PGN Jajaki 7 Potensi Kolaborasi Pemanfaatan Gas Bumi di Expo Dubai 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - PGN menjajaki tujuh potensi kolaborasi pemanfaatan gas bumi untuk penyediaan energi bersih dan ramah lingkungan (green energy) di Expo Dubai 2020. Kolaborasi tersebut sejalan dengan visi Holding Migas Pertamina mendukung ekspansi bisnis go global.
"Semua inisiatif tersebut sejalan dengan komitmen mendukung target mengurangi emisi karbon seperti yang tertera dalam Paris Agreement dan Konferensi COP26," ujar Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz seperti dikutip melalui pernyataan resmi, Selasa (9/11/2021).
Fariz menjelaskan kolaborasi pertama terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhoksheumawe, di mana PGN mendukung industri dan pengembangan KEK tersebut melalui LNG regasification, LNG/ LPG Hub, LNG trading, serta Mini LNG Plants. Pengembangan LNG tersebut untuk mewujudkan energi bersih dan ramah lingkungan.
Kolaborasi selanjutnya adalah LNG Bungkering sebagai inisiatif PGN untuk mendukung kapal-kapal Indonesia (shipping) melalui LNG dengan metode bunkering, mengingat perairan Indonesia yang strategis untuk rute pengiriman internasional.
Ketiga, gas untuk sektor laut. Dalam proyek ini, PGN menyusun roadmap pemanfaatan CNG dan LNG untuk sektor transportasi laut di Aceh, Banten, Jakarta, Bali, Surabaya, dan Balikpapan. Proyek ini juga sejalan dengan kondisi geografis Indonesia dan upaya mengurangi emisi.
Keempat yaitu gas untuk Pembangkit Listrik sesuai dengan Kepmen 13/ 2020. PGN mendukung investasi dan pengembangan infrastruktur untuk pasokan gas wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
Kelima adalah pengembangan gas bumi berbasis industri methanol untuk mendukung produksi biofuel melalui joint venture and studi kelayakan. Produksi gas di Indonesia diperkirakan 8,2 – 9,3 BSCFD pada tahun 2025-2040 yang berpeluang dapat diolah sebagai methanol dan memenuhi permintaan.
Keenam yakni pengembangan jargas rumah tangga. Saat PGN melayani lebih dari 600.000 SR dan akan berupaya membangun 1 juta SR jargas per tahun. Berlokasi di lebih dari 50 kota/ kabupaten, ditargetkan pada tahun 2024 dapat tersambung jargas sebanyak 4 juta SR.
Proyek terakhir yaitu pengembangan biometanol. Green energy dalam bentuk biometanal berpotensi mengurangi emisi dengan mengganti penggunaan minyak fosil. Biometanol diproses dari limbah cair minyak sawit yang disebut POME. "Jika dibiarkan dan tidak diproses, POME dapat membahayakan lingkungan," tutupnya.
"Semua inisiatif tersebut sejalan dengan komitmen mendukung target mengurangi emisi karbon seperti yang tertera dalam Paris Agreement dan Konferensi COP26," ujar Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz seperti dikutip melalui pernyataan resmi, Selasa (9/11/2021).
Baca Juga
Fariz menjelaskan kolaborasi pertama terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhoksheumawe, di mana PGN mendukung industri dan pengembangan KEK tersebut melalui LNG regasification, LNG/ LPG Hub, LNG trading, serta Mini LNG Plants. Pengembangan LNG tersebut untuk mewujudkan energi bersih dan ramah lingkungan.
Kolaborasi selanjutnya adalah LNG Bungkering sebagai inisiatif PGN untuk mendukung kapal-kapal Indonesia (shipping) melalui LNG dengan metode bunkering, mengingat perairan Indonesia yang strategis untuk rute pengiriman internasional.
Ketiga, gas untuk sektor laut. Dalam proyek ini, PGN menyusun roadmap pemanfaatan CNG dan LNG untuk sektor transportasi laut di Aceh, Banten, Jakarta, Bali, Surabaya, dan Balikpapan. Proyek ini juga sejalan dengan kondisi geografis Indonesia dan upaya mengurangi emisi.
Keempat yaitu gas untuk Pembangkit Listrik sesuai dengan Kepmen 13/ 2020. PGN mendukung investasi dan pengembangan infrastruktur untuk pasokan gas wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
Kelima adalah pengembangan gas bumi berbasis industri methanol untuk mendukung produksi biofuel melalui joint venture and studi kelayakan. Produksi gas di Indonesia diperkirakan 8,2 – 9,3 BSCFD pada tahun 2025-2040 yang berpeluang dapat diolah sebagai methanol dan memenuhi permintaan.
Keenam yakni pengembangan jargas rumah tangga. Saat PGN melayani lebih dari 600.000 SR dan akan berupaya membangun 1 juta SR jargas per tahun. Berlokasi di lebih dari 50 kota/ kabupaten, ditargetkan pada tahun 2024 dapat tersambung jargas sebanyak 4 juta SR.
Proyek terakhir yaitu pengembangan biometanol. Green energy dalam bentuk biometanal berpotensi mengurangi emisi dengan mengganti penggunaan minyak fosil. Biometanol diproses dari limbah cair minyak sawit yang disebut POME. "Jika dibiarkan dan tidak diproses, POME dapat membahayakan lingkungan," tutupnya.
(nng)