Bio Farma Target Produksi Vaksin BUMN 100 Juta Dosis di 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) menyatakan jumlah vaksin BUMN yang diproduksi pada 2022 mencapai 100 juta dosis. Jumlah itu lebih banyak dari perkiraan Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya, yakni 77 juta dosis.
Baca juga:
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, untuk keperluan produksi vaksin BUMN, perseroan sudah mempersiapkan tiga fasilitas produksi yang berada di Bandung.
"Pada tahun 2022, kami akan mempersiapkan sebanyak 100 juta dosis," ujar Honesti, Selasa (28/12/2021).
Menurutnya, jumlah tersebut akan meningkat pada 2023 sebanyak 120 juta dosis dan pada tahun 2024 menjadi 200 juta dosis. Meksi begitu, jumlah tersebut belum termasuk vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 -11 tahun yang baru saja dicanangkan pemerintah.
Honesti menjelaskan, saat kondisi normal, satu jenis vaksin bisa dikembangkan dalam waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 10 tahun. Namun, dalam kondisi darurat penelitian vaksin Covid-19 bisa diakselerasi dengan tetap memperhatikan standar keamanan, khasiat, atau efikasi, dan mutu yang dikeluarkan oleh BPOM.
Honesti menambahkan, baik vaksin BUMN untuk primer maupun untuk dosis booster, apabila data hasil uji klinik mendukung, diharapkan akan mendapatkan Izin penggunaan darurat (EUA) pada Juli 2022.
Penelitian vaksin Covid-19 yang merupakan hasil kolaborasi global Bio Farma bersama Baylor College of Medicine, USA, yang sudah terdaftar di tahap pengembangan kandidat vaksin WHO Covid-19 sejak Juni 2021 yang lalu.
Vaksin BUMN ini merupakan buatan Indonesia dan akan menggunakan metode Subunit Protein Rekombinan (protein Receptor Binding Domain /RDB). Pembuatan vaksin BUMN bertujuan untuk mendukung kemandirian Indonesia dalam memproduksi vaksin Covid-19, mengingat Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 dalam jumlah yang cukup besar, setidaknya untuk 208 juta penduduk yang harus divaksin.
Jumlah ini belum termasuk vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 - 11 tahun. Vaksin BUMN akan diskenariokan menjadi vaksin dengan adjuvan alum untuk indikasi booster (dosis ketiga), atau sebagai vaksin primer (untuk pemberian dosis pertama dan kedua) pada formula dengan novel adjuvan (alum + CpG).
Namun sebelum diberikan kepada masyarakat, keduanya tetap harus menjalankan serangkaian uji, yaitu uji praklinik dan uji klinis fase 1, 2 dan 3 sebagai vaksin primer.
Baca juga:
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, untuk keperluan produksi vaksin BUMN, perseroan sudah mempersiapkan tiga fasilitas produksi yang berada di Bandung.
"Pada tahun 2022, kami akan mempersiapkan sebanyak 100 juta dosis," ujar Honesti, Selasa (28/12/2021).
Menurutnya, jumlah tersebut akan meningkat pada 2023 sebanyak 120 juta dosis dan pada tahun 2024 menjadi 200 juta dosis. Meksi begitu, jumlah tersebut belum termasuk vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 -11 tahun yang baru saja dicanangkan pemerintah.
Honesti menjelaskan, saat kondisi normal, satu jenis vaksin bisa dikembangkan dalam waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 10 tahun. Namun, dalam kondisi darurat penelitian vaksin Covid-19 bisa diakselerasi dengan tetap memperhatikan standar keamanan, khasiat, atau efikasi, dan mutu yang dikeluarkan oleh BPOM.
Honesti menambahkan, baik vaksin BUMN untuk primer maupun untuk dosis booster, apabila data hasil uji klinik mendukung, diharapkan akan mendapatkan Izin penggunaan darurat (EUA) pada Juli 2022.
Penelitian vaksin Covid-19 yang merupakan hasil kolaborasi global Bio Farma bersama Baylor College of Medicine, USA, yang sudah terdaftar di tahap pengembangan kandidat vaksin WHO Covid-19 sejak Juni 2021 yang lalu.
Vaksin BUMN ini merupakan buatan Indonesia dan akan menggunakan metode Subunit Protein Rekombinan (protein Receptor Binding Domain /RDB). Pembuatan vaksin BUMN bertujuan untuk mendukung kemandirian Indonesia dalam memproduksi vaksin Covid-19, mengingat Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 dalam jumlah yang cukup besar, setidaknya untuk 208 juta penduduk yang harus divaksin.
Jumlah ini belum termasuk vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 - 11 tahun. Vaksin BUMN akan diskenariokan menjadi vaksin dengan adjuvan alum untuk indikasi booster (dosis ketiga), atau sebagai vaksin primer (untuk pemberian dosis pertama dan kedua) pada formula dengan novel adjuvan (alum + CpG).
Baca Juga
Namun sebelum diberikan kepada masyarakat, keduanya tetap harus menjalankan serangkaian uji, yaitu uji praklinik dan uji klinis fase 1, 2 dan 3 sebagai vaksin primer.
(uka)