Level PPKM Dievaluasi, Sebahaya Apa Omicron?

Minggu, 06 Februari 2022 - 22:00 WIB
loading...
Level PPKM Dievaluasi, Sebahaya Apa Omicron?
Pemerintah melakukan evaluasi terkait penyebaran Omicron yang begitu cepat. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga merupakan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dan Koordinator PPKM untuk wilayah luar Jawa-Bali, Airlangga Hartarto merespons cepat arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengevaluasi level PPKM di semua Kabupaten/Kota untuk wilayah di Luar Jawa Bali.

"Dengan lonjakan kasus aktif Covid-19 di Tanah Air karena varian Omicron beberapa hari terakhir, pemerintah langsung berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan fasilitas kesehatan, dari jumlah rumah sakit, ketersediaan Obat-obatan, tabung oksigen, kebutuhan dan ketersediaan fasilitas isolasi terpusat jika dibutuhkan, dan juga kesiapan tenaga kesehatan di daerah," kata Airlangga dikutip melalui pernyataan resmi, Minggu (6/2/2022).



Ia menambahkan, persiapan-persiapan tersebut sebagai langkah antisipasi kenaikan kasus Covid-19 di luar Jawa Bali. Khusus untuk wilayah luar Jawa Bali, penambahan kasus konfirmasi harian per 3 Februari 2022 sebanyak 1.736 atau 6,4% dari total kasus harian nasional yang sebanyak 27.197 kasus.

Dari jumlah kasus harian tersebut sebanyak 1.727 kasus karena transmisi lokal sedangkan imported cases sebanyak 9 kasus, yang berarti 99,5% kasus di Luar Jawa Bali karena transmisi lokal. Saat ini, jumlah kasus aktif untuk wilayah di Luar Jawa Bali sebanyak 6.801 kasus atau 5,9% dari total kasus aktif nasional yang mencapai 115.275 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus atau 10,5% dari total kematian nasional yang sebanyak 38 kasus kematian.

Terpisah, Epidemiolog UI Pandu Riono mengatakan, situasi saat ini tidak bisa disamakan dengan gelombang varian Delta 2021 lalu. Lonjakan kasus akhir Januari 2022 hingga saat ini perlu disikapi secara lebih bijak dengan pemahaman yang lebih baik oleh masyarakat, terutama terkait karakteristik varian Omicron itu sendiri. "Perlu diketahui, memang varian Omicron ini penyebarannya cepat, tapi kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah," kata dia.

Menurut dia lonjakan kasus dipengaruhi karakteristik varian virus. Sebagian besar penduduk Indonesia hingga Kamis (3/2) telah mendapatkan vaksinasi yang cukup merata. Catatan vaksinasi nasional, telah lebih dari 185 juta populasi penduduk Indonesia yang mendapat vaksinasi dosis pertama.

Sedangkan 129 juta lebih penduduk mendapatkan dosis kedua, serta lebih dari 4,7 juta penduduk sudah mendapat dosis ketiga. Vaksinasi masih memiliki peran yang besar bagi pencegahan kesakitan dan kematian akibat infeksi virus Covid-19 varian apa saja termasuk Omicron.

Berkaca dari negara-negara lain yang lebih dahulu melewati varian Omicron seperti Afrika Selatan, Inggris, dan India, tingkat keparahan dan tingkat kematian akibat infeksi varian Omicron ini jauh berbeda dengan varian Delta.



Pengalaman negara lain yang menurut Pandu Riono mirip dengan studi kasus di
Indonesia adalah di India. Ia berharap lonjakan kasus di Indonesia akan mengikuti pola
di India di mana turun dengan cepat dan tidak banyak berdampak pada pelayanan
rumah sakit maupun kematian. Pemerintah dalam menangani lonjakan kasus kali ini sudah lebih siap.

Pelayanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedisin) telah tersedia secara gratis
bagi pasien isolasi mandiri di rumah. Begitu juga dengan obat-obatan yang diperlukan
pasien Isoman juga sudah dipersiapkan dengan gratis. Selain vaksinasi, salah satu cara bersiap mengurangi dampak penularan Covid-19 varian Omicron adalah juga dengan kembali mengetatkan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan).

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1647 seconds (0.1#10.140)