E-commerce Bakal Tumbuh 21 Persen, Brand Wajib Adopsi Strategi Omnichannel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang mengakselerasi industri e-commerce telah mendorong kesiapan pasar Indonesia pada sistem ritel yang omnichannel. Sistem dengan model bisnis lintas channel yang menghubungkan operasional bisnis online dan offline ini menjadi formula tepat untuk kedepannya.
Baru-baru ini perusahaan solusi e-commerce SIRCLO bersama Katadata Insight Center meluncurkan laporan lanskap perkembangan e-commerce berjudul "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail".
Dalam diskusi panel virtual bertema "Mendorong Adaptasi Digital Melalui Strategi Omnichannel”, Head of Katadata Insight Center (KIC), Adek Media Roza mengatakan, e-commerce di Indonesia diproyeksikan masih terus bertumbuh hingga 21% di tahun 2025.
Riset mengungkap, umumnya produk yang paling dicari dan dibeli adalah fesyen dan aksesoris. Untuk kanal dan promo belanja preferensi konsumen yaitu marketplace sejumlah 85,6% dan diikuti dengan social commerce dan website brand . Promo menjadi alasan utama konsumen menggunakan marketplace.
Adek menambahkan, “Strategi omnichannel membantu brand meningkatkan penjualan dan menjangkau konsumen yang lebih luas dan beragam. E-commerce enabler seperti SIRCLO membantu brand menjadi omnipresent melalui integrasi dengan beragam industri,” ujarnya.
Komisaris SIRCLO dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019), Triawan Munaf mengatakan, sekitar 74,5% konsumen tetap berbelanja secara offline dan online saat pandemi, walaupun lebih banyak memilih berbelanja online. Triawan menjelaskan, mengenai pentingnya menerapkan strategi omnichannel. Pertama, strategi omnichannel sangat tepat diterapkan di masa pandemi dan seterusnya.
“Brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka. Konsumen di Asia Tenggara pun mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform. Dengan demikian, strategi omnichannel menjadi solusi untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang konsisten serta dipersonalisasi,” kata Triawan.
Strategi omnichannel, menurut Triawan sudah paripurna. Pasalnya, strategi ini menggabungkan kanal online dan offline mulai dari pembayaran, touch point penjualan, fulfillment & investaris, logistik dan pengiriman, ERP, dan pelanggan.
Triawan menjelaskan, “Diprediksikan bahwa pada tahun 2022, e-commerce di Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline. Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa. Tidak dipungkiri, masa depan retail di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline.”
Di sisi lain, para pelaku UMKM dituntut untuk bisa berpikir konstruktif agar produk-produk lokal mereka bisa berkembang dengan cepat. Saat ini para pelaku UMKM lokal sudah sangat tahu kompetisi pasar sehingga mereka berlomba-lomba dalam membuat keunikan produk.
Sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, tentunya sangat penting bagi UMKM di Indonesia untuk gencar go digital dan memanfaatkan peluang yang menunggu baik di pasar lokal maupun internasional. Sebagai upaya dan strategi pemerintah untuk mendorong percepatan digitalisasi ekonomi, Asisten Deputi Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian, Rizal Edwin Manansang, menjelaskan bahwa upaya pemerintah dalam membantu UMKM dilakukan melalui dua pendekatan.
Yang pertama adalah menguatkan ekosistem UMKM itu sendiri, seperti memudahkan perizinan, memberikan insentif perpajakan, sertifikasi produk, serta memudahkan akses terhadap pasar, pembiayaan, dan bahan baku. Pendekatan kedua adalah penguatan ekosistem e-commerce itu sendiri.
“Pemerintah akan terus menciptakan iklim usaha yang adil, membuat aturan soal pembayaran digital, logistik, menyiapkan infrastruktur digital dan lain-lain. Satu hal yang tidak kalah penting adalah memperluas literasi digital dan membentuk mindset yang benar dari para pengusaha,” tambah Rizal.
Rizal turut mengapresiasi peran setiap pemain dalam ekosistem e-commerce dalam negeri, termasuk SIRCLO dalam mempercepat proses digitalisasi ini. Agar brand mampu menghadirkan pengalaman omnichannel yang optimal kepada konsumen, brand membutuhkan ekosistem e-commerce yang kuat dan terukur, yang dapat difasilitasi oleh kemampuan e-commerce enabler seperti SIRCLO Commerce untuk mengintegrasikan berbagai kanal dan platform, dan mengelolanya secara efektif (contoh: marketplace, social commerce, situs brand.com, payment gateway, logistik, dan lainnya).
Brian Marshal, Founder dan CEO SIRCLO mengatakan, “Kata kunci dalam dunia digital adalah keterbukaan informasi dan data. Semua harus bisa terukur secara transparan dan memiliki standar. Melalui laporan riset e-commerce yang SIRCLO luncurkan dengan dukungan Katadata Insight Center, diharapkan para penyedia platform dapat membudayakan riset dan membaca data untuk mengambil langkah ke depan, agar perekonomian Indonesia semakin maju.”
Baru-baru ini perusahaan solusi e-commerce SIRCLO bersama Katadata Insight Center meluncurkan laporan lanskap perkembangan e-commerce berjudul "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail".
Dalam diskusi panel virtual bertema "Mendorong Adaptasi Digital Melalui Strategi Omnichannel”, Head of Katadata Insight Center (KIC), Adek Media Roza mengatakan, e-commerce di Indonesia diproyeksikan masih terus bertumbuh hingga 21% di tahun 2025.
Riset mengungkap, umumnya produk yang paling dicari dan dibeli adalah fesyen dan aksesoris. Untuk kanal dan promo belanja preferensi konsumen yaitu marketplace sejumlah 85,6% dan diikuti dengan social commerce dan website brand . Promo menjadi alasan utama konsumen menggunakan marketplace.
Adek menambahkan, “Strategi omnichannel membantu brand meningkatkan penjualan dan menjangkau konsumen yang lebih luas dan beragam. E-commerce enabler seperti SIRCLO membantu brand menjadi omnipresent melalui integrasi dengan beragam industri,” ujarnya.
Komisaris SIRCLO dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019), Triawan Munaf mengatakan, sekitar 74,5% konsumen tetap berbelanja secara offline dan online saat pandemi, walaupun lebih banyak memilih berbelanja online. Triawan menjelaskan, mengenai pentingnya menerapkan strategi omnichannel. Pertama, strategi omnichannel sangat tepat diterapkan di masa pandemi dan seterusnya.
“Brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka. Konsumen di Asia Tenggara pun mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform. Dengan demikian, strategi omnichannel menjadi solusi untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang konsisten serta dipersonalisasi,” kata Triawan.
Strategi omnichannel, menurut Triawan sudah paripurna. Pasalnya, strategi ini menggabungkan kanal online dan offline mulai dari pembayaran, touch point penjualan, fulfillment & investaris, logistik dan pengiriman, ERP, dan pelanggan.
Triawan menjelaskan, “Diprediksikan bahwa pada tahun 2022, e-commerce di Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline. Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa. Tidak dipungkiri, masa depan retail di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline.”
Di sisi lain, para pelaku UMKM dituntut untuk bisa berpikir konstruktif agar produk-produk lokal mereka bisa berkembang dengan cepat. Saat ini para pelaku UMKM lokal sudah sangat tahu kompetisi pasar sehingga mereka berlomba-lomba dalam membuat keunikan produk.
Sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, tentunya sangat penting bagi UMKM di Indonesia untuk gencar go digital dan memanfaatkan peluang yang menunggu baik di pasar lokal maupun internasional. Sebagai upaya dan strategi pemerintah untuk mendorong percepatan digitalisasi ekonomi, Asisten Deputi Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian, Rizal Edwin Manansang, menjelaskan bahwa upaya pemerintah dalam membantu UMKM dilakukan melalui dua pendekatan.
Yang pertama adalah menguatkan ekosistem UMKM itu sendiri, seperti memudahkan perizinan, memberikan insentif perpajakan, sertifikasi produk, serta memudahkan akses terhadap pasar, pembiayaan, dan bahan baku. Pendekatan kedua adalah penguatan ekosistem e-commerce itu sendiri.
“Pemerintah akan terus menciptakan iklim usaha yang adil, membuat aturan soal pembayaran digital, logistik, menyiapkan infrastruktur digital dan lain-lain. Satu hal yang tidak kalah penting adalah memperluas literasi digital dan membentuk mindset yang benar dari para pengusaha,” tambah Rizal.
Rizal turut mengapresiasi peran setiap pemain dalam ekosistem e-commerce dalam negeri, termasuk SIRCLO dalam mempercepat proses digitalisasi ini. Agar brand mampu menghadirkan pengalaman omnichannel yang optimal kepada konsumen, brand membutuhkan ekosistem e-commerce yang kuat dan terukur, yang dapat difasilitasi oleh kemampuan e-commerce enabler seperti SIRCLO Commerce untuk mengintegrasikan berbagai kanal dan platform, dan mengelolanya secara efektif (contoh: marketplace, social commerce, situs brand.com, payment gateway, logistik, dan lainnya).
Brian Marshal, Founder dan CEO SIRCLO mengatakan, “Kata kunci dalam dunia digital adalah keterbukaan informasi dan data. Semua harus bisa terukur secara transparan dan memiliki standar. Melalui laporan riset e-commerce yang SIRCLO luncurkan dengan dukungan Katadata Insight Center, diharapkan para penyedia platform dapat membudayakan riset dan membaca data untuk mengambil langkah ke depan, agar perekonomian Indonesia semakin maju.”
(akr)