Terdampak Covid-19, Beban Jawa-Bali Turun 3.000 MW
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) melaporkan kondisi beban listrik pada sistem interkoneksi Jawa-Bali mengalami penurunan akibat kebijakan bekerja dari rumah (working from home/WFH) guna mengantisipasi penularan Covid-19. Anjloknya beban listrik tersebut disebabkan karena terjadi penurunan konsumsi khususnya di sektor bisnis dan industri.
"Beban listrik itu dipengaruhi oleh turunnya penjualan listrik PLN. Nah, rata-rata konsumsi listrik ini kondisinya sedang turun akibat kebijakan bekerja dari rumah," ujar Direktur Bisnis Jawa Madura Bali PLN Haryanto WS di Jakarta, Senin (13/4/2020).
Menurut dia rata-rata beban listrik Jawa-Bali dalam kondisi normal terhitung mulai Januari-April 2020 seharusnya mencapai 26.500 megawatt (MW). Namun lantaran terterimbas virus corona maka beban listrik Jawa-Bali turun sebesar 11,2% atau sekitar 3.000 MW.
PLN memproyeksikan, apabila wabah corona tak kunjung selesai sampai akhir tahun ini maka realisasi beban puncak tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Adapun beban puncak sistem kelistrikan Jawa-Bali pada 2019 lalu mencapai 28.000 MW. "Beban puncak itu nanti baru bisa dihitung di bulan Oktober-November," kata dia.
Pihaknya memastikan bahwa merosotnya konsumsi listrik akan mempengaruhi turunnya penjualan PLN. Meski begitu, pihaknya belum merinci berapa besar penurunan penjualan listrik PLN akibat terdampak pandemi Covid-19.
"Pada dasarnya ini bukan kerugian tapi penurunan penjualan akibat terdampak Covid-19. Sehingga langkah alternatif mengurangi beban di sistem Jawa-Bali," ungkap dia.
Dia mengatakan bahwa turunnya beban sistem Jawa-Bali kemudian dimanfaatkan PLN untuk melakukan perawatan di sejumlah pembangkit listriknya. Meski begitu, pihaknya tidak menyebutkan pembangkit mana saja yang saat ini sedang dimatikan karena terimbas Covid-19. Namun yang jelas, imbuhnya, tujuan dari pemeliharaan supaya ketika wabah corona berakhir dan ekonomi mulai bangkit pembangkit-pembangkit tersebut siap dihidupkan kembali.
"Kita biasanya sulit mencari waktu pemeliharaan. Nah, dengan kondisi beban turun seperti ini maka kita manfaatkan untuk melakukan pemeliharaan dan kita harapkan wabah Covid-19 ini tidak lama," kata dia.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (PLN Disjaya) Ikhsan Asaad menyebut beban listrik di wilayah DKI Jakarta turun sebesar 19% akibat kebijakan bekerja dari rumah. Terhitung sampai 23 Maret 2020 beban pemakaian listrik di wilayah Jakarta mencapai 4.103 MW turun dibandingkan 9 Maret 2020 mencapai 5.047 MW atau turun sebesar 944 MW.
"Beban listrik turun akibat banyaknya golongan bisnis dan gedung-gedung pemerintahan yang menerapkan bekerja dari rumah. Itu menjadi salah satu pemicu turunnya beban listrik di Jakarta dan sekitarnya," ungkap dia.
"Beban listrik itu dipengaruhi oleh turunnya penjualan listrik PLN. Nah, rata-rata konsumsi listrik ini kondisinya sedang turun akibat kebijakan bekerja dari rumah," ujar Direktur Bisnis Jawa Madura Bali PLN Haryanto WS di Jakarta, Senin (13/4/2020).
Menurut dia rata-rata beban listrik Jawa-Bali dalam kondisi normal terhitung mulai Januari-April 2020 seharusnya mencapai 26.500 megawatt (MW). Namun lantaran terterimbas virus corona maka beban listrik Jawa-Bali turun sebesar 11,2% atau sekitar 3.000 MW.
PLN memproyeksikan, apabila wabah corona tak kunjung selesai sampai akhir tahun ini maka realisasi beban puncak tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Adapun beban puncak sistem kelistrikan Jawa-Bali pada 2019 lalu mencapai 28.000 MW. "Beban puncak itu nanti baru bisa dihitung di bulan Oktober-November," kata dia.
Pihaknya memastikan bahwa merosotnya konsumsi listrik akan mempengaruhi turunnya penjualan PLN. Meski begitu, pihaknya belum merinci berapa besar penurunan penjualan listrik PLN akibat terdampak pandemi Covid-19.
"Pada dasarnya ini bukan kerugian tapi penurunan penjualan akibat terdampak Covid-19. Sehingga langkah alternatif mengurangi beban di sistem Jawa-Bali," ungkap dia.
Dia mengatakan bahwa turunnya beban sistem Jawa-Bali kemudian dimanfaatkan PLN untuk melakukan perawatan di sejumlah pembangkit listriknya. Meski begitu, pihaknya tidak menyebutkan pembangkit mana saja yang saat ini sedang dimatikan karena terimbas Covid-19. Namun yang jelas, imbuhnya, tujuan dari pemeliharaan supaya ketika wabah corona berakhir dan ekonomi mulai bangkit pembangkit-pembangkit tersebut siap dihidupkan kembali.
"Kita biasanya sulit mencari waktu pemeliharaan. Nah, dengan kondisi beban turun seperti ini maka kita manfaatkan untuk melakukan pemeliharaan dan kita harapkan wabah Covid-19 ini tidak lama," kata dia.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (PLN Disjaya) Ikhsan Asaad menyebut beban listrik di wilayah DKI Jakarta turun sebesar 19% akibat kebijakan bekerja dari rumah. Terhitung sampai 23 Maret 2020 beban pemakaian listrik di wilayah Jakarta mencapai 4.103 MW turun dibandingkan 9 Maret 2020 mencapai 5.047 MW atau turun sebesar 944 MW.
"Beban listrik turun akibat banyaknya golongan bisnis dan gedung-gedung pemerintahan yang menerapkan bekerja dari rumah. Itu menjadi salah satu pemicu turunnya beban listrik di Jakarta dan sekitarnya," ungkap dia.
(fai)