Aturan BI perlambat penyaluran kredit

Rabu, 10 Oktober 2012 - 10:13 WIB
Aturan BI perlambat penyaluran kredit
Aturan BI perlambat penyaluran kredit
A A A
Sindonews.com – Penyaluran kredit perbankan hingga akhir semester II/2012 diprediksi akan melambat atau turun dibandingkan semester I/2012.

Kondisi ekonomi global yang masih mengalami krisis serta sejumlah aturan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) menjadi salah satu pemicu. Kepala Ekonom Divisi Manajemen Risiko Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Arifianto menjelaskan, dilihat dari pergerakan data potensi penurunan ini bisa dilihat dari pola penyaluran kredit secara bulanan atau month to month (mtm).

Dody mengamati, biasanya pertumbuhan kredit secara mtm dari bulan Januari hingga Juli mencapai sekitar 2,5-2,7 persen, namun pada Agustus hingga September terjadi penurunan, dimana pada September penyaluran kredit hanya mencapai 0,7 persen.

Menurut Dody, terjadinya penurunan kredit di semester dua ini memang wajar terjadi terlebih BI juga telah memberikan sinyal melalui instrumen moneternya, dimana BI mulai memperketat Fasilitas Simpanan BI Dalam Rupiah (FASBI) atau fasilitas yang diberikan BI kepada bank untuk menempatkan dananya di BI.

Kemudian, BI juga menaikkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 4 persen menjadi sekitar 4,67 persen, menerapkan kebijakan loan to value (LTV) serta melakukan moral suasion atau imbauan kepada perbankan.

“Jadi arahnya seperti itu (turun) dan kalau cyclical (historis) di semester dua justru kencang karena didorong oleh target. Tapi karena sudah ada moral suasion berapa bank sudah mengerem. Jadi, tahun ini saya perkirakan pertumbuhan kredit di kisaran 25 persen,” ujarnya saat dihubungi SINDO, kemarin.

Dody menilai, tingginya penyaluran kredit di enam bulan pertama 2012 bukan karena perbankan sudah memprediksikan pertumbuhan kredit di semester II akan melambat, sehingga terus menggenjot kredit di semester I. Tapi, memang lebih dikarenakan kebijakan moneter yang juga sudah mengetat.

Menurut Dody, banyak kalangan tidak berharap penyaluran kredit tiba-tiba direm secara mendadak karena sejumlah alasan yang telah dikemukakan. “ Pertumbuhan kredit di semester II ini bisa dibilang lebih melambatlah bukan mengetat. Diperkirakan hingga akhir tahun masih bisa tumbuh 0,5-1,5 persen, jadi overall 24-25 persen itu tetap tinggi,” tuturnya.

Sebagai catatan, hingga akhir Juni 2012 intermediasi perbankan mencapai 25,8 persen (yoy). Dari pertumbuhan tersebut, kredit investasi tumbuh cukup tinggi sebesar 29,1 persen (yoy), sementara kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing- masing tumbuh sebesar 28,2 persen (yoy) dan 19,6 persen (yoy).

Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi sepanjang 2012 ini,kata Dody,juga tetap akan terjadi hingga akhir tahun. Sementara, pengetatan cenderung mengarah kepada kredit konsumsi yang dinilai sangat rentan memicu inflasi.

Rasio kredit bermasalah juga dinilai masih dalam kondisi yang baik.“NPL masih wajar, dikisaran 2,3 persen, tapi angka ini tetap perlu di waspadai,” ujarnya.

Dody memprediksi, tahun depan penyaluran kredit masih tetap tumbuh double digit atau dikisaran 23 persen. Pertumbuhan kredit masih akan tetap menjadi salah satu pemacu ekonomi domestik, terlebih kondisi global masih menyulitkan Indonesia untuk memacu ekspornya.

“Global masih rendah dan ekspor tidak bisa berkontribusi banyak, lebih lemah malah. Jadi kalau ekspor tidak growth, ekonomi dimotori apa? Ya, salah satunya investasi dan konsumsi. Konsumsi itu masih memberikan kontribusi sekitar 50 persen terhadap perekonomian kita, sedangkan investasi sekitar 20-30 persen,” tuturnya.

Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo menilai secara keseluruhan di wilayah Asia, penyaluran kredit itu mengalami perlambatan yang dimotori oleh perekonomian China dan India yang juga melambat. Hal ini tentunya juga berdampak ke Indonesia.

Oleh karena dampak perlambatan ini, banyak pula pelaku ekonomi yang memanfaatkan pendanaannya melalui obligasi dalam memperoleh pendanaan. “Orang lebih ke obligasi, ini jadi salah satu opsi,” tuturnya.

Menurut Gatot, hingga Agustus 2012, perseroan telah melakukan penyaluran kredit mencapai sekitar Rp190 triliun. Pada semester I/2012 sebesar Rp179,44 triliun atau tumbuh 17,4 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp152,89 triliun.

Meski tidak bersedia menjabarkan secara detail tapi Gatot menilai meski kondisi sedang menurun tapi pertumbuhan dapat tumbuh di atas semester I. “Di atas, pasti,” ujarnya singkat.

Adapun, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury menyatakan bahwa terjadi perlambatan penyaluran kredit pada kuartal III/2012. Sebelumnya bank BUMN ini memang memprediksi pertumbuhan kredit semester II 2012 tidak setinggi enam bulan pertama.

Pada kuartal III perseroan mencatat penyaluran sekitar 23 persen dan konsolidasi sekitar 24 persen atau lebih rendah dibandingkan kuartal pertama yang tumbuh 29 persen dan kuartal II sebesar 26 persen. “Salah satu faktornya adalah krisis ekonomi dunia yang berpengaruh pada penurunan ekspor,” katanya belum lama ini.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0729 seconds (0.1#10.140)