Harga Minyak Anjlok, Kontraktor Migas Pangkas Belanja Modal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rendahnya harga minyak dunia membuat industri hulu minyak dan gas bumi (migas) harus mencari cara supaya bisnisnya tidak terpuruk karena biaya operasional tidak sesuai dengan keekonomian proyek. Berbagai upaya dilakukan diantaranya melakukan efisiensi hingga memangkas belanja modal (capital expenditure/capex).
“Seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memang telah sepakat untuk memangkas capex. Tentu spending cuts akan berpengaruh aktivitas pengeboran sehingga mempengaruhi produksi,” ujar Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Julius Wiratno saat webminar bertajuk “Protokol Covid-19 di Industri Hulu Migas” di Jakarta, Rabu (11/6/2020).
Menurut Julius, pemangkasan capex para kontraktor di industri hulu migas rata-rata mencapai 25% dari rencana tahun ini. Pihaknya menyebut total capex yang dianggarkan pada 2020 ini mencapai USD253 miliar namun turun menjadi USD179 miliar.
”Itu memang disebabkan karena pandemi Covid-19 dan penurunan harga minyak dunia hingga April lalu rata-rata mencapai USD20 per barel,” kata dia. (Baca Juga : Imbas Corona, SKK Migas Lakukan Penyesuaian Target Lifting Migas )
Dia mengatakan bahwa anjloknya harga minyak dunia dipicu oleh sejumlah hal. Pertama, wabah Covid-19 yang terus menyebar di dunia sehingga terjadi penurunan permintaan.
Selain itu, over supply akibat tidak adanya kesepakatan negara-negara OPEC dengan Rusia untuk mengurangi tingkat produksi di tengah menurunnya permintaan minyak global. Ditambah lagi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut memukul bisnis hulu migas.
“Target sampai akhir tahun kalau kita lihat memang cukup memprihatinkan walaupun siklus naik turun harga cukup dinamis. Kita harapkan akibat new normal harga minyak mentah semakin naik,” kata dia.
Melihat kondisi saat ini, kata dia, SKK Migas akhirnya menurunkan target produksi siap jual (lifting) migas. Target lifting minyak yang awalnya di Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2020 ditargetkan sebesar 755 ribu barel oil per day (bopd) dikoreksi menjadi 705 ribu bopd.
Sedangkan untuk lifting gas turun dari 6,670 mmscfd turun menjadi 5,536 mmscfd. “Itu disebabkan karena permintaan gas dari pembeli berkurang. Bahkan buyer esksisting minta renegosiasi kontrak,” kata dia.
“Seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memang telah sepakat untuk memangkas capex. Tentu spending cuts akan berpengaruh aktivitas pengeboran sehingga mempengaruhi produksi,” ujar Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Julius Wiratno saat webminar bertajuk “Protokol Covid-19 di Industri Hulu Migas” di Jakarta, Rabu (11/6/2020).
Menurut Julius, pemangkasan capex para kontraktor di industri hulu migas rata-rata mencapai 25% dari rencana tahun ini. Pihaknya menyebut total capex yang dianggarkan pada 2020 ini mencapai USD253 miliar namun turun menjadi USD179 miliar.
”Itu memang disebabkan karena pandemi Covid-19 dan penurunan harga minyak dunia hingga April lalu rata-rata mencapai USD20 per barel,” kata dia. (Baca Juga : Imbas Corona, SKK Migas Lakukan Penyesuaian Target Lifting Migas )
Dia mengatakan bahwa anjloknya harga minyak dunia dipicu oleh sejumlah hal. Pertama, wabah Covid-19 yang terus menyebar di dunia sehingga terjadi penurunan permintaan.
Selain itu, over supply akibat tidak adanya kesepakatan negara-negara OPEC dengan Rusia untuk mengurangi tingkat produksi di tengah menurunnya permintaan minyak global. Ditambah lagi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut memukul bisnis hulu migas.
“Target sampai akhir tahun kalau kita lihat memang cukup memprihatinkan walaupun siklus naik turun harga cukup dinamis. Kita harapkan akibat new normal harga minyak mentah semakin naik,” kata dia.
Melihat kondisi saat ini, kata dia, SKK Migas akhirnya menurunkan target produksi siap jual (lifting) migas. Target lifting minyak yang awalnya di Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2020 ditargetkan sebesar 755 ribu barel oil per day (bopd) dikoreksi menjadi 705 ribu bopd.
Sedangkan untuk lifting gas turun dari 6,670 mmscfd turun menjadi 5,536 mmscfd. “Itu disebabkan karena permintaan gas dari pembeli berkurang. Bahkan buyer esksisting minta renegosiasi kontrak,” kata dia.
(ind)