Bertemu Sri Mulyani, Penenun Kain yang Dilirik Christian Dior Ini Wujudkan Mimpinya

Kamis, 17 Februari 2022 - 21:00 WIB
loading...
Bertemu Sri Mulyani,...
Sri Mulyani saat mencoba mesin tenun seorang perempuan desa yang hebat. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Nur Halimah, tak pernah bermimpi akan berada di perhelatan dunia Presidensi G-20 . Perempuan sederhana yang lahir dan besar di Desa Wedani Cerme, Gresik, Jawa Timur, ini adalah lulusan SMK .



Perempuan yang memulai menenun sejak lulus sekolah, dalam sepekan ini berada di area pameran G-20 di JCC, Jakarta. Ditemani alat tenun bukan mesin yang dibawa langsung dari desanya, dengan bangga ia menunjukkan cara menenun kain dengan corak berwarna di tengah delegasi yang berhenti sejenak memperhatikannya.

Perjuangan Nur Halimah bukanlah proses yang instan untuk kemudian mampu secara ahli menenun kain. Bersama para perempuan di desanya, ia bergabung menjadi Anggota Koperasi Wedani Giri. Selang beberapa tahun kemudian ia mampu menghasilkan kain yang dilirik oleh desainer sekelas Christian Dior.

Ia mengungkapkan rasa haru karena dapat berpartisipasi di perhelatan pemimpin ekonomi dunia dimana Indonesia menjadi tuan rumah Presidensi, yang digelar setiap 20 tahun sekali, dan pada tahun ini mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”.

“Awalnya saya hanya melakukan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak menyangka pada akhirnya kain-kain ini bisa berkualitas ekspor dan dibeli oleh orang-orang luar negeri. Belum lagi kami juga mendapatkan kesempatan pelatihan dalam program Desa Devisa LPEI yang meningkatkan kualitas produksi dan akses pasar kami,” ujar Nur Halimah, Kamis (17/2/2022).

Sebagai sosok perempuan yang tangguh, Nur Halimah juga mengagumi sosok perempuan tangguh lainnya, tak terkecuali Menteri Keuangan RI saat ini Sri Mulyani. Kekagumannya kepada sosok Menteri Keuangan juga dikarenakan beliau merupakan contoh seorang perempuan dengan segudang prestasi.

Bak mimpi menjadi kenyataan, Nur Halimah dipertemukan dengan Menteri Keuangan RI pada Presidensi G-20. Saat meninjau ke lokasi booth Rumah Joglo, Nur Halimah mendapat kesempatan menjelaskan cara kerja alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan memandu untuk mempraktikannya. “Saya bisa ketemu Menteri Keuangan yang selama ini hanya saya lihat di televisi, malah sekarang bisa berada langsung di samping beliau. Kita harus berusaha untuk mewujudkan mimpi,” kata Nur Halimah semringah.



Nur Halimah merupakan salah satu dari lebih 2500 petani dan penenun yang menerima manfaat dari program Desa Devisa LPEI. Program pendampingan yang dilaksanakan secara berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Desa Devisa Tenun Wedani Giri Nata juga ditargetkan mampu melakukan ekspor perdana pada tahun 2022 ini. Ke depan, Program Desa Devisa LPEI ditargetkan dapat direplikasi oleh berbagai wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia.

Program Desa Devisa yang digagas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai salah satu special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI dalam peningkatan ekspor nasional, pun mendorong pemulihan ekonomi dengan memperkuat fondasi pelaku UMKM binaannya. Di tengah pandemi global, LPEI terus membangun kapasitas UMKM berorientasi ekspor agar mampu bertahan dan menggarap pasar ekspor non tradisional.

“Kami merasa terhormat atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berpartisipasi dalam ajang bersejarah ini. Pada kesempatan ini, kami menampilkan produk dari mitra binaan kami, yang salah satunya merupakan hasil dari Program Desa Devisa berupa kerajinan dan aksesoris perak APIKRI yang berasal dari Bantul, Yogyakarta,” ujar Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso di Booth Rumah Joglo pada perhelatan G-20 di JCC, Senayan, Jakarta.

Desa Devisa merupakan program pendampingan berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Kerajinan APIKRI telah menjadi Desa Devisa sejak tahun 2020 dan mampu mengekspor produknya ke Belanda, Amerika dan Inggris.



Program Desa Devisa merupakan salah satu wujud inklusi keuangan yang diberikan LPEI sebagai perpanjangan tangan pemerintah kepada pelaku UMKM khususnya yang berorientasi ekspor di tengah pandemi Covid. Program Desa Devisa diharapkan dapat menjadi referensi bagi wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia dan dapat membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1458 seconds (0.1#10.140)