AIAPedia: Mengenal Lebih Jauh Penyakit Kritis dari Hospital Playlist
loading...
A
A
A
JAKARTA - Drama korea berjudul Hospital Playlist menjadi salah satu serial drama favorit yang hangat. Sesuai judulnya, serial ini menceritakan kehidupan para dokter yang sangat sering berurusan dengan kasus medis di rumah sakit, termasuk sebagian besar yang dikategorikan sebagai penyakit kritis.
Penyakit kritis adalah penyebab utama kematian di dunia. Sekarang, penyakit kritis tengah mengintai bukan hanya pada mereka yang berusia lanjut tapi juga berusia produktif. Apalagi dengan gaya hidup buruk yang kerap menghinggapi kehidupan anak muda, risiko terkena penyakit kritis semakin tinggi.
Di Indonesia, penyakit kritis merupakan penyebab kematian terbesar dengan angka kematian hingga 60 persen, di mana peringkat pertamanya diduduki oleh stroke serta penyakit jantung pada urutan kedua. Berdasarkan hasil survey 2021 dari Global Medical Trends yang dikeluarkan oleh Willis Tower Watson, biaya kesehatan di Indonesia juga diperkirakan meningkat sebanyak 12 persen pada 2021.
Data tersebut menunjukkan pentingnya memiliki asuransi kesehatan untuk mencegah kondisi keuangan yang terganggu akibat membiayai pengobatan penyakit kritis yang bisa mencapai ratusan juta. Apalagi, data Riskesdas 2018 juga menyebutkan adanya peningkatan jumlah kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti kanker, stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi pada kelompok usia remaja dan dewasa muda yang muncul dalam rentang usia 15-24 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 35-44 tahun.
Pada 2020, tiga perempat kematian di negara berkembang disebabkan oleh penyakit kritis. Dari beberapa penyakit kritis tersebut, 3 diantaranya memiliki persentase cukup tinggi, yakni penyakit jantung 70 persen, stroke 75 persen dan diabetes 70 persen.
Melihat data tersebut, penyakit kritis maupun penyakit tidak menular tidak hanya mengakibatkan angka kematian yang tinggi, namun juga membutuhkan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak sedikit. Sakit dapat terjadi pada siapapun, kapanpun dan di manapun. Untuk itu, perlindungan kesehatan sangat diperlukan sebelum terlambat.
Penyakit kritis dan perawatan bedah/ operasi
Seperti halnya cerita dalam Hospital Playlist yang penuh peristiwa mengharukan di rumah sakit, penanganan penyakit kritis tidak hanya melibatkan tenaga medis. Lebih dari itu, banyak kisah keluarga dibalik proses medis yang dilakukan di rumah sakit.
Cerita ini dapat menjadi referensi bagaimana penyakit kritis harus menjadi perhatian bersama, apalagi kasusnya terbilang tinggi di negara ini. Kita juga perlu mencermati kondisi apa saja yang masuk dalam kategori ini, seperti kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, hingga transplantasi organ utama dan sebagainya. Terdapat 39 kategori penyakit kritis yang termasuk dalam proteksi asuransi kesehatan.
Seringkali orang yang sudah memiliki asuransi bahkan tidak mengetahui dengan lengkap benefit yang ada di dalamnya. Sehingga saat terserang penyakit yang tidak tercover asuransi, tabungan lah yang terpaksa digunakan untuk menutup biaya. Sebuah survei dari Kantar menyatakan bahwa, ada 6 dari 10 orang Indonesia yang mengaku khawatir tidak mampu membayar tagihan rumah sakit jika mereka tertimpa penyakit kritis .
Oleh karena itu, mari kita pahami apa saja perbedaan proteksi penyakit kritis dengan proteksi kesehatan biasa, melalui tabel rangkuman di bawah ini:
Penyakit kritis adalah penyebab utama kematian di dunia. Sekarang, penyakit kritis tengah mengintai bukan hanya pada mereka yang berusia lanjut tapi juga berusia produktif. Apalagi dengan gaya hidup buruk yang kerap menghinggapi kehidupan anak muda, risiko terkena penyakit kritis semakin tinggi.
Di Indonesia, penyakit kritis merupakan penyebab kematian terbesar dengan angka kematian hingga 60 persen, di mana peringkat pertamanya diduduki oleh stroke serta penyakit jantung pada urutan kedua. Berdasarkan hasil survey 2021 dari Global Medical Trends yang dikeluarkan oleh Willis Tower Watson, biaya kesehatan di Indonesia juga diperkirakan meningkat sebanyak 12 persen pada 2021.
Data tersebut menunjukkan pentingnya memiliki asuransi kesehatan untuk mencegah kondisi keuangan yang terganggu akibat membiayai pengobatan penyakit kritis yang bisa mencapai ratusan juta. Apalagi, data Riskesdas 2018 juga menyebutkan adanya peningkatan jumlah kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti kanker, stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi pada kelompok usia remaja dan dewasa muda yang muncul dalam rentang usia 15-24 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 35-44 tahun.
Pada 2020, tiga perempat kematian di negara berkembang disebabkan oleh penyakit kritis. Dari beberapa penyakit kritis tersebut, 3 diantaranya memiliki persentase cukup tinggi, yakni penyakit jantung 70 persen, stroke 75 persen dan diabetes 70 persen.
Melihat data tersebut, penyakit kritis maupun penyakit tidak menular tidak hanya mengakibatkan angka kematian yang tinggi, namun juga membutuhkan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak sedikit. Sakit dapat terjadi pada siapapun, kapanpun dan di manapun. Untuk itu, perlindungan kesehatan sangat diperlukan sebelum terlambat.
Penyakit kritis dan perawatan bedah/ operasi
Seperti halnya cerita dalam Hospital Playlist yang penuh peristiwa mengharukan di rumah sakit, penanganan penyakit kritis tidak hanya melibatkan tenaga medis. Lebih dari itu, banyak kisah keluarga dibalik proses medis yang dilakukan di rumah sakit.
Cerita ini dapat menjadi referensi bagaimana penyakit kritis harus menjadi perhatian bersama, apalagi kasusnya terbilang tinggi di negara ini. Kita juga perlu mencermati kondisi apa saja yang masuk dalam kategori ini, seperti kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, hingga transplantasi organ utama dan sebagainya. Terdapat 39 kategori penyakit kritis yang termasuk dalam proteksi asuransi kesehatan.
Seringkali orang yang sudah memiliki asuransi bahkan tidak mengetahui dengan lengkap benefit yang ada di dalamnya. Sehingga saat terserang penyakit yang tidak tercover asuransi, tabungan lah yang terpaksa digunakan untuk menutup biaya. Sebuah survei dari Kantar menyatakan bahwa, ada 6 dari 10 orang Indonesia yang mengaku khawatir tidak mampu membayar tagihan rumah sakit jika mereka tertimpa penyakit kritis .
Oleh karena itu, mari kita pahami apa saja perbedaan proteksi penyakit kritis dengan proteksi kesehatan biasa, melalui tabel rangkuman di bawah ini: