Libatkan Petani Milenial, Kementan Optimistis Kembalikan Kejayaan Kedelai
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keseriusan pemerintah dalam mengembalikan kejayaan kedelai saat ini memang menghadapi tantangan besar. Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan produksi kedelai sehingga mengurangi ketergantungan pada kedelai impor, termasuk di antaranya dengan melibatkan petani milenial .
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo telah berupaya dengan mencanangkan program pengembangan lahan untuk kedelai. “Di 2022 Kementan melakukan upaya menjamin ketersediaan kedelai utamanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga melalui fasilitasi pengembangan 52.000 hektare (ha) kedelai yang tersebar di 16 daerah,” kata Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/3/2022).
Dalam sambutannya pada acara Milienial Agricultural Forum (MAF) yang mengangkat tema Mengembalikan Kejayaan Kedelai (Prospek Budidaya dan Olahannya), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyebutkan beberapa alasan mengapa kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia.
(Baca juga:Meluruskan Mitos Kedelai)
Pertama kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedua, merupakan bahan pangan penting dalam menunjang ketahanan pangan. “Ketiga, komoditi pertanian penting dalam perekonomian, keempat merupakan bahan dasar industri pangan dan industri pakan, dan kelima kedelai merupakan sumber protein nabati,” paparnya.
Lebih lanjut Dedi menyampaikan, kedelai adalah salah satu sumber pangan selain padi dan jagung yang digemari hampir semua lapisan usia. Komoditas pangan penghasil protein nabati ini setiap tahun kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan seperti tahu, tempe, kecap, dan susu.
(Baca juga:Kebijakan Swasembada Kedelai)
“Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam, tenaga kerja milenial, inovasi dan teknologi yang tidak kalah dengan negara lain. Potensi ini jika kita gunakan dengan baik saya yakin mimpi kita mengembalikan swasembada kedelai akan tercapai,” kata Dedi.
Upaya pemerintah dalam mengembalikan kejayaan kedelai ini bisa dilakukan oleh para petani milenial. Karena petani milenial dianggap memiliki kompetensi teknis dan manajerial, inovatif, responsif serta adaptif terhadap persaingan global.
(Baca juga:Impor Kedelai yang Mematikan)
Untuk menstimulasi minat para petani milenial melakukan budidaya kedelai dari hulu ke hilir, dalam MAF ini dihadirkan dua orang pengusaha muda yang memproduksi produk olahan kedelai. Dalam acara itu, kedua pengusaha muda itu memberikan motivasi kepada para peserta untuk tidak takut menanam kedelai dan menghasilkan banyak produk olahannya baik itu produk makanan, obat-obatan maupun kosmetik.
Adapun tiga narasumber yang dihadirkan Polbangtan Gowa dalam MAF kali ini, yaitu Peneliti dari BPTP Sulawesi Selatan Kementan Abdul Fattah, Owner Air Tahu Super Anna Paesidio, dan Owner Sweets Desserts Andi Dayna Dwi Anugrah.
Direktur Polbangtan Gowa Syaifudin selaku pelaksana kegiatan MAF menjelaskan kegiatan ini sebagai sarana untuk berbagi ilmu, pengetahuan, dan teknologi. “Saya berharap MAF kali ini menjadi sarana untuk berbagi ilmu, pengetahuan, dan teknologi guna membangun dan mengembalikan kembali semangat swasembada kedelai yang dulu pernah kita capai,” ujar Syaifuddin.
(Baca juga:Usir Keluhan Menopause dengan Kedelai)
Polbangtan Gowa memilih tema kedelai bukan tanpa alasan. Dengan potensi lahan 7,2 juta ha di Indonesia, sekitar 3,5 juta ha lahan memiliki potensi yang tinggi untuk pertanaman kedelai. Lahan tersebut tersebar di 12 provinsi meliputi Aceh, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sultra, NTB dan Sulsel.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widhi Nursanti dalam closing statementnya mendorong petani milenial untuk menanam kedelai. Sebab kedelai memiliki prospek yang besar dan menguntungkan. “Saat ini kedelai di Indonesia sudah dapat bertoleransi dengan kondisi iklim dan hama tanaman. Kami mendorong kepada para petani untuk menanam kedelai,” tegas Santi.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo telah berupaya dengan mencanangkan program pengembangan lahan untuk kedelai. “Di 2022 Kementan melakukan upaya menjamin ketersediaan kedelai utamanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga melalui fasilitasi pengembangan 52.000 hektare (ha) kedelai yang tersebar di 16 daerah,” kata Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/3/2022).
Dalam sambutannya pada acara Milienial Agricultural Forum (MAF) yang mengangkat tema Mengembalikan Kejayaan Kedelai (Prospek Budidaya dan Olahannya), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyebutkan beberapa alasan mengapa kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia.
(Baca juga:Meluruskan Mitos Kedelai)
Pertama kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedua, merupakan bahan pangan penting dalam menunjang ketahanan pangan. “Ketiga, komoditi pertanian penting dalam perekonomian, keempat merupakan bahan dasar industri pangan dan industri pakan, dan kelima kedelai merupakan sumber protein nabati,” paparnya.
Lebih lanjut Dedi menyampaikan, kedelai adalah salah satu sumber pangan selain padi dan jagung yang digemari hampir semua lapisan usia. Komoditas pangan penghasil protein nabati ini setiap tahun kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan seperti tahu, tempe, kecap, dan susu.
(Baca juga:Kebijakan Swasembada Kedelai)
“Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam, tenaga kerja milenial, inovasi dan teknologi yang tidak kalah dengan negara lain. Potensi ini jika kita gunakan dengan baik saya yakin mimpi kita mengembalikan swasembada kedelai akan tercapai,” kata Dedi.
Upaya pemerintah dalam mengembalikan kejayaan kedelai ini bisa dilakukan oleh para petani milenial. Karena petani milenial dianggap memiliki kompetensi teknis dan manajerial, inovatif, responsif serta adaptif terhadap persaingan global.
(Baca juga:Impor Kedelai yang Mematikan)
Untuk menstimulasi minat para petani milenial melakukan budidaya kedelai dari hulu ke hilir, dalam MAF ini dihadirkan dua orang pengusaha muda yang memproduksi produk olahan kedelai. Dalam acara itu, kedua pengusaha muda itu memberikan motivasi kepada para peserta untuk tidak takut menanam kedelai dan menghasilkan banyak produk olahannya baik itu produk makanan, obat-obatan maupun kosmetik.
Adapun tiga narasumber yang dihadirkan Polbangtan Gowa dalam MAF kali ini, yaitu Peneliti dari BPTP Sulawesi Selatan Kementan Abdul Fattah, Owner Air Tahu Super Anna Paesidio, dan Owner Sweets Desserts Andi Dayna Dwi Anugrah.
Direktur Polbangtan Gowa Syaifudin selaku pelaksana kegiatan MAF menjelaskan kegiatan ini sebagai sarana untuk berbagi ilmu, pengetahuan, dan teknologi. “Saya berharap MAF kali ini menjadi sarana untuk berbagi ilmu, pengetahuan, dan teknologi guna membangun dan mengembalikan kembali semangat swasembada kedelai yang dulu pernah kita capai,” ujar Syaifuddin.
(Baca juga:Usir Keluhan Menopause dengan Kedelai)
Polbangtan Gowa memilih tema kedelai bukan tanpa alasan. Dengan potensi lahan 7,2 juta ha di Indonesia, sekitar 3,5 juta ha lahan memiliki potensi yang tinggi untuk pertanaman kedelai. Lahan tersebut tersebar di 12 provinsi meliputi Aceh, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sultra, NTB dan Sulsel.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widhi Nursanti dalam closing statementnya mendorong petani milenial untuk menanam kedelai. Sebab kedelai memiliki prospek yang besar dan menguntungkan. “Saat ini kedelai di Indonesia sudah dapat bertoleransi dengan kondisi iklim dan hama tanaman. Kami mendorong kepada para petani untuk menanam kedelai,” tegas Santi.
(dar)