Minyak Goreng Melimpah tapi Mahal, Kemarin Diserbu Kini Dicuekin

Jum'at, 18 Maret 2022 - 15:47 WIB
loading...
Minyak Goreng Melimpah...
Usai HET dicabut, minyak goreng kemasan pun mendadak memenuhi rak-rak penyimpanan di ritel moden. Foto/MPI/Advenia Elisabeth
A A A
JAKARTA - Harga minyak goreng kemasan langsung berganti usai pemerintah mencabut aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Hal ini sontak dikeluhkan para emak-emak yang biasa memburu minyak goreng murah.

Sebagai informasi, per 16 Maret kemarin hanya minyak goreng curah yang dipatok HET Rp14.000 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan harganya dilepas ke pasar sesuai keekonomian.

Pasca ditetapkannya kebijakan tersebut, minyak goreng kemasan pun mendadak memenuhi rak-rak penyimpanan di toko ritel modern.

Berdasarkan pantauan MNC Portal Indonesia (MPI) di Naga Swalayan kawasan Tambun, Bekasi, hari ini, minyak goreng tersusun rapi dengan label harga baru yakni berkisar Rp44.750-49.500 per dua liter (tergantung merek). Untuk merek Bimoli dijual seharga Rp49.500, Sunco Rp46.900, Kunci Mas Rp44.750, dan Tropical Rp47.500.



Adapun pemandangan yang berbeda adalah jika sebelumnya rak-rak minyak goreng selalu diserbu kaum ibu, saat ini justru dijauhi. Hal ini lantaran minyak goreng kemasan yang sudah berganti harga menjadi mahal.

Salah seorang pembeli yang bertolak dari rak penyimpanan minyak goreng adalah Sofia (52). Saat ditanya, dia mengaku urung membeli minyak goreng lantaran harganya yang mahal di luar perkiraannya.

"Nggak jadi. Mahal, nggak sesuai. Biasanya saya beli Sunco, Bimoli, Kunci Mas. Kemarin saya ke sini harganya sekitaran Rp39.000 (ukuran 2 liter), sekarang udah Rp44.700," ucapnya saat dihampiri MPI.

Sofia mengaku semula sudah berencana akan membeli beberapa minyak goreng untuk keperluan berdagang. Namun sayangnya, ketika melihat harga yang melonjak, dia mengurungkan niatnya. "Saya kira harganya masih sama. Makaya saya bilang sama temen saya 'ayo kita kejar', eh malah mahal," tukasnya.



Pemerintah mencabut kebijakan HET karena dari hasil evaluasi semenjak ada HET minyak goreng susah didapatkan masyarakat. Maka dari itu dicabutlah aturan tersebut dan membebaskan para produsen menjual minyak sesuai harga keekonomiannya.

Meskipun kecewa dengan harga minyak goreng kemasan yang kini mahal, Sofia mendukung keputusan pencabutan HET tersebut. Pasalnya, dari pengalamannya, saat pemerintah menetapkan HET minyak goreng, stok di ritel susah didapat dan sering kosong. Kini setelah HET dicabut, minyak goreng justru melimpah.

"Kalau saya pribadi mending begini, barangnya ada, mahal nggak apa apa tapi jangan mahal banget. Kalau kemarin pas harganya Rp28.000, susah dapetnya. Udah ngantre jam 6 pagi, besok jam 6 pagi lagi, tetap aja nggak dapet," tuturnya.



Sementara itu, terkait kebijakan pemerintah yang baru yakni memberikan subsidi minyak goreng curah seharga Rp14.000 per liter, Sofia menilai itu langkah yang baik untuk membantu masyarakat kelas bawah. Apalagi, kondisi ekonomi masyarakat tengah gonjang ganjing di tengah pandemi dan tingginya harga-harga komoditas lainnya.

"Itu sudah bagus. Kan jadi bisa dimanfaatkan sama pedagang kaki lima, kasihan. Kalau untuk orang kelas menengah ke atas, mereka kan bisa beli yang kemasan. Itu pun nggak seberapa mereka butuhnya. Kalau pedagang kaki lima pasti kan butuhnya banyak jadi dengan minyak curah yang disubsidi bisa membantu mereka," tutupnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1172 seconds (0.1#10.140)