Kinerja Positif Antam Bisa Menjadi Pendongkrak Saham
loading...
A
A
A
Pemerhati pasar modal yang juga Ketua Harian Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat, Acuviarta Kartabi mengapresiasi, kinerja ANTAM.
Menurutnya, meskipun terjadi penurunan harga saham emiten belakangan ini, namun hal itu lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi pandemi Covid-19 varian Omicron yang besar pengaruhnya terhadap pasar global.
Sementara dari aspek internal, termasuk kinerja perusahaan, masih dianggap positif sehingga menjadi faktor penunjang saham ANTAM bisa secepatnya rebound. “Secara kinerja masih sangat bagus. Sangat positif. Sahamnya masih sangat prospektif,” jelasnya saat dihubungi.
Menurut Acuviarta, sebelum ditemukannya varian omicron, sebenarnya harga komoditi tambang sedang booming sehingga mendongkrak harga saham emiten pertambangan. Situasi berubah setelah munculnya varian omicron sehingga memicu sentimen pasar global yang tidak menguntungkan.
Kondisi tersebut memang tidak bisa terelakkan. Sebab, permintaan pasar global yang selama ini jadi tujuan ekspor terpengaruh oleh faktor varian omicron ini.
Hanya saja Acuviarta tetap optimistis saham ANTAM bisa secepatnya rebound. Sejumlah faktor disebut Acuviarta bisa menjadi pemicu rebound-nya harga saham ANTAM ini. Apalagi pada Kamis, 19 Januari 2022, saham ANTAM sudah naik 245 poin atau sekitar 12 persen.
“Rebound-nya saham (ANTAM) di-drive berbagai faktor. Salah satu-nya adalah kebijakan hilirisasi yang komoditas tambang yang sudah on the track,” tukas Acuviarta.
Kebijakan hilirisasi ini yang diterapkan pemerintah, akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan tambang yang telah menerapkannya. Dengan kebijakan ini, produk olahan tambang tidak hanya dapat diserap oleh pasar ekspor, tetapi juga bisa dipakai memasok kebutuhan di dalam negeri yang terus meningkat.
Bagi sejumlah negara yang selama ini jadi pasar ekspor, produk tambang Indonesia tetap menjadi prioritas. Terutama sekali negara-negara yang tidak memiliki sumber daya tambang yang mumpuni sehingga harus mengimpor dari Indonesia.
“Kekayaan hasil tambang Indonesia cukup melimpah. Dengan upaya hilirisasi dan pemenuhan green industry yang jadi tuntutan global, saya rasa saham perusahaan tambang seperti ANTAM tetap memiliki prospek sangat bagus. Kalau-lah saat ini, melemah itu hanya semacam siklus saja. Sahamnya akan cepat rebound,” tegas Acuviarta.
Menurutnya, meskipun terjadi penurunan harga saham emiten belakangan ini, namun hal itu lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi pandemi Covid-19 varian Omicron yang besar pengaruhnya terhadap pasar global.
Sementara dari aspek internal, termasuk kinerja perusahaan, masih dianggap positif sehingga menjadi faktor penunjang saham ANTAM bisa secepatnya rebound. “Secara kinerja masih sangat bagus. Sangat positif. Sahamnya masih sangat prospektif,” jelasnya saat dihubungi.
Menurut Acuviarta, sebelum ditemukannya varian omicron, sebenarnya harga komoditi tambang sedang booming sehingga mendongkrak harga saham emiten pertambangan. Situasi berubah setelah munculnya varian omicron sehingga memicu sentimen pasar global yang tidak menguntungkan.
Kondisi tersebut memang tidak bisa terelakkan. Sebab, permintaan pasar global yang selama ini jadi tujuan ekspor terpengaruh oleh faktor varian omicron ini.
Hanya saja Acuviarta tetap optimistis saham ANTAM bisa secepatnya rebound. Sejumlah faktor disebut Acuviarta bisa menjadi pemicu rebound-nya harga saham ANTAM ini. Apalagi pada Kamis, 19 Januari 2022, saham ANTAM sudah naik 245 poin atau sekitar 12 persen.
“Rebound-nya saham (ANTAM) di-drive berbagai faktor. Salah satu-nya adalah kebijakan hilirisasi yang komoditas tambang yang sudah on the track,” tukas Acuviarta.
Kebijakan hilirisasi ini yang diterapkan pemerintah, akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan tambang yang telah menerapkannya. Dengan kebijakan ini, produk olahan tambang tidak hanya dapat diserap oleh pasar ekspor, tetapi juga bisa dipakai memasok kebutuhan di dalam negeri yang terus meningkat.
Bagi sejumlah negara yang selama ini jadi pasar ekspor, produk tambang Indonesia tetap menjadi prioritas. Terutama sekali negara-negara yang tidak memiliki sumber daya tambang yang mumpuni sehingga harus mengimpor dari Indonesia.
“Kekayaan hasil tambang Indonesia cukup melimpah. Dengan upaya hilirisasi dan pemenuhan green industry yang jadi tuntutan global, saya rasa saham perusahaan tambang seperti ANTAM tetap memiliki prospek sangat bagus. Kalau-lah saat ini, melemah itu hanya semacam siklus saja. Sahamnya akan cepat rebound,” tegas Acuviarta.