Manufaktur Jepang di China terancam

Rabu, 19 September 2012 - 09:57 WIB
Manufaktur Jepang di China terancam
Manufaktur Jepang di China terancam
A A A
Sindonews.com – Aktivitas manufaktur perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di China terancam lumpuh akibat meningkatnya ketegangan hubungan antara kedua negara terkait sengketa kepemilikan pulau.

Sejumlah perusahaan Jepang dilaporkan menutup pabriknya di China. Kondisi ini mengancam keamanan dan hubungan ekonomi antara dua negara yang setiap tahunnya mencapai USD300 miliar. Penutupan aktivitas pabrik tersebut merupakan imbas dari adanya protes anti-Jepang atas pembelian pulau di wilayah Laut China Timur pekan lalu.

Di antara perusahaan Jepang yang menghentikan operasional sementara adalah raksasa elektronik Sony dan Panasonic. Sedangkan,di sektor automotif tiga produsen mobil yakni Toyota Motor Corp, Honda Motor Co, dan Nissan Motor Co Ltd, dilaporkan telah menghentikan produksi pabrik-pabrik mereka di China. Di bursa Tokyo, sahamsaham perusahaan Jepang pun berguguran.Saham Nissan Motors anjlok 5 persen, Honda melemah 2,5 persen, dan perusahaan ritel Uniqlo kehilangan 7 persen.

Nissan yang mengandalkan China sebagai pasar tunggal terbesar menyatakan,satu atau dua pabriknya akan ditutup sementara mulai kemarin dan hari ini (Selasa–Rabu,18–19/9). “Tidak ada fasilitas yang mengalami masalah atau kerusakan langsung, namun keselamatan karyawan kami merupakan prioritas tertinggi,” ujar juru bicara Nissan Christopher Keefe dalam pernyataan resmi dikutip AFPkemarin. Senin (17/9) lalu produsen kamera Canon Inc menegaskan telah menghentikan operasionalnya di tiga pabrik di Selatan dan Timur China guna menjamin keselamatan semua tenaga kerjanya.

Pada saat yang sama, produsen mobil Jepang lainnya, Honda Motor, menyatakan telah menutup lima pabriknya untuk sementara. Sedangkan,Toyota dikabarkan telah mengurangi produksi. Dilaporkan AFP, produsen televisi dan kamera Sony juga telah menutup dua dari tujuh pabriknya di China. Demikian juga dengan Panasonic yang mengumumkan penutupan pabriknya untuk beberapa hari ke depan. Ketegangan antara China dengan Jepang juga mendapat respons dari Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Leon Panetta.

Menurutnya, masalah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran internasional dan konflik. Dia pun menyerukan agar kedua belah pihak tetap tenang. Sementara, delegasi bisnis yang dipimpin oleh Chairman Toyota memaparkan,pihaknya akan memangkas perjalanan rutin tahunan untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat China, termasuk pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) China Wen Jiabao. “Perubahan tersebut dipicu oleh peringatan dari pejabat China bahwa mereka tidak bisa menjamin keselamatan para delegasi bisnis Jepang,”imbuh kelompok tersebut.

Analis ekuitas CLSA Nicholas Smith mengutarakan, semua pihak berkepentingan menurunkan ketegangan antara kedua negara terutama mengingat adanya investasi besar yang dilakukan Jepang serta ekspor ke China. Menurutnya, China dan Jepang memiliki hubungan bisnis sangat dekat yang salah satunya dilihat dari banyaknya perusahaan Tokyo yang berinvestasi di Beijing. “Perdagangan dua arah antara Jepang dan China juga besar,mencapai USD342 miliar pada tahun lalu,”kata Smith.

Juru bicara Pemerintah Jepang Osamu Fujimura mengatakan, Tokyo terus menekan China melalui saluran diplomatik guna menjamin keselamatan warga Jepang dan bisnis negara tersebut di China. “Perusahaan Jepang memiliki peran penting dalam perekonomian dan lapangan pekerjaan Negeri Panda,” pungkas dia. (mai)
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7947 seconds (0.1#10.140)