Krisis global, ekspor impor Jepang merosot

Jum'at, 21 September 2012 - 10:28 WIB
Krisis global, ekspor impor Jepang merosot
Krisis global, ekspor impor Jepang merosot
A A A
Sindonews.com - Pemerintah Jepang menyatakan, sektor ekspor impor Jepang pada Agustus lalu kembali melemah akibat perlambatan ekonomi global terutama Uni Eropa dan China.

Data terkini yang dirilis Pemerintah Jepang menyatakan, ekspor Negeri Sakura turun 5,8 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Impor Jepang juga mengalami penurunan 5,4 persen dibanding 2011, yang menunjukkan lemahnya permintaan domestik.

Data-data tersebut muncul di tengah kekhawatiran bahwa hubungan perdagangan Jepang dengan China sebagai mitra dagang terbesar, kemungkinan terganggu pembelian pulau yang menjadi sengketa kedua negara.

AFP melaporkan, turunnya ekspor Jepang mendorong defisit perdagangan menjadi 754,1 miliar yen (USD9,6 miliar) pada Agustus lalu. Namun, angka tersebut lebih kecil dibanding defisit tahun sebelumnya sebesar 777,5 miliar yen.

Analis Senior Fujitsu Research Institute Martin Schulz mengatakan, ekspor Jepang masih akan memburuk karena pemulihan di Amerika Serikat (AS) masih melemah. Selain itu, penyelesaian krisis utang zona euro belum ada tanda-tanda bisa diselesaikan dengan cepat.

“Masalah lain sengketa kepulauan dengan China dapat terus memiliki dampak negatif terhadap ekspor Jepang dalam waktu dekat,” ujarnya seperti dikutip BBC kemarin.

Sekadar diketahui,pertumbuhan ekonomi Jepang sangat bergantung pada ekspor.Melambatnya permintaan dari pasar-pasar utamanya dalam beberapa bulan terakhir telah mengganggu pertumbuhan ekonomi Jepang. Pengiriman barang dari Jepang ke Uni Eropa selama 11 bulan berturutturut mengalami penurunan.

Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua dunia yakni China juga melambat, sehingga secara otomatis berdampak kepada ekspor Jepang.Padahal,dalam beberapa tahun terakhir Beijing merupakan pendorong utama pertumbuhan Tokyo.

Analis Economist Corporate Network Tokyo Dan Slater mengungkapkan, selama 11 bulan terakhir, 10 bulan di antaranya ekspor dari Jepang ke China mengalami penurunan. ”Jepang sangat rentan terhadap perlambatan ekonomi di China yang saat ini semakin serius,” imbuhnya.

Dia menambahkan,perlambatan pertumbuhan ekspor juga berpengaruh kepada tertahannya ekspansi dan rencana investasi dari beberapa perusahaan yang berdampak lebih besar kepada pertumbuhan ekonomi Jepang.

Sebelumnya, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada Rabu (19/9) lalu mengumumkan stimulus baru berupa pembelian obligasi senilai 10 triliun yen (USD128 miliar) untuk meningkatkan perekonomian.

Langkah tersebut mengikuti program pelonggaran moneter yang sebelumnya dilakukan otoritas bank sentral di Eropa dan Amerika Serikat (AS).Dalam skema itu, BoJ mengalokasikan dana 5 triliun untuk membeli surat utang jangka panjang hingga akhir 2013.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5067 seconds (0.1#10.140)