Krisis Energi Global, IESR: Bukan Hal yang Baru

Senin, 11 Oktober 2021 - 22:01 WIB
loading...
Krisis Energi Global, IESR: Bukan Hal yang Baru
Salah satu SPBU BP di Hildenborough kehabisan stok BBM. FOTO/AFP/Ben Stansall
A A A
JAKARTA - Krisis energi tengah terjadi di berbagai negara di dunia. Tidak hanya Uni Eropa dan Inggris, sejumlah negara di Asia seperti China dan India serta Afrika dan Timur Tengah juga turut dilanda krisis energi. Ini ditandai dengan meroketnya harga gas dan batu bara, diikuti kenaikan harga minyak.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, krisis energi yang terjadi saat ini bukan hal yang baru. Hubungan krisis energi di negara-negara tersebut berkaitan dengan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

"Salah satu krisis yang cukup penting adalah krisis harga minyak di tahun 70-an. Kemudian krisis energi tahun 2008 yang kita tahu harga minyak pernah naik sangat tinggi mencapai USD160 per barel. Ini menunjukkan bahwa volatilitas harga energi primer khususnya energi fosil itu sangat tinggi," ujarnya dalam webinar yang bertajuk Energy Crisis in UK and Europe, Senin (11/10/2021).



Menurut dia, krisis energi yang terjadi saat ini bukan krisis energi terbarukan, melainkan krisis harga bahan bakar fosil. Hal ini karena bahan bakar fosil merupakan komoditas global yang dapat diperdagangkan. Bahan bakar fosil juga sangat bergantung pada permintaan dan penawaran yang menentukan harganya. "Harus kita pahami bahwa krisis energi yang terjadi saat ini sebagai krisis fossil fuel, bukan krisis energi terbarukan," tuturnya.

Fabby menambahkan, krisis energi yang terjadi di Uni Eropa dan Inggris disebabkan karena kenaikan harga gas menjelang musim dingin. Banyak negara seperti di Eropa dan Inggris ketika menghadapi musim dingin akan meningkatkan cadangan gas. Namun, karena ada suplai yang terdampak maka harga gas di Eropa naik sangat tinggi.



Sementara krisis energi di China karena kenaikan harga batu bara yang membuat PLTU di China mengurangi konsumsi batu bara. "Selama dunia masih bergantung pada energi fosil maka volatilitas harga energi fosil akan memengaruhi keamanan pasokan energi kita. Semuanya bergantung pada demand and supply," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)