Harga Batu Bara Tembus Level Tertinggi, Melejit Jadi USD313 per Ton

Rabu, 02 Maret 2022 - 13:19 WIB
loading...
Harga Batu Bara Tembus...
Harga batu bara terus melonjak cukup signifikan pada perdagangan Rabu siang (2/3/2022). Berdasarkan data pasar ICE Newcastle. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Harga batu bara terus melonjak cukup signifikan pada perdagangan Rabu siang (2/3/2022). Berdasarkan data pasar ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Maret 2022 melejit 14,03% menjadi USD313,00 per ton dari sesi sebelumnya di USD274,50 per ton. Ini merupakan area tertinggi sepanjang masa yang dicapai kontrak ini.

Sementara kontrak April 2022 terbang 21,45% di USD305,45 per ton dari sebelumnya USD251,50 per ton. Selama lima hari terakhir, kontrak ini telah melejit 52,34%.



Kontrak Mei 2022 naik 23,94% di USD289,40 per ton dari USD233,50 per ton, dan kontrak Juni 2022 menanjak 24,40% di USD275,35 per ton dari USD221,35 per ton.

Sanksi negara-negara barat terhadap Rusia memberikan tantangan bagi pasokan energi dari Negeri Beruang Merah. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa hanya memberikan sanksi di sektor keuangan dan belum terlihat untuk memberi hukuman di sektor energi.

Namun demikian, gangguan pembiayaan pengiriman di sektor energi juga memberikan masalah bagi para pemasok 'si batu hitam' itu.

Rusia adalah salah satu produsen minyak dan gas alam utama dan terbesar di dunia. Ekspor dua komoditas energi itu mewakili setengah dari penjualan luar negeri negara itu. Rusia, yang sekarang sedang terlibat dalam perang sengit di Ukraina, menyediakan sekitar 40% gas alam Eropa.

Komoditas andalan ini vital karena menjadi bahan bakar banyak pembangkit listrik, dan merupakan input penting untuk berbagai proses industri. Produksi minyak mentah Rusia merupakan faktor utama di pasar minyak global.

Apabila pasokan gas alam dan minyak dari Rusia terputus, maka pemanfaatan kembali energi fosil, termasuk batu bara berpotensi membesar. Ini akan meningkatkan permintaan di tengah ketatnya pasokan batu bara di tingkat global.



Saat demand bertambah, tetapi stok masih terbatas, maka secara otomatis akan mendongkrak harganya di pasaran. Sedangkan Jerman telah membekukan proyek pipa gas bawah laut, Nord Stream 2 senilai USD 11 miliar atau sekitar Rp158 triliun sebagai tanggapan atas agresi militer Rusia ke Ukraina.

Sikap Berlin terhadap Kremlin ini dinilai bakal menjadi bumerang. Pasalnya, Jerman memiliki ketergantungan gas alam sebanyak 55%, kemudian 35% minyak bumi, dan 50% batu bara dari Rusia, menurut laporan Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, dilansir Euractiv, Jumat (25/2).

Namun Robert memastikan ketersediaan energi di Fatherland tetap terjaga, meskipun tidak datang dari Rusia. "Kami akan membeli lebih banyak gas, dan juga batu bara dari negara lain," kata Habeck dalam siaran ZDF, dilansir Reuters, Kamis (24/2).

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2132 seconds (0.1#10.140)