Kerugian Industri MICE Hampir Rp7 T, Kemenparekraf Usul Beralih ke Online

Selasa, 02 Juni 2020 - 23:13 WIB
loading...
Kerugian Industri MICE...
Kegiatan MICE, termasuk pameran, menjadi lesu akibat terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bisnis meeting, incentive travel, conference, exhibition (MICE) termasuk dalam sektor yang sangat terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Banyak penyelenggaraan acara di berbagai negara terpaksa ditunda bahkan dibatalkan karena Covid-19.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengutip Indonesia Event Industry Council (Ivendo) mencatat, potensi kerugian sektor MICE akibat pandemi Covid-19 berkisar Rp2,69 triliun hingga Rp6,94 triliun.

Pasalnya, sekitar 96,43% acara di 17 provinsi harus ditunda, dan 84,20% lainnya dibatalkan. Dampak selain rupiah ialah keberadaan lebih dari 90.000 pekerja industri kreatif yang ikut terimbas.

Dengan adanya pandemi ini, pelaku usaha di industri MICE harus memikirkan cara untuk bisa tetap bertahan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama sempat mengusulkan agar MICE dilakukan secara online.

“MICE online tetap ada keuntungan tetapi online ini tidak bisa terus menerus karena pemain MICE kita banyak yang offline. Kami optimistis online tetap harus ada namun jangan menggantikan offline,” tutur Direktur MICE Kemenparekraf Iyung Masruroh di dalam Seri Virtual Katadata Forum bertajuk Masa Depan Industri MICE Pascapandemi Covid-19 di Jakarta, Selasa (2/6/2020).

Semua jenis aktivitas MICE terdampak pandemi virus corona secara seimbang. Pelaku industri bergerak cepat demi menahan imbas lebih buruk terutama dalam hal arrangment management event, serta menggencarkan anjuran penundaan dibandingkan dengan pembatalan.

Berdasarkan data International Congress and Convention Association (ICCA) World Member Update per 27 Februari 2020 tercatat sedikitnya 12 acara ditunda di Indonesia, serta dua dibatalkan.

Dibutuhkan strategi pemulihan sektor MICE pascamerugi akibat pandemi Covid-19. Selain menyusun protokol pelaksanaan kegiatan MICE selepas pandemi dan menyusun strategi nasional pengembangan MICE, perlu dilakukan site inspection guna melihat kesiapan destinasi MICE.

Hal yang tak kalah utama ialah upaya untuk menggeliatkan kembali pasar domestik agar kembali mulai melaksanakan kegiatan MICE di destinasi yang sudah siap. Hal ini bertujuan agar perputaran ekonomi berangsur pulih.

“Termasuk di dalamnya kita dorong meeting-meeting pemerintah dan korporasi agar lebih banyak di dalam negeri. Kami juga roadshow untuk meyakinkan asosiasi, industri dan penyelenggara kegiatan MICE mengenai kesiapan Indonesia menjadi destinasi MICE yang aman dan nyaman,” lanjut Iyung.

Keberadaan MICE memiliki beberapa nilai tambah terhadap perekonomian. Tidak hanya berkontribusi kepada pengembangan infrastruktur publik, MICE juga membentuk citra positif bagi industri pariwisata Tanah Air.

Mengacu data Global Business Travel Association (GBTA) 2014, posisi MICE sangat kompetitif karena minimal 50% dari transaksi wisata dunia sebesar USD 1,18 triliun adalah perjalanan bisnis. Spending positif juga dimiliki wisatawan berbasis MICE.

Berdasarkan International Congress & Convention Association (ICCA) pada 2018, wisatawan MICE memiliki kemampuan spending USD2.000 per orang per hari. Angka tersebut merupakan 7 kali lipat dari kemampuan spending wisatawan biasa. Selain itu, wisatawan MICE ini memiliki rata-rata menginap lima malam.

“Dan pariwisata termasuk sektor MICE itu memang paling nomor satu terkena imbas pandemi Covid-19, kalau yang lain tidak sebesar pariwisata,” ujar Chairman, Indonesia General Manager Hotel Association, Jakarta Chapter, Wita Jacob.

Berdasarkan data ICCA, pada 2018, posisi Indonesia di kancah global berdasarkan jumlah meeting berada di peringkat 36 dengan jumlah meeting 122, setahun kemudian peringkat turun ke posisi 41 dengan jumlah meeting 95. Ranking pada tahun lalu sama dengan peringkat ke-10 di dalam cakupan Asia Pasific.

Saat ini, setidaknya ada tujuh daerah tujuan utama wisatawan mancanegara dengan tujuan perjalanan bisnis, yaitu Bali, Bandung, Jakarta, Makassar, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Jumlah kunjungan by air market terbanyak menuju DKI Jakarta (57,8%), sisanya tersebar di enam daerah lain.

Adapun, Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri menjelaskan bahwa pada 2017, industri event di Indonesia berdampak kepada USD7,8 miliar total GDP dan menciptakan sekitar 278.000 lapangan pekerjaan. Sayangnya, pandemi Covid-19 berdampak terhadap 90% pembatalan atau penundaan acara sampai akhir 2020.

“Jika dari survei panel ahli UNTWO, perjalanan domestik akan lebih banyak pulih dari awal Juli sedangkan perjalanan internasional mulai kuartal akhir tahun ini hingga awal 2021,” kata Mulya.

Besarnya dampak bisnis MICE terhadap akselerasi perkembangan infrastruktur, misalnya tampak dari renovasi Bandara I Gusti Ngurah Rai. Pada 2018, Bandara Ngurah Rai menjadi infrastruktur pendukung utama Konferensi IMF yang yang memberikan dampak langsung terhadap perekonomian mencapai Rp5,5 triliun. Pertemuan ini juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia sebesar 0,01%.

"Pemerintah mengharapkan seluruh pemangku kepentingan bahu-membahu menghadapi masa sulit ini, sehingga saat pandemi berakhir, sektor parekraf salah satunya bisnis MICE mampu bangkit lebih baik," pungkas Iyung.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2493 seconds (0.1#10.140)