Kondisi Keuangan Berdarah-Darah, Dirut AP I: Ada Potensi Memburuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I selaku BUMN yang mengelola sejumlah bandara tengah dihantui oleh kemungkinan memburuknya kondisi keuangan mengingat utang yang besar ditambah pandemi yang tak kunjung usai.
Hal itu diakui oleh Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi. Menurut dia, keuangan AP I akan semakin memburuk bila tidak dilakukan upaya penyehatan dan restrukturisasi utang perusahaan sebesar Rp28 triliun. Utang tersebut berasal dari kreditur dan investor perusahaan.
Meski kontraksi keuangan perseroan bukan disebabkan oleh masalah yang bersifat struktural, Faik mengakui cash flow dan utang saat ini menjadi ancaman serius.
"Apa yang kita alami ini penyebabnya bukan masalah yang bersifat struktural. Jadi, isunya bukan utang yang besar, tapi dengan utang yang besar tersebut kondisi Angkasa Pura I belum beranjak pulih akibat dampak pandemi Covid-19. Dan potensi untuk meningkat lebih buruk lagi bila tidak dilakukan upaya penyehatan dan restrukturisasi," ujar Faik dalam konferensi pers, Rabu (8/12/2021).
Faik mengakui perseroan mengalami tekanan kinerja operasional dan keuangan sepanjang pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini. Namun, manajemen tengah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial yang diharapkan rampung pada Januari 2022 mendatang sehingga perusahaan dapat bangkit dalam beberapa waktu ke depan.
Adapun langkah pemulihan yang dilakukan adalah upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).
"Sebenarnya kondisi Angkasa Pura I itu tak seburuk seperti dari diberitakan media selama ini. Memang, kita ada hutang kepada kreditur dan investor, itu sampai november 2021 itu sebesar Rp28 triliun. Jadi bukan Rp35 triliun, tapi Rp28 triliun," tandasnya.
Sebagai informasi, Angkasa Pura I saat ini mengelola sekitar 15 bandara di Indonesia, diantaranya Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, Bandara Juanda di Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, Bandara Internasional Lombok, dan Bandara Internasional Yogyakarta.
Lihat Juga: Cegah Eksekutif BUMN Dikriminalisasi, Pakar Hukum UI Minta Business Judgment Rule Diperkuat
Hal itu diakui oleh Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi. Menurut dia, keuangan AP I akan semakin memburuk bila tidak dilakukan upaya penyehatan dan restrukturisasi utang perusahaan sebesar Rp28 triliun. Utang tersebut berasal dari kreditur dan investor perusahaan.
Meski kontraksi keuangan perseroan bukan disebabkan oleh masalah yang bersifat struktural, Faik mengakui cash flow dan utang saat ini menjadi ancaman serius.
"Apa yang kita alami ini penyebabnya bukan masalah yang bersifat struktural. Jadi, isunya bukan utang yang besar, tapi dengan utang yang besar tersebut kondisi Angkasa Pura I belum beranjak pulih akibat dampak pandemi Covid-19. Dan potensi untuk meningkat lebih buruk lagi bila tidak dilakukan upaya penyehatan dan restrukturisasi," ujar Faik dalam konferensi pers, Rabu (8/12/2021).
Faik mengakui perseroan mengalami tekanan kinerja operasional dan keuangan sepanjang pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini. Namun, manajemen tengah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial yang diharapkan rampung pada Januari 2022 mendatang sehingga perusahaan dapat bangkit dalam beberapa waktu ke depan.
Adapun langkah pemulihan yang dilakukan adalah upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).
"Sebenarnya kondisi Angkasa Pura I itu tak seburuk seperti dari diberitakan media selama ini. Memang, kita ada hutang kepada kreditur dan investor, itu sampai november 2021 itu sebesar Rp28 triliun. Jadi bukan Rp35 triliun, tapi Rp28 triliun," tandasnya.
Sebagai informasi, Angkasa Pura I saat ini mengelola sekitar 15 bandara di Indonesia, diantaranya Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, Bandara Juanda di Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, Bandara Internasional Lombok, dan Bandara Internasional Yogyakarta.
Lihat Juga: Cegah Eksekutif BUMN Dikriminalisasi, Pakar Hukum UI Minta Business Judgment Rule Diperkuat
(ind)