk itu, di semester dua tahun ini Perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir tahun 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat yang lebih sehat. Harapannya mulai tahun 2022 Perseroan telah siap sepenuhnya memasuki era bisnis digital.
Manajemen juga menyampaikan, langkah transformasi ini tetap memperhatikan good corporate governance, pengelolaan manajemen risiko dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Salah satu wujud nyata yang telah dilakukan Perseroan untuk merealisasikan aspirasi layanan digital adalah melalui penguatan people & culture seperti merekrut bakat-bakat digital terbaik di industri agar dapat menyediakan solusi perbankan digital terbaik bagi seluruh nasabah.
Selain itu Perseroan juga melakukan proses transformasi terhadap bagian lainnya seperti Network, Infrastructure, Model Bisnis, Produk dan Layanan, serta Portfolio Kredit baik dalam hal ticket size maupun kualitas.
Untuk membangun infrastruktur keuangan digital bagi pelaku gig economy dan mengakselerasi proses transformasi yang dijalani. Perseroan berencana untuk membangun pondasi keuangan yang kuat untuk model bisnis baru melalui penguatan permodalan.
Rencananya Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,15 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham yang akan ditawarkan melalui PMHMETD atau 9,96% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
(akr)