Bisnis alat rumah tangga beromzet ratusan juta

Minggu, 09 Desember 2012 - 14:09 WIB
Bisnis alat rumah tangga beromzet ratusan juta
Bisnis alat rumah tangga beromzet ratusan juta
A A A
Sindonews.com - Berawal dari niat mengambil hati calon mertua, Joko Ibrahim sukses meniti karier sebagai pengusaha alat-alat rumah tangga.

Awalnya, saat bermain ke rumah kekasihnya di Dusun Ngunut, Tulungagung, Joko melihat sebagian besar penduduk di sana adalah perajin alat-alat rumah tangga, termasuk calon mertuanya. “Satu kecamatan ternyata sentra industri alat-alat rumah tangga,” kenang pria berusia 32 tahun ini.

Ketika itu, Joko yang sedang menuntut ilmu di Universitas Paramadina, Jakarta, menawarkan diri untuk memasarkan produk kerajinan berupa hanger hasil karya calon mertua dan beberapa tetangganya.

Setelah tiga bulan memasarkan hanger buatan Desa Ngunut via internet, tak dinyana responsnya luar biasa, sampai-sampai ada tawaran dari eksportir yang datang. Eksportir tersebut menawarkan Joko untuk menjual produknya ke Korea. Saat itu ia dikirimi lima contoh hanger. Melihat peluang tersebut, Joko tergiur untuk membuka usaha pembuatan hanger sendiri.

Tanpa pikir panjang, Joko mantap merintis usaha dan meninggalkan pekerjaannya sebagai asisten pengacara yang ketika itu tengah digelutinya sambil kuliah.

Dengan modal berupa mesin pencetak hanger seharga Rp3 juta yang dibelikan oleh calon mertuanya, Joko memulai produksi. Namun, harapan Joko yang melambung tinggi karena tawaran ekspor tersebut ternyata belum membuahkan hasil nyata.

Sampel hanger produksi Joko akhirnya ditolak oleh eksportir dengan alasan kapasitas produksi yang belum cukup. “Saya sedih, tapi yang saya pikirkan ketika itu adalah saya harus bertanggung jawab karena saya malu kalau gagal,” ungkap Joko.

Karena terlanjur memproduksi dalam jumlah banyak, maka tidak ada pilihan lain bagi Joko kecuali memasarkan produknya ke pasar lokal. Dengan berbekal Yellow Pages, dan searching di internet, dia mulai membidik pasar potensialnya. Kemudian, Joko membuat surat penawaran, awalnya ke tujuh tempat laundry di Bali dan Makassar.

Ternyata usahanya tidak sia-sia, pesanan mulai berdatangan. Dengan semangat, Joko memperbesar produksi tapi ternyata pemasarannya tidak semulus bayangannya, usaha laundry tidak setiap saat membutuhkan hanger karena tergantung musim.

Setelah kurang lebih tujuh bulan menekuni usaha pembuatan hanger, akhirnya Joko mulai mengenali pasar dan mampu memetakan pelanggan hangernya. Bahkan, berkat kemahirannya memasarkan produk via internet akhirnya Joko bisa mengekspor produknya ke Kanada, PT Seven Continent, yang merupakan pemasok perangkat display ke Amerika termasuk untuk Lea Jeans.

Selain memasok ke perusahaan laundry, hanger merek rajawali hasil produksi Joko juga dipasarkan di grosir. Dalam perjalanannya memasarkan hanger ke berbagai grosir, ternyata banyak pelanggan yang meminta pasokan alat kebersihan seperti sapu, keset, dan kemoceng. Sehingga akhirnya joko pun mulai menampung produk-produk alat kebersihan karya warga Ngunut dan memasarkannya ke berbagai grosir.

Selain produk alat kebersihan, Joko juga mulai merambah ke bisnis pembuatan alat-alat dapur yang jumlahnya mencapai 100 item. Seperti produk-produk yang lain, Joko pun menjalin kemitraan dengan perajin di sekitar rumahnya dan bertindak sebagai distributor. Untuk memasok kebutuhan alat-alat dapur tersebut, saat ini dia telah bermitra dengan enam kelompok perajin.

Berawal dari empat karyawan yang “dipinjamkan” oleh calon mertuanya, sekarang Joko memiliki delapan orang karyawan dan banyak perajin lepas yang bergantung pada usahanya. Saat ini Joko bahkan bisa meraup omzet hingga Rp250 juta per bulan. Selain itu, sekarang ia justru berpikir dua kali jika ada tawaran ekspor. Karena ia hanya dapat melayani tawaran ekspor di sela-sela rutinitasnya dalam memasok kebutuhan pasar lokal.

Meski aktif mempromosikan produknya via website, Twitter maupun Facebook, Joko mengaku bahwa kedekatan langsung dengan pelanggan merupakan kunci sukses pemasarannya. Efek pemasaran via internet memang diakuinya bisa mengerek penjualan tapi tidak sampai 50 persen.

Oleh karena itu,dia tidak segan-segan mengunjungi para pelanggannya di berbagai daerah di Indonesia. “Mungkin banyak yang bilang itu buang-buang duit tapi yang penting bisa menjaga hubungan baik,” pungkas dia.

Menjaga hubungan baik dengan perajin

Usaha Joko yang banyak bergantung kepada perajin ternyata tidak mudah untuk dirintis. Pria lulusan IAIN Walisongo tersebut mengaku menjalin hubungan dengan perajin home industry justru tidak mudah karena umumnya mereka sangat sensitif.

Untuk memenuhi kebutuhannya memasok produk-produk kebersihan dan alat dapur, pada awalnya dia menyusun database perajin di seluruh pelosok Kecamatan Ngunut. Saat survei ke berbagai pelosok tersebut, dia mengaku banyak perajin yang menaruh curiga kepadanya. “Mereka gak mau kalau sekadar kita tanya-tanya dan ambil gambar tanpa membeli,” kata Joko.

Sehingga, setiap survei dia selalu membeli produk perajin tersebut dan hal itu dilakukannya hampir setiap hari sampai kurang lebih tujuh bulan. Sampai akhirnya dia bisa membuat memetakan produk-produk perajin mana yang sesuai kategori yang dia tetapkan dan bisa didekati untuk memasok usahanya. Karena, pada umumnya perajin tersebut telah punya pengepul sendiri.

Namun, Joko melakukan pendekatan yang berbeda dengan pengepul, yang hanya memberi order pesanan barang pada perajin. Selain memberi order, Joko juga melakukan pembinaan karena pada umumnya para perajin terbiasa memproduksi apa adanya. “Saya ajari bagaimana pengemasan, ukuran, atau pengembangan model-model baru” katanya.

Joko melakukan itu karena teringat dengan pengalamannya sebagai perajin pemula dulu. Dengan memberikan informasi kepada perajin tersebut, Joko berharap para mitranya bisa berkembang dan mandiri. Karena, bagi Joko keberhasilan adalah milik semua orang, bukan hanya milik orang kaya atau keturunan orang sukses.

Siapa pun bisa sukses asal mau bekerja keras dan rajin, tegas dia. Dia juga mengatakan, jika ingin memulai usaha yang terpenting adalah keberanian dalam mengambil keputusan dan fokus pada apa yang dikerjakan.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8721 seconds (0.1#10.140)