Pelaku Usaha Kian Adaptif Hadapi Krisis, Kredit Mikro BRI Tumbuh Double Digit
loading...
A
A
A
Secara konsolidasian, jumlah nasabah kredit mikro di BRI Group pada tahun lalu telah menyentuh 31,1 juta. Lebih rinci, BRI mendapat tambahan 6,6 juta nasabah dari Pegadaian dan 11,2 juta nasabah dari PNM.
“Untuk jumlah nasabah yang bank saja ada kenaikan yang tinggi, double digit juga. Ini menunjukan pelaku usaha sudah semakin percaya diri untuk menambah modal dan memutar usahanya. Kami berharap optimisme tersebut terjaga dan terus meningkat tahun ini,” tutur Supari.
Langkah BRI dalam proses pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro ini pun dinilai menjadi salah satu momentum bersejarah bagi perseroan. Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Rizkia Darmawan dalam risetnya membeberkan keberhasilan aksi korporasi rights issue senilai Rp96 triliun itu menjadi bukti investor masih memupuk kepercayaan yang tinggi atas pertumbuhan bisnis BRI.
Dalam riset yang sama, Hariyanto dan Rizkia menyebut aksi korporasi itu juga ditopang oleh persiapan yang matang dari perseroan. Walhasil, BRI sukses menjadi emiten dengan nilai rights issue terbesar di Asia Tenggara, peringkat ke-3 di Asia, dan peringkat ke-7 di dunia.
“Kami percaya kolaborasi dan konsolidasi bisnis mempercepat pertumbuhan. Kemajuan positif BBRI pun akan berlanjut di tahun ini,” tulis para analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam hasil risetnya.
Langkah BRI dalam menerapkan strategi “Bisnis yang Mengikuti Stimulus” pun dinilai analis sudah tepat. Pasalnya, pertumbuhan kredit mikro BRI ditopang pula oleh stimulus pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Sejak hadir pada 2009, BRI selalu menjadi bank penyalur KUR terbesar karena dinilai punya jangkauan luas dan fokus pada sektor UMKM. Pada tahun 2022, BRI mendapatkan alokasi KUR sebesar Rp260 triliun atau setara 70% dari total dana KUR sebesar Rp373,17 triliun.
“Dan pertumbuhan kredit mikro BRI akan kembali meningkat tahun ini karena kuota KUR yang diperoleh lebih tinggi menjadi Rp260 triliun pada 2022, atau naik 33,4% secara year on year”, ujar para analis tersebut dalam risetnya.
“Untuk jumlah nasabah yang bank saja ada kenaikan yang tinggi, double digit juga. Ini menunjukan pelaku usaha sudah semakin percaya diri untuk menambah modal dan memutar usahanya. Kami berharap optimisme tersebut terjaga dan terus meningkat tahun ini,” tutur Supari.
Langkah BRI dalam proses pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro ini pun dinilai menjadi salah satu momentum bersejarah bagi perseroan. Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Rizkia Darmawan dalam risetnya membeberkan keberhasilan aksi korporasi rights issue senilai Rp96 triliun itu menjadi bukti investor masih memupuk kepercayaan yang tinggi atas pertumbuhan bisnis BRI.
Dalam riset yang sama, Hariyanto dan Rizkia menyebut aksi korporasi itu juga ditopang oleh persiapan yang matang dari perseroan. Walhasil, BRI sukses menjadi emiten dengan nilai rights issue terbesar di Asia Tenggara, peringkat ke-3 di Asia, dan peringkat ke-7 di dunia.
“Kami percaya kolaborasi dan konsolidasi bisnis mempercepat pertumbuhan. Kemajuan positif BBRI pun akan berlanjut di tahun ini,” tulis para analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam hasil risetnya.
Langkah BRI dalam menerapkan strategi “Bisnis yang Mengikuti Stimulus” pun dinilai analis sudah tepat. Pasalnya, pertumbuhan kredit mikro BRI ditopang pula oleh stimulus pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Sejak hadir pada 2009, BRI selalu menjadi bank penyalur KUR terbesar karena dinilai punya jangkauan luas dan fokus pada sektor UMKM. Pada tahun 2022, BRI mendapatkan alokasi KUR sebesar Rp260 triliun atau setara 70% dari total dana KUR sebesar Rp373,17 triliun.
“Dan pertumbuhan kredit mikro BRI akan kembali meningkat tahun ini karena kuota KUR yang diperoleh lebih tinggi menjadi Rp260 triliun pada 2022, atau naik 33,4% secara year on year”, ujar para analis tersebut dalam risetnya.
(atk)