East Ventures Jadi Investor 170 Startup di Asia Tenggara
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sebagai perusahaan modal ventura, East Ventures tercatat telah mendanai 170 sartup di Asia Tenggara. Melalui investasinya ke seluruh startup tersebut, 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia.
Sejak hadir pada 2009 silam East Ventures mampu berakselerasi menjadi salah satu modal ventura berkinerja terbaik di dunia dan konsisten memberikan IRR (Internal Rate of Return) yang tinggi.
Dengan wilayah yang terdiri dari 17.000 pulau dan jumlah penduduk melampaui 264 juta jiwa, Indonesia adalah salah satu perekonomian terbesar di dunia. Salah satu pendorong utama pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah jumlah penduduk usia muda dan kelas ekonomi menengah.
Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, East Ventures bekerja bersama para pendiri startup untuk membangun ekosistem digital Indonesia dari nol sejak hari-hari pertama.
"Melihat peluang sejak awal, East Ventures adalah pemodal ventura pertama yang berinvestasi di dua startup Indonesia yang kini telah berstatus unicorn yaitu Tokopedia dan Traveloka," kata Irene pada acara Digital Comptitivness Index yang digelar di Makassar, Sabtu (07/03/2020).
East Venture kemudian mengembangkan aktivitas investasinya dengan mendukung startup dari beragam industri seperti industri penunjang e-commerce Waresix (logistik), Xendit (pembayaran), Kudo (offline to online), Sirclo dan Shopback (pendukung e-commerce), dan Sociolla (new retail produk kecantikan).
Irene menjelaskan, portofolio lain East Ventures adalah startup yang menyediakan platform teknologi bagi UKM seperti Mekari (akuntansi, pajak, dan payroll), Moka (point of-sale), CoHive (co-working), new retail seperti Warung Pintar (FMCG) dan Fore Coffee (on-demand coffee chain), serta sektor transformasi digital seperti Advotics (analisis rantai pasok) dan Nodeflux (computer vision dan AI).
"Dana kelolaan East Ventures, yang terdiri dari early stage fund dan growth fund, kini telah tumbuh menjadi aset senilai US$1,2 miliar. Perusahaan turut berpartisipasi dalam 20 exit, termasuk diantaranya, akuisisi Kudo oleh Grab, akuisisi Loket oleh Gojek, akuisisi Bridestory oleh Tokopedia," jelasnya.
Selain itu lanjut Irene, East Ventures juga terlibat dalam proses akuisisi-akuisisi lain yang melibatkan kelompok bisnis lokal dan regional. Secara total, portofolio East Ventures telah berhasil menarik investasi bernilai US$4 miliar dalam bentuk pendanaan lanjutan yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Ia menjelaskan, dari catatan East Ventures - Indonesia Digital Competitive Index (EV-IDCI) atau Indeks Daya Saing Digital, DKI Jakarta memimpin dengan skor 79,7 atau memiliki daya saing digital terbaik. Jawa Barat di urutan kedua dengan skor 55,0, dan seterusnya belum cukup kompetitif.
"Semua provinsi di Jawa menempati posisi 10 besar. Sementara, provinsi dengan peringkat rendah tersebar merata di luar Jawa. Sulawesi Selatan misalnya, indeks daya saing digital Sulsel berdasarkan data East Ventures berada di peringkat ke-9 dari 34 provinsi di Indonesia, dengan skor 36,2, berada di bawah Kalimantan Timur dengan skor 37,9," papar Irene.
Sejak hadir pada 2009 silam East Ventures mampu berakselerasi menjadi salah satu modal ventura berkinerja terbaik di dunia dan konsisten memberikan IRR (Internal Rate of Return) yang tinggi.
Dengan wilayah yang terdiri dari 17.000 pulau dan jumlah penduduk melampaui 264 juta jiwa, Indonesia adalah salah satu perekonomian terbesar di dunia. Salah satu pendorong utama pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah jumlah penduduk usia muda dan kelas ekonomi menengah.
Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, East Ventures bekerja bersama para pendiri startup untuk membangun ekosistem digital Indonesia dari nol sejak hari-hari pertama.
"Melihat peluang sejak awal, East Ventures adalah pemodal ventura pertama yang berinvestasi di dua startup Indonesia yang kini telah berstatus unicorn yaitu Tokopedia dan Traveloka," kata Irene pada acara Digital Comptitivness Index yang digelar di Makassar, Sabtu (07/03/2020).
East Venture kemudian mengembangkan aktivitas investasinya dengan mendukung startup dari beragam industri seperti industri penunjang e-commerce Waresix (logistik), Xendit (pembayaran), Kudo (offline to online), Sirclo dan Shopback (pendukung e-commerce), dan Sociolla (new retail produk kecantikan).
Irene menjelaskan, portofolio lain East Ventures adalah startup yang menyediakan platform teknologi bagi UKM seperti Mekari (akuntansi, pajak, dan payroll), Moka (point of-sale), CoHive (co-working), new retail seperti Warung Pintar (FMCG) dan Fore Coffee (on-demand coffee chain), serta sektor transformasi digital seperti Advotics (analisis rantai pasok) dan Nodeflux (computer vision dan AI).
"Dana kelolaan East Ventures, yang terdiri dari early stage fund dan growth fund, kini telah tumbuh menjadi aset senilai US$1,2 miliar. Perusahaan turut berpartisipasi dalam 20 exit, termasuk diantaranya, akuisisi Kudo oleh Grab, akuisisi Loket oleh Gojek, akuisisi Bridestory oleh Tokopedia," jelasnya.
Selain itu lanjut Irene, East Ventures juga terlibat dalam proses akuisisi-akuisisi lain yang melibatkan kelompok bisnis lokal dan regional. Secara total, portofolio East Ventures telah berhasil menarik investasi bernilai US$4 miliar dalam bentuk pendanaan lanjutan yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Ia menjelaskan, dari catatan East Ventures - Indonesia Digital Competitive Index (EV-IDCI) atau Indeks Daya Saing Digital, DKI Jakarta memimpin dengan skor 79,7 atau memiliki daya saing digital terbaik. Jawa Barat di urutan kedua dengan skor 55,0, dan seterusnya belum cukup kompetitif.
"Semua provinsi di Jawa menempati posisi 10 besar. Sementara, provinsi dengan peringkat rendah tersebar merata di luar Jawa. Sulawesi Selatan misalnya, indeks daya saing digital Sulsel berdasarkan data East Ventures berada di peringkat ke-9 dari 34 provinsi di Indonesia, dengan skor 36,2, berada di bawah Kalimantan Timur dengan skor 37,9," papar Irene.
(sri)